Mohon tunggu...
Ratu Ajeng S F
Ratu Ajeng S F Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Padjajaran

Mahasiswa Ilmu Sejarah Universitas Padjajaran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sekolah di Surabaya, Evolusi Akses dan Kurikulum dari Hindia Belanda hingga Kini

22 Juni 2024   08:31 Diperbarui: 22 Juni 2024   08:33 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan memegang peranan sentral dalam pembangunan suatu negara, menjadi kunci untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta daya saing global. Evolusi sistem pendidikan di Indonesia, dari masa Hindia Belanda hingga saat ini, mencerminkan transformasi yang signifikan. Pada masa kolonial, pendekatan pendidikan terbagi antara pribumi dan Eropa, dengan Sekolah Rakyat sebagai salah satu bentuk pendidikan untuk masyarakat pribumi.

Perkembangan ini menunjukan perubahan dalam partisipasi anak usia sekolah di Surabaya dari periode kolonial hingga era modern di Sekolah Dasar Negeri (SDN). Artikel ini akan membandingkan materi pelajaran antara Sekolah Rakyat pada masa kolonial dengan SDN modern, untuk menggambarkan bagaimana perubahan ini mencerminkan evolusi pendidikan nasional serta respons terhadap kebutuhan masyarakat yang semakin kompleks dan beragam.

Pendidikan di Surabaya telah mengalami evolusi yang mencengangkan dari masa Hindia Belanda hingga kini. Pada masa lampau, tingkat partisipasi pendidikan rendah karena kendala ekonomi, akses terbatas, dan diskriminasi. Hanya sebagian kecil anak dapat mengenyam pendidikan formal, membatasi potensi mereka untuk berkembang dalam masyarakat.

Namun, setelah Indonesia merdeka, terjadi perubahan yang signifikan. Pemerintah dan masyarakat bekerja sama memperluas akses pendidikan dengan membangun lebih banyak sekolah dan menerapkan program wajib belajar 9 tahun. Saat ini, hampir semua anak di Surabaya dapat mengakses pendidikan, mencerminkan komitmen untuk memberikan kesempatan yang setara bagi semua generasi muda untuk membangun masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan. Transformasi ini bukan hanya mengubah akses pendidikan, tetapi juga mengangkat harapan untuk kemajuan individu dan kemakmuran bersama dalam masyarakat.

Pada masa Hindia Belanda, kurikulum di Sekolah Rakyat Surabaya berfokus pada keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung dalam bahasa Melayu, sementara sekolah elit seperti ELS dan HBS menawarkan kurikulum yang lebih kompleks dengan materi seperti sejarah Belanda, Hindia Belanda, dan bahasa asing seperti Perancis dan Inggris. Tujuan pendidikan saat itu adalah untuk memenuhi kebutuhan kolonial akan tenaga kerja murah dan profesional. Di masa kini, Sekolah Dasar Negeri di Surabaya mengikuti Kurikulum Merdeka Indonesia dengan materi pelajaran yang lebih beragam seperti Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS), matematika, bahasa Indonesia, Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan (PPKn), serta pendidikan jasmani dan kesehatan (PJOK), yang dirancang untuk mengembangkan keterampilan abad ke-21 dan kemampuan berpikir kritis.

Perbandingan ini mencerminkan perubahan tujuan pendidikan dari masa lalu yang fokus pada kepentingan kolonial menjadi pendekatan modern yang lebih berorientasi pada pengembangan individu dan persiapan untuk pendidikan lanjutan. Pendidikan saat ini juga memanfaatkan teknologi dengan metode pembelajaran yang lebih beragam, termasuk pembelajaran jarak jauh dan Hybrid Learning, menunjukkan evolusi signifikan dalam pendidikan di Surabaya dari masa Hindia Belanda hingga masa kini.

Perbedaan sistem pendidikan antara masa Hindia Belanda dan masa kini di Surabaya memiliki dampak yang signifikan terhadap peluang hidup anak-anak. Pada masa Hindia Belanda, meskipun data spesifik tentang tingkat kelulusan dan melanjutkan pendidikan sulit ditemukan, pendidikan cenderung terbatas dan lebih fokus pada keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung dalam bahasa Melayu. Hal ini berpotensi membatasi peluang kerja dan pendapatan di masa depan bagi lulusan Sekolah Rakyat Hindia Belanda. Di masa kini, walaupun data spesifik untuk Surabaya masih perlu dikonfirmasi, pendidikan lebih terdiversifikasi dengan kurikulum yang mencakup Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS), matematika, bahasa Indonesia, dan Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan (PPKn). Perbedaan ini mencerminkan evolusi pendidikan menuju pengembangan keterampilan abad ke-21 dan mempersiapkan siswa untuk lebih banyak peluang di pasar kerja global.

Selain itu, perbandingan akses pendidikan dan kurikulum ini juga memiliki dampak yang signifikan terhadap tingkat pengangguran dan pendapatan di kalangan lulusan. Data terperinci mengenai tingkat pengangguran dan pendapatan saat ini di antara lulusan Sekolah Dasar Negeri di Surabaya perlu diperoleh dari sumber yang akurat untuk memberikan gambaran yang lebih jelas. Penting untuk memahami bagaimana lulusan dari sistem pendidikan ini menghadapi tantangan di pasar kerja modern dan bagaimana pendidikan yang mereka terima memengaruhi kemampuan mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan berpenghasilan cukup.

Sejarah menunjukkan bahwa perubahan dari pendidikan yang lebih terbatas pada masa Hindia Belanda menjadi pendidikan yang lebih inklusif dan beragam saat ini telah membuka lebih banyak kesempatan bagi anak-anak Indonesia. Pendidikan yang lebih inklusif memungkinkan lebih banyak anak dari berbagai latar belakang sosial ekonomi untuk mengakses pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam dunia kerja. Dengan demikian, diharapkan bahwa perubahan ini akan menghasilkan lulusan yang lebih siap bersaing di pasar kerja, mengurangi tingkat pengangguran, dan meningkatkan pendapatan rata-rata masyarakat.

Selain itu, pendidikan yang lebih beragam dan inklusif juga memberikan harapan yang lebih besar bagi masa depan anak-anak dengan peluang yang lebih luas untuk mengembangkan karier dan mencapai kesejahteraan ekonomi yang lebih baik. Ketika pendidikan mampu menjangkau semua lapisan masyarakat dan memberikan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri, maka dampaknya akan terlihat dalam peningkatan kualitas hidup dan pengurangan kesenjangan ekonomi. Oleh karena itu, investasi dalam peningkatan akses dan kualitas pendidikan menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk sukses di masa depan.

Dengan memberikan akses pendidikan yang merata dan kurikulum yang lebih komprehensif, Indonesia bergerak menuju sistem pendidikan yang memperkuat potensi anak-anak untuk bersaing secara global dan mengatasi tantangan ekonomi di masa mendatang.

Perjalanan pendidikan di Surabaya dari masa Hindia Belanda hingga kini mencerminkan transformasi yang signifikan. Pada era kolonial, pendidikan di Surabaya terbatas dengan tingkat partisipasi yang rendah, dimana banyak anak tidak dapat mengenyam pendidikan karena kendala seperti kemiskinan dan keterbatasan akses. Sekolah-sekolah elite seperti ELS dan HBS menawarkan kurikulum yang lebih maju, sementara mayoritas anak pribumi hanya dapat mengakses pendidikan dasar dalam bahasa Melayu. Namun, setelah Indonesia merdeka, terjadi lonjakan pesat dalam akses dan mutu pendidikan di Surabaya. Pemerintah dan masyarakat berkolaborasi untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut, dengan menerapkan program wajib belajar 9 tahun dan memperluas jaringan sekolah. Saat ini, Surabaya telahmencapai tingkat partisipasi pendidikan yang sangat tinggi, mencerminkan komitmen untuk memberikan kesempatan pendidikan yang setara bagi semua anak, meskipun tantangan seperti kesenjangan akses antara perkotaan dan pedesaan masih perlu ditanggulangi.

Transformasi ini tidak hanya terlihat dari peningkatan partisipasi, tetapi juga dari perubahan dalam kurikulum pendidikan. Di masa lalu, pendidikan di Surabaya lebih berfokus pada keterampilan dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung dalam bahasa Melayu, sementara kurikulum di sekolah-sekolah Belanda menitik beratkan pada mata pelajaran yang lebih maju seperti sejarah kolonial dan bahasa asing. Namun, dengan masuknya era modern, pendidikan di Surabaya kini mengusung Kurikulum Merdeka Indonesia yang lebih inklusif dan relevan. Selain memperkuat keterampilan akademis, kurikulum ini juga mengembangkan kemampuan abad ke-21 seperti berpikir kritis dan kolaboratif. Dengan demikian, pendidikan di Surabaya tidak hanya berubah secara kuantitatif dalam hal akses, tetapi juga secara kualitatif dalam penyediaan pendidikan yang lebih holistik dan adaptif terhadap perkembangan global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun