Mohon tunggu...
Moeh Zainal Khairul
Moeh Zainal Khairul Mohon Tunggu... Konsultan - Penjelajah

Tenaga Ahli Pendamping UKM Dinas Koperasi dan UKM Kota Makassar 2022 dan 2023 Coach Trainer Copywriting LPK Magau Jaya Digital

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ketika Kesepian dan Tekanan Sosial Menampar Wajah Jepang

11 November 2024   04:55 Diperbarui: 11 November 2024   05:03 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar: Wolipop detik.com

Solusi dari masalah ini tidak akan mudah, tetapi Jepang perlu menempuhnya. Mereka yang hidup dalam bayang-bayang hikikomori membutuhkan kebijakan kesehatan mental yang lebih inklusif dan dukungan masyarakat yang lebih besar. Mereka yang merasa terpinggirkan harus tahu bahwa mereka tidak sendirian. Jepang perlu menjadi tempat di mana keberagaman diterima, di mana kegagalan tidak berarti akhir, tetapi kesempatan untuk bangkit kembali. Karena pada akhirnya, hikikomori adalah pengingat bahwa di balik setiap dinding kamar yang sunyi, ada seseorang yang hanya membutuhkan secercah harapan.

Referensi

  1. Kementerian Kesehatan Jepang (2019). Laporan tahunan tentang hikikomori di Jepang.
  2. Bank of Japan. "Population Decline and Economic Challenges in Japan." (https://www.boj.or.jp/en/)
  3. Kyoto University (2020). "Mental Health Conditions and Social Stigma in Japan." Psychiatry Research Journal.
  4. Tokyo Metropolitan Government. Laporan tahunan tentang kodokushi. (https://www.metro.tokyo.lg.jp/)
  5. Kementerian Pendidikan, Budaya, Olahraga, Sains, dan Teknologi, Jepang (2020). Laporan tahunan tentang kasus ijime di sekolah.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun