Targetnya melipatgandakan jumlah UMKM menjadi 3,6 juta, sebuah ambisi besar yang bisa membuka lapangan kerja. Meski begitu, jumlah bukan satu-satunya kunci kesuksesan; kualitas dan daya saing juga penting.
UMKM bisa menjadi tulang punggung ekonomi, tapi tanpa dukungan infrastruktur, jaringan pasar, dan akses internet yang memadai, mereka akan sulit berkembang. Dalam hal ini, gagasan Sulaiman tentang digitalisasi pengadaan dan pemasaran barang melalui teknologi cukup menarik.
Sayangnya, di banyak daerah pelosok Sulawesi Selatan, akses internet masih terbatas. Hal ini akan menghambat efektivitas program digitalisasi Sulaiman, kecuali jika ada peningkatan infrastruktur digital terlebih dahulu.
Membandingkan Kekuatan dan Kelemahan Kedua Kandidat
Kedua kandidat menawarkan visi menarik dengan kekuatan masing-masing. Pomanto membawa konsep zonasi yang luas dan menyeluruh, sementara Sulaiman menawarkan pendekatan yang lebih konkret melalui UMKM dan digitalisasi.
Namun, zonasi Pomanto berisiko membingungkan prioritas pembangunan. Di sisi lain, pelipatgandaan UMKM tanpa meningkatkan kualitas akan menghasilkan pasar yang tak kompetitif.
Nasihat untuk Kedua Kandidat
Bagi keduanya, infrastruktur harus menjadi prioritas. Zonasi Pomanto maupun pengembangan UMKM Sulaiman tidak akan efektif tanpa dukungan infrastruktur yang kuat.
Selain itu, mereka perlu menyusun perencanaan anggaran secara bijak. Zonasi dan pengembangan UMKM memerlukan biaya besar, sehingga alokasi dana harus tepat sasaran.
Pemberdayaan masyarakat lokal melalui pendidikan kewirausahaan juga penting. Dengan keterampilan yang tepat, masyarakat akan lebih mandiri dan mampu bersaing.
Data ekonomi dan kependudukan juga perlu dimanfaatkan, untuk menentukan wilayah prioritas bagi zonasi maupun identifikasi UMKM potensial. Konektivitas antarwilayah juga perlu diperhatikan, baik transportasi maupun telekomunikasi.