Kini, dengan anaknya yang baru saja mulai sekolah, ketakutan Tito semakin menjadi-jadi. Dia khawatir kapan saja PHK ketiga bisa datang menghantam. "Saya juga khawatir ketika saya terkena PHK lagi, kondisi ini sangat bisa terjadi, karena perubahan kebijakan," katanya, penuh kecemasan.Â
Tidak hanya Tito, ribuan pekerja lain di seluruh negeri merasakan hal yang sama. Beban mental ini tidak ringan, dan tanpa dukungan yang memadai, ini bisa berujung pada masalah kesehatan mental yang serius.
Lalu, apa sebenarnya yang terjadi? Pandemi memang mempercepat perubahan kebutuhan bisnis, tapi kebijakan pemerintah tampaknya lebih memihak pemberi kerja.
Penggantian undang-undang yang mempermudah pemberi kerja untuk memutus kontrak kerja tanpa batas membuat PHK menjadi jalan keluar yang paling mudah dan cepat. Namun, apakah ini solusi terbaik? Tentu saja tidak.
Fitri Fausiah, dosen Psikologi di Universitas Indonesia dikutip dari harian kompas 12 Agustus 2024, mengatakan bahwa pekerja kelas menengah adalah yang paling rentan terhadap dampak PHK.
Ketika pekerjaan hilang, mereka tidak hanya kehilangan penghasilan, tetapi juga kehilangan rasa aman dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sosial mereka.Â
Dalam situasi seperti ini, mereka menjadi lebih mudah tertekan dan terpengaruh oleh perubahan kebijakan yang tidak menentu.
Bagaimana tidak? Pekerja kelas menengah adalah mereka yang telah berjuang keras untuk mencapai posisi mereka saat ini. Kehilangan pekerjaan berarti kehilangan identitas, kehilangan martabat, dan dalam banyak kasus, kehilangan harapan.Â
Di tengah tekanan hidup yang semakin berat, banyak dari mereka yang terpaksa menurunkan kelas sosialnya dengan mengurangi pengeluaran, meski itu berarti mengorbankan kualitas hidup mereka.
Solusi? Kita membutuhkan kebijakan yang berpihak pada manusia, bukan sekadar angka. Pemerintah harus memperkuat jaminan sosial bagi mereka yang terkena PHK, termasuk bantuan tunai sementara dan program pelatihan ulang yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja saat ini.Â
Selain itu, penyediaan layanan konseling dan dukungan mental bagi pekerja yang terkena PHK harus menjadi prioritas. Kampanye kesadaran akan pentingnya kesehatan mental di kalangan pekerja juga perlu digalakkan.