Mohon tunggu...
Ratu Atika Zahra
Ratu Atika Zahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

hobi memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengenal Aspek Sosial, Budaya, dan Ekonomi di Desa Hambaro, KEC. Nanggung, Kab. Bogor, Jawa Barat.

19 Desember 2023   17:33 Diperbarui: 19 Desember 2023   19:03 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jumat, 15 Desember 2023

Dalam melakukan Studi Lapangan terkait Pengembangan Masyarakat Kami Mahasiswi  UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam, dibawah naungan  Dosen Pengampu Mata Kuliah Pengantar Pengembangan Mayarakat, Bapak Jufri Halim, S.Ag.,M.Si. Melakukan Penelitian Perkembangan di bidang Pendidikan, Sosial, Budaya, dan Ekonomi di Desa Hambaro yang terletak di Kec. Nanggung, Kab. Bogor, Jawa Barat.

Penelitian dilakukan secara kelompok, dan kelompok saya mememfokuskan pada bidang sosial, Akan tetapi disini saya akan sedikit menambahkan aspek lain yaitu Budaya dan Ekonomi yang masih berkaitan dengan aspek sosial.

Dalam aspek Sosial Desa Hambaro memiliki beberapa program diantaranya: LPM (Lembaga Pemberdayaan Mayarakat), PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga), POSYANDU (Pos Layanan Terpadu), Karang Taruna, Dan lain sebagainya. Salah satu Programnya adalah PMT (Pemberian Makanan Tambahan) yang diselenggarakan setiap 1 bulan sekali dan pelaksanannya  selang-seling, PMT diberikan kepada Batita, Balita, dan khususnya anak penyandang stunting.

Karang Taruna di Desa Hambaro memiliki kegiatan di bidang perkebunan yakni kebun alpukat yang mereka sendiri  ajukan kepada Pemerintahan Desa. Akan tetapi kegiatan ini divakumkan dikarenakan cuaca yang tidak menentu  dan sulitnya perawatan kebun alpukat tersebut, Masyarakat desa hambaro memiliki hubungan yang erat satu sama lain dengan bukti memiliki rasa gotong royong yang tinggi, seperti melakukan kegiatan masyarakat, keagamaan,dll.

Selain PKK, POSYANDU, dan Karang Taruna ada juga MUI Desa yaitu Pemberdayaan Masyarakat yang dilakukan dengan cara pengajian rutin setiap awal bulan dan diadakan di masjid atau mushola di daerah hambaro. Mayarakat Desa Hambaro mayoritas beragama Islam dan dijuluki sebagai “Desa Santri” dikarenakan dahulu Desa Hambaro merupakan tempat lahirnya para pemuka agama Islam.

Dalam Aspek Budaya di Desa Hambaro memiliki banyak sekali kesenian ungkap Pak Ian selaku pendiri “Lingkung Seni Sanggar Balerea” dan sekaligus pelopor pertama pengembangan masyarakat melalui kesenian di Desa Hambaro, Pak Ian Mengungkapkan “Berawal dimasa pandemi covid-19 tepat 3 tahun lalu saya mendirikan sanggar ini karna saya melihat anak anak sekitar sehabis belajar daring tidak memiliki kegiatan positif yang dapat mengisi waktu luang.” Kegiatan kesenian yang dikembangan oleh pak Ian ada budaya keaagamaan seperti Qasidah yang diikuti oleh ibu-ibu, marawis diikuti oleh anak dan remaja laki-laki, serta arkustik religi yang diikuti oleh remaja, ada juga budaya tradisionalnya yaitu tari jaipong yang dilaksanakan 1 bulan sekali dan ada pelatih khususnya dan latihan mandiri 1 minggu sekali secara kelompok, untuk budaya bela diri kang Ian mengadakan pencak silat yang dilakukan setiap malam rabu tetapi untuk 1 bulan terakhir pencak silat sedang vakum dikarenakan faktor cuaca yang hampir setiap malam dilanda hujan.

Untuk mengembangkan kesenian yang ada, warga sekitar merayakan dan mengadakan PHBN (Peringatan Hari Besar Nasional) yaitu setiap 1 tahun sekali tepatnya dibulan Agustus. Semua warga ikut serta dalam perlombaan dan pentas seni yang di gelar di Balai Desa Hambaro.

Dan untuk Aspek Ekonomi Desa Hambaro memiliki BUMDES (Badan Usaha Milik Desa) yang bergerak dibidang pertanian dan perternakan, untuk perternakan itu sendiri desa memberi modal berupa uang untuk pembelian kambing dan pembelian pangan. “Tujuan pertama perternakan kambing ini difokuskan untuk penggemukan terlebih dahulu, setelah kambing  gemuk baru kambing kambing dijual.” Ujar Pak Nandi. Keuntungan yang didapat 60% untuk BUMDES dan 40% nya untuk yang mengelola. ”Namun sayangnya dalam aspek ekonomi ini belum adanya pengembangan UMKM untuk masyarakat setempat dan hanya mengandalkan sistem pertanian dan perternakan tersebut.” Ungkap salah satu Mahasiswi.

Desa Hambaro termasuk desa berkembang dan berusaha menjadi desa yang maju. Perlu adanya peningkatan dibidang ekonomi seperti pengembangan UMKM untuk warga setempat agar lebih produktif dan menghasilkan.


Wawancara pak Ian yang merupakan pelopor dan pendiri Lingkung Seni
Wawancara pak Ian yang merupakan pelopor dan pendiri Lingkung Seni

Wawancara di sanggar Lingkung Seni
Wawancara di sanggar Lingkung Seni

Wawancara pak Nandi di Balai Desa
Wawancara pak Nandi di Balai Desa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun