Mohon tunggu...
Moeh Zainal Khairul
Moeh Zainal Khairul Mohon Tunggu... Konsultan - Penjelajah

Tenaga Ahli Pendamping UKM Dinas Koperasi dan UKM Kota Makassar 2022 dan 2023 Coach Trainer Copywriting LPK Magau Jaya Digital

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menukar Nyawa Anak dengan Seribu Rupiah

6 Mei 2014   16:08 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:48 3043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nampaknya makin lama sebegitu murah dan mudahnya seseorang menghilangkan nyawa seseorang bahkan untuk hal-hal dianggap di luar nalar dan logika saya.

[caption id="attachment_322747" align="aligncenter" width="560" caption="Keluarga korban Renggo Kadapi (11) siswa yang tewas dianiaya berdoa didepan makam almarhum saat dimakamkan di TPU Kampung Asem, Halim, Jakarta Timur, Minggu (4/5/2014). Renggo Kadapi tewas akibat dikeroyok oleh tiga kakak kelasnya gara-gara menjatuhka minuman seharga Rp.1000,-"][/caption]

Sebelum nya diberitakan oleh harian Kompas 5 mei 2014 diberitakan hanya  gara-gara persoalan sepele , nyawa Renggo dilenyapkan pada Minggu (4/5) dini hari. Ibu  korban menjerit ,meraung-raung berontak dan juga  sedih.

Kasus ini hanya  salah satu dari pucuk dari gunung es masalah pendidikan di Tanah Air. kronologi, Renggo sebelum meninggal yakni peristiwa itu terjadi saat jam istirahat, Senin (28/4) Renggo yang tanpa sengaja menjatuhkan minuman es milik S (12), siswa kelas VI. Renggo sudah mengganti minuman itu dengan uang Rp 1.000, tetapi S masih mendendam dan marah, maklum nampaknya anak itu terinspirasi dari film-film mafia yang saban hari ia tonton atau saksikan sehingga memendam marah dan memanggil anggota genk nya guna mengroyok Renggo,
Setelah peristiwa itu, ketiga kakak kelas Renggo, dipimpin S, menggiringnya ke ruang kelas V B di SD Negeri 09 Makasar. Ketiganya meminta semua siswa di dalam kelas keluar. Dua rekan S berinisial Ar (12) dan Ag (12) bertugas mengamankan pintu Tanpa babi -bu, S menghajar Renggo sepuasnya, seolah-olah Renggo adalah sansak tinju baginya, untuk dipukuli habis-habisan

Pada mulanya  pemukulan  dilakukan tanpa alat. Namun nampaknya  karena belum puas , dan si S punya "akal briliant" ia melihat  gagang sapu lagi nganggur dan tanpa belas kasihan lagi karena minuman es itu lebih mahal dari harga dirinya karena sudah di jatuhkan renggo  si S inipun melampiaskan amarah dengan memukul renggo dengan gagang sapu . Di akhir penganiayaan itu, S dan dua rekannya bersama-sama menghajar Renggo demi sebuah solidaritas semu.

Akibatnya , bibir Renggo bengkak, perut bagian kiri luka lebam, dan kedua pergelangan tangan juga lebam. Sepintas luka itu tidak seberapa, tertutup postur tubuh Renggo yang gemuk, berbobot 57 kilogram. Namun, setelah diperiksa dokter, baru diketahui lambungnya hancur. Sehari setelah dihajar rekan-rekannya, Renggo muntah darah. Kondisinya makin memburuk pada Sabtu (3/5) malam.

Renggo kejang-kejang dan berteriak tidak menentu. Keluarga panik lalu membawa ke Rumah Sakit Polri, Jakarta Timur. Sesampai di RS Polri, nyawa Renggo tidak dapat diselamatkan.

Yesi marah-marah ketika rombongan pejabat Dinas Pendidikan hanya memintanya bersabar. Bukan persoalan menahan sabar. Yesi menuntut pertanggungjawaban sekolah mengapa kekerasan bisa menimpa Renggo di lingkungan sekolah yang mestinya memberikan jaminan rasa aman bagi peserta didik.

Nampaknya prilaku S yang tega menghabisi nyawa Renggo terinspirasi dari film action perilaku seseorang anak  bisa timbul hanya karena proses modeling. Modeling atau peniruan merupakan "the direct, mechanical reproduction of behavior, reproduksi perilaku yang langsung dan mekanis(Baran & Davis, 2000: 184). Sebagai contoh, ketika seorang ibu mengajarkan anaknya bagaimana cara mengikat sepatu dengan memeragakannya berulang kali sehingga si anak bisa mengikat tali sepatunya, maka proses ini disebut proses modeling

[caption id="attachment_322742" align="aligncenter" width="362" caption="Makin hilang tayangan mendidik bagi anak"]

1399339959649280781
1399339959649280781
[/caption]

Maklum stasiun tv swasta kita di indonesia tidak banyak memberikan tontonan mendidik ,bahkan akhir akhir ini ditiap channel televisi indonesia kok film kartun buat anak anak pada hilang? Pada kemana ya? Kita lihat sekarang hampir disetiap channel TV indonesia kebanyakan Sinetron dan acara Musik yang biasanya ditonton untuk anak remaja sampai dewasa, kalo anak mau mencari film lain misal ke bioskop maka yang ditemukan film jauh untuk konsumsi mereka yakni bertema kekerasan. Akhirnya hal ini menular ke anak dan menjiwai peran mereka seolah-olah sama persis dengan adegan di film dan dunia nyata , bahkan film kartun pun sebagai bentuk hiburan yang ditujukan untuk anak-anak, khususnya film kartun banyak adegan kekerasan dalamnya . Serial kartun populer Tom and Jerry adalah salah satu contoh film kartun yang menampilkan banyak bentuk kekerasan yang dibalut dengan humor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun