Mohon tunggu...
Moeh Zainal Khairul
Moeh Zainal Khairul Mohon Tunggu... Konsultan - Penjelajah

Tenaga Ahli Pendamping UKM Dinas Koperasi dan UKM Kota Makassar 2022 dan 2023 Coach Trainer Copywriting LPK Magau Jaya Digital

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masa Keemasan Anak Jangan Sampai Dilewatkan

12 Februari 2018   08:11 Diperbarui: 12 Februari 2018   10:42 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup aktif anak memudahkan dalam menyerap pengetahuan (Fotolia.com)

Seperti pada tulisan saya sebelumnya saatnya anda merevolusi cara mendidik anak. Jangan sampai kesibukan mencari rezeki melupakan hak anak untuk mendapatkan pendidikan bermutu langsung dari sang ayah dan ibunya. Sebab masa golden age usia 0-7 tahun  anak tak akan terulang lagi hingga mereka kelak dewasa.

Pada tahun-tahun pertama kehidupan sang anak, fungsi motor sensorik anak manusia mulai bekerja Stimulus yang berupa pantulan cahaya dari semua benda atau materi apa pun yang sempat tertangkap oleh indranya akan diproses oleh bank memori di dalam system saraf otaknya.

 Jaringan neuronnya semakin banyak dan menghasilkan jutaan dendrit, yang membuat ia semakjn cerdas.

Keinginannya untuk mengenali setiap benda, mencocokkan dengan benda yang telah dikenal sebelumnya, akan terus dilakukannya sampai kapan pun. Oleh para ahli, kecenderungan ini disebut curriosity, rasa keingintahuan, dan prosesnya disebut sebagai global learning. DNA sukses tampak nyata pada sebuah dorongan moitivasi serta  mobilitasnya

Belajar dari pengalaman sebelumnya, setiap bayi akan menyimpulkan, bahwa semakin tinggi kemampuannya untuk bergerak aktif , akan semakin banyak benda-benda yang akan dikuasainya, penjelajahan pun menjadi semakin seru. 

Karena dimulailah otaknya memanage semua sistem cairan tubuh maupun ototnya untuk memuaskan keinginannya itu. Dimulailah menirukan apa saja yang dilakukan oleh orang dewasa.

Dia berusaha unruk mandiri. Belajar bicara, beljalan, berlari, memanjat, makan, dan minum sendiri, menangkap, melempar, membidik, mengejar, berenang, naik sepeda, dan seterusnya. 

Sama hal yang harus dicatat dan digarisbawahi, semuanya itu  dilakukan dengan penuh semangat, happy, bila gagal dia ulangi lagi, tak kenal menyerah, dan lingkungan pun senantiasa siap memberikan dukungan.

Ali bin Abi Thalib mengatakan, "bahwa ketika anak usia nol sampai tujuh tahun, kita harus jadi pelayanan anak kita. Tetapi sesudah itu, anak kita akan menjadi pelayan kita."

 Artinya, periode nol hingga tujuh tahun disepakati oleh para ahli psikologi perkembangan sebagai masa tanam. Apapun yang kita tanamkan ke dalam otak anak kita, positif ataupun negatif akan cliterima tanpa reserve, terrnasuk memori negatif.

Oleh sebab itu, Rasul SAW melarang untuk menyakiti anak, sekalipun hanya mencubit karena perasaan sakit hatinya akan tertanam ke dalam sistem bank memori emosinya. 

Tidak mustahil, jika seorang anak dibesarkan dalam suasana yang penuh kasih sayang, terpelihara, baik secara psikologis, pikiran maupun emosionalnya akan bisa tumbuh menjadi seorang anak yang jenius. Kecerdasan anak  pada dasarnya merupakan optimalisasi dari fitrahnya.

 Keingintahuan akan menghasilkan kecerdasan intelekiual. DNA sukses menghasilkan kecerdasan emosional, dan trah baitiniah menghasilkan kecerdasan spiritual. Semacam software yang sudah dirancang begitu dahsyat melebilli kebutuhanan hidupnya sendiri di dunia ini.

Sekurang kurangnya, saya yakin, kita harus  mulai menyadari bahwa, anak yang tidur dengan wajah polos di samping Anda itu adalalah makhluk karunia Tuhan yang sangat dahsyat, elok, luar biasa, membahagiakan hati, dan berpotensi menjadi jenius.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun