Generasi milenial yang kini berusia 19-37 merupakan generasi haus akan hiburan dan nongkrong. Generasi ini seakan lupa bahwa kebutuhan pokok bukan sekedar melepas penat untuk kerasnya beban hidup setelah seharian bekerja keras. Ada rumah sebagai tempat bernaung untuk melepas lelah yang seharusnya dimiliki.
Salah satu ciri khas yang melekat pada generasi milenial (kelahiran 1986-2000) adalah keseharian mereka dengan dunia media sosial. Dikutip dari survei Hootsuite We Are Social (www.wearesocial.com) Januari 2018, jumlah pengguna aktif social media di Indonesia adalah 130 juta orang, 49% dari total populasi Indonesia sebanyak 265,4 juta orang.
Angka ini meningkat sebanyak 23% (24 juta orang) jika melihat data Januari 2017. Satu fakta menarik terungkap dari survei tersebut adalah populasi generasi milenial memimpin dalam hal pengguna aktif media sosial dengan persentase mendekati 65%.
Mirisnya kaum milenial saat ini belum menjadikan rumah sebagai sebuah kebutuhan pokok. Eksis di dunia maya dengan gonta-ganti profil menjadikan mereka menghabiskan penghasilan untuk hal tersebut.Â
Generasi milenial tentu perlu edukasi terkait kebutuhan memiliki hunian. Jika tidak, beberapa tahun yang akan datang, tentunya generasi ini kesulitan mendapatkan hunian yang layak.
Bahkan ancaman nyata sangat terlihat generasi milenial terancam tidak bisa memiliki rumah. Pasalnya, generasi yang berusia antara 23-37 tahun ini memiliki gaya hidup yang tinggi, sehingga keinginan untuk membeli rumah dikesampingkan.Â
Pembelian gadget terbaru dan liburan kemudian di-posting untuk menjadikan viral di media sosial menjadi kebutuhan primer generasi milenial saat ini.
Laju kenaikan harga rumah yang kini tidak diimbangi dengan daya beli memunculkan krisis kebutuhan perumahan. Akibatnya jalan satu-satunya adalah dengan mengontrak rumah bahkan menyewa dengan cara kos kosan jadi andalan.
Generasi milenial yang suka jalan-jalan dan belanja hingga nongkrong di kafe membawa dampak signifikan dalam industri pariwisata yang berkembang pesat. Laju wisatawan memang meningkat namun tingkat hunian hotel tetap rendah. Masalahnya mereka wisatawan milenial memilih homestay penginapan murah yang penting bisa jalan-jalan. Sebab jalan-jalan adalah prioritas nomor wahid setelah penatnya melepas lelah bekerja.
Kebutuhan primer kini sudah bergeser, jika dahulu sandang, pangan, papan. Kini bertambah dengan traveling, wifi, smartphone dan wisata kuliner. Kebutuhan papan alias perumahan kini nomor sekian karena semuanya bisa di sewa. Dan buat apa beli kalo bisa sewa begitulah jargon mereka.
Masyarakat dalam generasi milenial bisa dipastikan akan kesulitan membeli properti nantinya. Hal yang menjadi ancaman, sebab para manusia milenial pada akhirnya hanya akan mampu menyewa tanpa bisa memiliki.
Berbagi pengalaman dan kesenangan dan bersantai bersama teman-teman dan mem-posting di media sosial aneka kegiatannya menjadi hal mutlak. Traveling ke mana, makan di mana, menonton film hits terbaru, dan bersama siapa, lebih merupakan kebutuhan primer bagi generasi milenial.            Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H