Mohon tunggu...
Moeh Zainal Khairul
Moeh Zainal Khairul Mohon Tunggu... Konsultan - Penjelajah

Tenaga Ahli Pendamping UKM Dinas Koperasi dan UKM Kota Makassar 2022 dan 2023 Coach Trainer Copywriting LPK Magau Jaya Digital

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Urai Benang Kusut Macet Jakarta dengan Sistem Nebeng

3 November 2017   09:46 Diperbarui: 3 November 2017   11:22 1920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemacetan jadi pemandangan sehari-hari kota Jakarta. Tak pelak menghambat berbagai aktivitas dari masyarakat Urban di pusat Ibukota ini.

Apalagi kemacetan ini di perparah dengan semakin banyaknya ruas jalan ibukota yang di tutup untuk pengerjaan proyek flyover dan underpass.

Jika ingin tak terjebak macet parahnya Jakarta masyarakat harus bersiap berangkat sebelum subuh hari. Tentunya dengan mengatur waktu berangkat lebih awal supaya kendaraan belum padat dan anda masih bebas melenggang di subuh hari.

Kondisi macet dan beban kerja tinggi hingga menuntut harus hadir di kantor tidak tepat waktu membuat sebagian pengemudi strees dan mengambil jalan pintas. Jalan pintas yang dipilih pun tidak tanggung-tanggung dengan mengambil jalur bus transjakarta. Bukannya sukses bebas macet tetapi nyawa bisa jadi taruhannya karena Bus Transjakarta bisa saja menabrak anda tiba-tiba karena memang ini jalurnya.

Kondisi macet dan tidak bisa bergerak tentunya akibat tidak seimbangnya volume jalan dengan volume kendaraan yang berlalu lalang di kota Jakarta. Solusinya adalah dengan mempercepat pembangunan transportasi Massal. Pembangunan transportasi  yang bisa di akses oleh siapa pun sehingga mengurangi penggunaan kendaraan pribadi di jalan raya.

Dan sampai saat ini masyarakat Jakarta tentunya harus bersabar lagi. Sebab dampak kemacetan Kota Jakarta menurut kepala Bappenas  Bambang Brojonegoro senilai 5 Milyar Dollar jika di rupiahkan mencapai 67,5 Trilun yang harus hangus di jalan raya. Bayangkan berapa banyak sekolah dan rumah sakit yang bisa di bangun dengan duit segitu di daerah terpencil Indonesia. Bisa ratusan bahkan ribuan di bangun guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat daripada hangus percuma di jalan raya.

Selain duit yang terbuang percuma, emosi juga terbuang percuma. Banyak dari pengendara gara-gara bersenggolan sedikit dengan pengendara lain emosinya pun tersulut. Hal ini terjadi pada hampir semua profesi dan usia. Mahasiswa yang bawa mobil baku hantam dengan tentara yang pakai motor. Bahkan di jalan tol yang harusnya bebas hambatan, malah di hambat dengan adegan adu otot antara sesame pengendara roda empat.

Parahnya kemacetan Ibu kota ini bahkan sudah dilakukan survey mendalam oleh Aplikasi Ride Sharing Uber. Dari hasil pengolahan data yang diambil dari responden dengan rentang usian 18-65 tahun. Dimana respondent ini tersebar dari Sembilan kota besar di Asia, seperti Singapura, Kuala Lumpur, Manila, Hongkong, Taipei, Hanor, Ho Chi Minch dan Bangkok. Posisi kota Jakarta menempati peringkat terburuk.

Kemacetan ini adalah sesuatu yang harus diatasi. Sebab jika begini terus penambahan  kendaraaa sertat volume jalan yang tetap setiap tahunnya maka bisa dipastikan kota Jakarta akan menuju kelumpuhan total atau kendaraan tidak akan bisa bergerak sama sekali.

Pemerintah bukan menutup mata dengan persoalan ini, berbagai langkah dan jurus sudah mulai dikeluarkan pemerintah pusat dan DKI Jakarta. Seperti  pembangunan  flyover, underpass, mass rapid transit (MRT), dan light rail transit (LRT) sedang berlangsung di Jakarta.

Namun hal itu untuk jangka panjang sebab pembagunannya masih berlangsung . Apalagi  kemacetan harus diatasi sesegera mungkin. Masalah kemacetan menyangkut hajat hidup orang banyak. Bagaimana seandainya jika ambulance yang harus segera mengantar pasien ke rumah sakit harus terjebak macet. Tentu nyawa menjadi taruhannya.

Kemacetan di Ibu kota kiranya bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Namun masyarakat juga berperan besar dalam menaggulangi perkara kemacetan ini.

Langkah paling nyata yang bisa dilakukan masyarakat adalah mengurangi beban volume jalan terhadap kendaraan di jalan raya. Ada baiknya jika teman atau kolega yang berjalan searah bisa sama-sama berboncengan atau menumpang tanpa harus sama-sama mengeluarkan kendaraan pribadi di jalan raya.

Pengendara roda dua dan roda empat pun dapat memanfaatkan hal ini melalui aplikasi ride sharing. Telah banyak bermunculan aplikasi ride sharing yang saat ini bisa memudahkan waktu menjadi efisien,hemat serta tidak perlu capek-capek mencari lahan parkir.  Walaupun kecil ini dilakukan  namun akan cukup berarti dalam mengarungi beban kusutnya beban volume jalan di Ibukota. 


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun