Cukup seru perang media cetak dalam pemberitaan pemilihan walikota Makassar. Satu sama lain saling memberikan pemberitaan dan opini hidden agenda dalam rangka pencitraan sang jagoan masing-masing.
Nampaknya pemberitaan media cetak di Makassar belum begitu bisa objektif dalam memberitakan politik. Tak heran karena ada kepentingan media dan sang big bos di dalamnya ikut bertarung.
Harian Tribun timur dimana sang komisarisnya Munafri Arifuddin maju di pilwalkot. Tentu akan senantiasa membranding sang big bos dengan pemberitaan yang lebih memihak.
Begitu pula Danny Pomanto. Ia berkoalisi dengan partai perindo walaupun tak punya kursi. Namun jaringan luas di bawah MNC group dan Koran Sindo akan selalu membela sang petahana. Sang incumbent saat ini pun terancam tak bisa mencalonkan diri karena telah dicabut sk pencalonannya.
Perang stament dalam media cetak turut memanaskan para pendukung calon walikota dari kedua bela pihak. Perang urat saraf di media mulai berlanjut ke aksi anarkis. Pengrusakan posko calon walikota DIAMI dan penyerangan showroom Toyota milik JK yang juga merupakan keluarga dari Munafri turut jadi korban.
klaim siapa yang benar dan siapa yang salah antara dua kubu calon walikota bisa membuat Makassar jadi panas. Kubu Appi menyatakan DIAMI tidak sah sebagai calon walikota karena membuat program bagi-bagi hp baut koordinasi RT-RW. Sementara DIAMI menyatakan ini program walikota dan telah disetujui DPRD sejak lama sebelum ia menjadi calon walikota.
Alangkah indahnya jika masing-masing calon saling adu program kerakyatan hingga visi misi menuju Makassar menjadi kota dunia. Bukan dihabiskan energy untuk saling sikut menyikut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H