Mohon tunggu...
Moeh Zainal Khairul
Moeh Zainal Khairul Mohon Tunggu... Dosen - Penjelajah

Tenaga Ahli Pendamping UKM Dinas Koperasi dan UKM Kota Makassar 2022 dan 2023 Coach Trainer Copywriting LPK Magau Jaya Digital Lecturer Universitas Negeri Makassar

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Gejolak Ekonomi Global

7 Agustus 2024   06:14 Diperbarui: 7 Agustus 2024   06:18 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber gambar jawaban.com

Senin awal pekan ini,  pasar global diguncang oleh kejutan yang menggetarkan. Indeks S&P 500 di Amerika Serikat mengalami penurunan lebih dari 5%, sementara indeks Nike di Jepang terjun bebas lebih dari 9%. Ini bukan sekadar angka, melainkan sinyal bahaya yang menimbulkan kepanikan ekonomi di seluruh dunia.

 Banyak yang bergegas menjual aset-aset mereka karena ketakutan akan krisis ekonomi global yang mungkin lebih parah daripada pandemi COVID-19. Fenomena ini dikenal dengan istilah "panic selling," di mana investor beramai-ramai menjual aset mereka untuk menghindari kerugian yang lebih besar. Ketakutan ini bukan tanpa alasan. Perekonomian global tampak rapuh, dan perubahan kecil bisa menyebabkan gelombang besar.

Mari kita lihat lebih dekat peran Jepang dalam dinamika ini. Jepang dikenal dengan perekonomian yang biasanya stabil dan suku bunga yang rendah. Namun, perubahan kecil pada suku bunga dari 0% menjadi 0,25% telah memicu gangguan pasar yang signifikan. Mengapa perubahan sekecil ini bisa menyebabkan kekacauan? Jawabannya terletak pada konsep yang disebut "carry trade."

 Carry trade adalah strategi investasi di mana para investor meminjam uang dengan suku bunga rendah di Jepang untuk diinvestasikan di aset-aset dengan hasil yang lebih tinggi di luar negeri. Misalnya, seorang investor mungkin meminjam yen Jepang dengan bunga rendah dan kemudian menginvestasikan uang tersebut di obligasi pemerintah AS yang memberikan hasil yang lebih tinggi. Dalam skenario ini, perubahan kecil pada suku bunga Jepang dapat memiliki efek besar pada nilai mata uang dan pengembalian investasi. Bayangkan, perubahan kecil dari 0% menjadi 0,25% saja sudah cukup untuk mengguncang pasar.

Ketika suku bunga Jepang naik, biaya untuk meminjam uang dalam yen menjadi lebih tinggi, dan ini membuat carry trade menjadi kurang menguntungkan. Akibatnya, investor mungkin akan menjual aset-aset mereka yang berisiko lebih tinggi dan mengalihkan investasi mereka ke aset yang lebih aman. Hal ini bisa menyebabkan penurunan harga aset dan gejolak pasar. Kenaikan suku bunga di Jepang ini dilihat sebagai pemicu potensi krisis ekonomi. Pergerakan modal yang signifikan dan ketidakstabilan pasar mungkin akan terus berlanjut, dengan dampak yang terasa kuat terutama di Amerika Serikat.

Untuk lebih memahami dampak carry trade dan kenaikan suku bunga, kita bisa melihat kembali pada krisis keuangan global tahun 2008. Pada saat itu, banyak investor yang terlibat dalam carry trade dengan meminjam yen Jepang dan menginvestasikan uang tersebut di pasar properti AS. Ketika pasar properti AS mulai runtuh, investor bergegas menjual aset-aset mereka untuk menghindari kerugian yang lebih besar. Akibatnya, nilai yen Jepang naik tajam karena permintaan untuk mata uang tersebut meningkat, sementara pasar properti dan keuangan AS mengalami kehancuran. 

Fenomena serupa bisa terjadi lagi jika kenaikan suku bunga di Jepang terus berlanjut dan investor mulai menarik dana mereka dari aset-aset berisiko tinggi. Ini bisa memicu gelombang penjualan aset yang lebih luas dan menyebabkan ketidakstabilan pasar global.

Di tengah semua ini, kita belajar bahwa ekonomi global saling terhubung erat. Perubahan kecil di satu sudut dunia bisa memiliki konsekuensi besar di sudut lain. Pelajaran dari Jepang ini mengingatkan kita untuk selalu waspada dan siap menghadapi gejolak ekonomi yang mungkin terjadi kapan saja. 

Salah satu pelajaran penting dari krisis ini adalah pentingnya diversifikasi investasi. Investor yang terlalu bergantung pada satu jenis aset atau strategi investasi, seperti carry trade, berisiko mengalami kerugian besar ketika kondisi pasar berubah. Diversifikasi dapat membantu mengurangi risiko dengan menyebar investasi di berbagai jenis aset dan pasar.

Selain itu, penting juga bagi investor untuk selalu memantau kondisi ekonomi global dan suku bunga. Perubahan kecil dalam kebijakan moneter di satu negara bisa memiliki dampak besar pada pasar global, seperti yang kita lihat dengan kenaikan suku bunga di Jepang. Dengan memahami dinamika ini, investor bisa mengambil langkah-langkah yang lebih proaktif untuk melindungi portofolio mereka dari risiko yang tidak terduga.

Krisis pasar yang dipicu oleh kenaikan suku bunga di Jepang ini juga menyoroti pentingnya koordinasi internasional dalam kebijakan moneter. Di era globalisasi, keputusan kebijakan di satu negara bisa mempengaruhi pasar dan ekonomi di negara lain. Oleh karena itu, penting bagi negara-negara untuk bekerja sama dalam mengelola kebijakan moneter dan fiskal agar bisa menjaga stabilitas ekonomi global. 

Pemerintah dan bank sentral di berbagai negara juga perlu memperhatikan dampak dari kebijakan mereka terhadap pasar global. Kenaikan suku bunga mungkin diperlukan untuk mengendalikan inflasi atau mendorong pertumbuhan ekonomi domestik, tetapi dampaknya terhadap pasar global juga perlu dipertimbangkan. Kebijakan yang terlalu agresif bisa memicu gejolak pasar dan memperburuk kondisi ekonomi global.

Mari kita kembali pada krisis 2008 sebagai contoh. Saat itu, The Federal Reserve di AS menaikkan suku bunga untuk mengatasi inflasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun, kebijakan ini berdampak pada pasar global, terutama di Jepang dan negara-negara berkembang yang mengandalkan carry trade. Ketika suku bunga di AS naik, investor menarik dana mereka dari pasar-pasar ini, menyebabkan penurunan tajam pada harga aset dan ketidakstabilan ekonomi di negara-negara tersebut.

Selain diversifikasi dan koordinasi kebijakan, investor juga perlu mempersiapkan diri dengan pemahaman yang mendalam tentang dinamika pasar dan risiko yang ada. Dalam era digital dan informasi saat ini, akses terhadap data dan analisis pasar semakin mudah. Investor yang proaktif dalam memantau perkembangan pasar dan melakukan analisis yang mendalam akan lebih siap menghadapi gejolak ekonomi. Misalnya, dalam kasus kenaikan suku bunga di Jepang, investor yang memahami konsep carry trade dan dampaknya akan lebih cepat merespon dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk melindungi investasinya.

Penting juga bagi investor untuk menjaga keseimbangan emosional dalam menghadapi gejolak pasar. Kepanikan dan keputusan investasi yang didasarkan pada ketakutan seringkali berujung pada kerugian yang lebih besar. Dalam menghadapi situasi yang penuh ketidakpastian, penting untuk tetap tenang dan membuat keputusan berdasarkan analisis yang matang dan informasi yang akurat.

Di sisi lain, pemerintah dan bank sentral juga memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas ekonomi. Mereka perlu mengkomunikasikan kebijakan mereka dengan jelas dan transparan kepada publik dan pelaku pasar. Kebijakan yang transparan dan komunikasi yang baik dapat membantu mengurangi kepanikan dan ketidakpastian di pasar. Dalam konteks ini, peran media juga sangat penting. Media yang memberikan informasi yang akurat dan objektif dapat membantu masyarakat memahami situasi ekonomi dengan lebih baik dan membuat keputusan yang lebih bijak.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun