Mohon tunggu...
Ratu HanumDamayanti
Ratu HanumDamayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa / Universitas Airlangga

-

Selanjutnya

Tutup

Music

Musik Klasik sebagai Media untuk Mengurangi Stress Pasca Pandemi

8 Juni 2022   19:59 Diperbarui: 8 Juni 2022   20:15 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah kurang lebih 2 tahun lamanya dunia digemparkan oleh penyebaran virus asal Wuhan, Cina. Virus SARS-CoV-2 atau yang biasa kita sebut sebagai Corona Virus telah meresahkan seluruh dunia khususnya di Indonesia. 

Virus ini merugikan banyak pihak, karena adanya virus ini semua negara terpaksa diberlakukan sistem lockdown atau karantina untuk mengurangi pesatnya penularan. 

Tidak hanya berdampak pada aspek kesehatan fisik saja tetapi juga pada beberapa aspek lainnya seperti, ekonomi, sosial, pendidikan, hingga kesehatan mental.

Sekarang semuanya sudah mulai meredah, masyarakat mulai bisa hidup berdampingan dengan virus tersebut. Namun, dampak paling berbekas yang disebabkan oleh pandemi ini yaitu kebiasaan. Untuk beberapa orang mungkin merasakan stress karena adanya kebiasaan baru setelah pandemi atau yang sering disebut dengan new normal.

Menurut Sarafino pada tahun 1998 yang disebutkan dalam artikel dari (Rosanty, 2014) terjadinya stress terdapat 4 pola yaitu :

  • Pertama emosi, emosi terjadi ketika didapatkan gangguan dalam perasaan seperti, sering merasa cemas, terlalu mudah untuk tersinggung, terlalu mudah marah, sering merasa gelisah, seing merasa sedih, hingga perasaan bersalah yang berlebihan.
  • Kedua kognisi, kognisi terjadi ketika didapatkannya gangguan dalam berfikir yang dapat menyebabkan kurangnya berkonsentrasi, mudah mengalami ingatan jangka pendek, hingga merasa kesulitan dalam bembuat suatu keputusan.
  • Ketiga prilaku, prilaku terjadi ketika stress yang dapat menggangu kebiasaan sehari-hari seperti, sulit untuk bersosialisasi dengan orang lain, terganggunya hubungan dalam intapersonal, hingga dapat menggangu dalam aspek peranan sosial.
  • Kemudian yang terakhir ialah gangguan pada fisiologis, stress juga dapat mengganggu dalam aspek fisiologis contohnya seperti, gangguan pada irama jantung, tubuh yang bergemetar, tubuh merasa tegang, hingga merasakan sakit perut.

Terdapat banyak metode terapi untuk mengurangi stress. Contohnya seperti melakukan hal-hal yang dapat menghibur diri kita, seperti menonton film favorit, berolahraga bahkan dapat juga dengan menggunakan metode terapi mendengarkan musik klasik. Metode ini dapat menjadi pilihan mahasiswa di masa pandemi ini karena dapat mengurangi stress yang dirasa tanpa harus keluar rumah.

Musik sudah lama dijadikan terapi untuk meringankan stress di negara lain dan terbukti ampuh dalam menurunkan tekanan darah akibat stress. 

Terdapat penelitian-penelitian di negara lain pula yang mengatakan bahwa musik dapat meredakan rasa cemas dan nyeri, hingga dapat menstabilkan detak jantung dan juga dapat menurunkan tekanan darah pada hipertesi. Namun, di Indonesia sendiri masih jarang ditemukan terapi jenis ini.

Musik klasik berperan bagi tubuh dalam sistem regulasi. Rangsangan musik klasik memiliki dampak yang positif bagi sitem peredaran darah di jantung, tidak hanya itu musik klasik memiliki kelebihan lain seperti dapat mengurangi aktivitas pada bagian dari saraf motorik yaitu sitem saraf simpatis (Adareth and Purwoko, 2017). 

Menurut Suherman pada 2010 Musik klasik dalam tempo yang lambat di kisaran 60 hingga 80 bpm dapat menimbulkan efek ketenangan, munculnya rasa aman, mengeluarkan emosi dan meningkatnya daya ingat. (Kurniawan et al., 2021)

Rekomendasi Musik Klasik yang bisa mengurangi stress versi saya :

  • Frdric Chopin - Nocturne in E Flat Major (Op.9 No. 2)
  • Franz Liszt - Liebestrume No.3
  • Claude Debussy - Clair de Lune
  • Eric Alfred Leslie Satie -- Gymnopdie No.1
  • Frdric Chopin - Nocturne No. 20 di C minor, Op. posth

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun