Lingkungan kampus yang seharusnya menjadi ruang yang aman dan nyaman untuk bpelajar, seringkali justru menjadi tempat terjadinya tindakan pelecehan seksual. Mulai dari komentar-komentar berbau seksual hingga tindakan fisik yang tidak diinginkan, pelecehan seksual di kampus telah menjadi masalah serius yang merongrong hak-hak mahasiswa. Korban pelecehan seksual di kampus seringkali mengalami trauma mendalam, kesulitan berkonsentrasi belajar, hingga menarik diri dari lingkungan sosial.
Â
Sudut Pandang Mahasiswa
     Bagi mahasiswa, mengalami pelecehan seksual di lingkungan kampus terasa seperti pengkhianatan. Mereka yang seharusnya merasa terlindungi, justru merasa terancam dan tidak berdaya. Banyak korban yang memilih untuk bungkam karena takut akan stigma sosial, takut tidak dipercaya, atau khawatir akan dampaknya terhadap masa depan akademik mereka.
    "Saya merasa bersalah dan malu setelah kejadian itu," ungkap seorang mahasiswi yang pernah menjadi korban. "Saya takut jika orang lain tahu, mereka akan menghakimi saya."
     Perasaan bersalah dan malu yang dialami korban seringkali diperparah oleh budaya patriarki yang masih kuat di masyarakat. Korban seringkali disalahkan atas kejadian yang menimpa mereka, seolah-olah mereka yang "mencari masalah". Padahal, pelecehan seksual adalah bentuk kekerasan yang dilakukan oleh pelaku, dan korban tidak bertanggung jawab atas tindakan pelaku.
Â
Dampak Pelecehan Seksual di Kampus
     Dampak dari pelecehan seksual di kampus sangat luas dan kompleks. Selain trauma psikologis, pelecehan seksual juga dapat berdampak pada:
1.Prestasi akademik: Korban seringkali mengalami kesulitan konsentrasi, penurunan motivasi belajar, dan bahkan putus kuliah.
2.Hubungan sosial: Korban cenderung menarik diri dari lingkungan sosial, merasa sulit untuk percaya pada orang lain, dan mengalami kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat.