Mohon tunggu...
Ratu Adil
Ratu Adil Mohon Tunggu... -

Political and Corporate Spy with 15 Years Experience.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Menyingkap Persiapan Poros Jakarta – New York

10 Mei 2016   13:16 Diperbarui: 10 Mei 2016   20:11 8129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setya Novanto dan Donald Trump. Sumber : Detikcom

Bagi yang sudah menonton AADC 2, boleh berkesimpulan Mira Lesmana dan Riri Riza memilih meninggalkan Jokowi. Bagi yang menyadari, ada dialog singkat namun sebuah sinyal politik keras dari film AADC 2. Rangga yang diperankan Nicholas Saputra menyatakan ikut partisipasi di Pilpres 2014. Lalu Cinta yang diperankan Diandra Paramita Sastrowardoyo menjawab : “Jangan-jangan pilihan kita sama. Terus kecewa kan pilih dia?”

Sayangnya, adegan ciuman Rangga dan Cinta tidak terjadi usai dialog kekecewaan terhadap rezim Jokowi.

Kekecewaan para sineas pada Jokowi dipicu kenyataan dibangunnya Poros Jakarta – Peking oleh rezim merah. Harapan besar Sineas Indonesia bisa dirangkul Hollywood secara massif gagal total. Hollywood semula mempersiapkan perkawinan massal Sineas RI dan AS, andaikata Jokowi tidak tanggalkan AS. Joko Anwar yang sempat masuk HBO melalui serial horror Half World pun kecewa pada Jokowi. Hollywood urung lanjutkan hubungan serius dengan Sineas RI.

Bukan inisiatif Jokowi, Poros Jakarta – Peking adalah tekanan Partai dan Pemodal Tiongkok yang harus dilaksanakan Sang Petugas Partai. Para Taipan Tionghoa penuhi janji hubungkan kembali RI dan Tiongkok, sebagai imbalan diberikannya Surat Keterangan Lunas (SKL) BLBI oleh Presiden Megawati di 2003.

Yu’ Tun (nama panggilan Megawati) memang bercita-cita melanjutkan Poros Jakarta – Peking yang dulu gagal dipertahankan Presiden Soekarno. Amerika Serikat sukses mendorong pembentukan Dewan Jenderal, lalu menghembuskan provokasi rencana Kudeta oleh Dewan Jenderal kepada PKI. Alhasil, PKI yang tak mau kalah langkah, mengeksekusi Kudeta lebih cepat, 1 malam saja sebelum jadwal Kudeta Dewan Jenderal. Lalu Amerika Serikat mendukung operasi Soeharto menumpas Kudeta PKI.

Maka tegaklah Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto selama kurang lebih 32 tahun.

Kelompok merah (PDIP) yang menjadi oposisi kurang lebih selama 50 tahun, kini kembali naik panggung utama. Dan ia lanjutkanlah Poros Jakarta – Peking.

Poros Jakarta – Peking, tidak berjalan baik. Perekonomian hancur lebur. Kemakmuran hanya mengalir untuk orang-orang sekitar Istana. Mirip situasi jaman Presiden Soekarno. Soe Hok Gie, salah satu tokoh pejuang 1965, dalam catatan hariannya mengkritik keras Kemakmuran Eksklusif Istana hasil pemerintahan Presiden Soekarno.

Gie, yang film biografinya juga digarap oleh Mira Lesmana dan Riri Riza, lalu direkrut CIA melalui agennya, Aries Tides Katoppo untuk menghantam Soekarno. Sayangnya, Soe Hok Gie lantas harus mati, konon dibunuh oleh Herman Lantang, sahabatnya yang juga direkrut CIA melalui Aries Tides Katoppo.

Sebelum berangkat ke lokasi kematiannya, Gie sempat curhat pada Katoppo. Gie menyatakan sedih melihat teman-teman seperjuangannya, setelah jatuhkan Orde Lama dan masuk rezim Orde Baru, sibuk memperkaya diri, lupa rakyat. Gie tegas menyatakan pada Katoppo akan melawan keserakahan teman-temannya. Katoppo imbau Gie agar jangan lihat masalah itu. Katoppo ingatkan Gie : “Jangan lupa, melawan mereka sama saja melawan dia yang membantu kita jatuhkan Soekarno”. Namun Gie bersikeras akan melawan seusai naik gunung beberapa malam.

Dan berangkatlah Gie ke Semeru. Rupanya, perjalanan itu adalah perjalanan menuju kematiannya. Soe Hok Gie tewas seketika terkena belerang di alam bebas. Hanya bersama Herman Lantang seorang.

Situasi serupa sedang terulang. Kemakmuran hanya terbagi untuk kalangan Istana. Jika Deng Xiao Ping memproklamirkan : “Menjadi Kaya Adalah Mulia”, RI seolah berkata : “Memperkaya Taipan Tionghoa Adalah Mulia”.

Tercermin dari rencana RUU Tax Amnesty yang digodok Presiden Jokowi. Bahkan jika RUU Tax Amnesty gagal di DPR, Presiden Jokowi akan keluarkan PP Deklarasi Pajak. Padahal, RI akan menerapkan sistem pendataan pajak global mulai 2018, hasil kesepakatan forum AEOI Global (100 negara). Artinya, RI bisa menjerat para Taipan Tionghoa pelaku cuci uang di 2018. Itulah sebabnya RUU Tax Amnesty dijadwalkan harus ketok palu pada 2016 – 2017. Agar para Taipan Tionghoa yang memodali Rezim Merah, bebas dari tuduhan pelanggaran pajak di 2018.

Implementasi Poros Jakarta – Peking terlalu ekstrem, tidak memberikan ruang bagi Koalisi Atlantik Utara. Orang bilang, “Semua hanya untuk Rusia dan Tiongkok (Koalisi Asia Utara),”.

Tak heran Koalisi Atlantik Utara (AS, Inggris, Uni Eropa) mengambil posisi serius. Kekuatan finansial RI dihancurkan, sehingga harapannya hanya dana hasil Tax Amnesty Taipan Tionghoa yang bisa selamatkan APBN. Masyarakat mulai diprovokasi sentimen anti-Tionghoa. Potensi terulangnya kerusuhan Pribumi – Tionghoa di depan mata.

Apabila Sang Petugas Partai gagal imbangi kepentingan Koalisi Asia Utara dan Koalisi Atlantik Utara, dipastikan akan terjadi gonjang-ganjing besar. Bagi Koalisi Atlantik Utara, kerusuhan adalah jalan terakhir. Tak ada bisnis yang hidup jika terjadi kerusuhan. Kerusuhan adalah langkah terakhir, apabila jalan diplomatis gagal total. Namun tentunya, langkah diplomatis dan persiapan kerusuhan sedang dijalankan secara paralel.

Baca tulisan saya sebelumnya :

Poros Jakarta – Peking Di Ujung Tanduk

Poros Jakarta – Peking Di Ujung Tanduk (Chirpstroy)

Menarik untuk disimak, ketika Poros Jakarta – Peking di Ujung Tanduk, Koalisi Atlantik Utara tengah mempersiapkan serius pembangunan kembali Poros Jakarta – New York. Kandidat potensial Presiden Amerika Serikat, Donald Trump tengah bertaruh membangun pertalian erat dengan Senayan. Sudah bukan rahasia lagi kalau Istana (Eksekutif) dipegang Tiongkok, sementara Senayan (Legislatif) dipegang Amerika Serikat.

Beberapa bulan lalu, saya kembali berbincang dengan George Friedman, pendiri Stratfor (Strategic Forecast), di Singapura. George memberikan update terkini mengenai situasi Geopolitik Global.

Stratfor memprediksi skenario berikut ini :

  • Donald Trump akan memenangkan Pilpres AS pada periode 2017 – 2021.
  • Kebijakan Ekonomi Presiden AS Donald Trump akan membatasi perdagangan Tiongkok - Rusia.
  • Pengesahan UU Insentif Pajak untuk Perusahaan AS di Luar AS.
  • Ekonomi dalam negeri AS akan tersendat guna menghadang ekonomi Tiongkok (terkait kepemilikan Surat Utang Bail Out AS yang dibeli Tiongkok).
  • Perusahaan Multinasional AS (Di Luar AS) akan menjadi pilar utama ekonomi.
  • AS kembali dekat dengan Islam untuk menghadang lobi Tiongkok dan Rusia ke negara-negara Islam
  • Konflik Negara Islam dan Tiongkok-Rusia memanas.
  • Ekonomi Koalisi Asia Utara (Tiongkok dan Rusia) hancur lebur.
  • Tiongkok pecah belah (Separatisme).
  • Muncul sentimen kegagalan Donald Trump perbaiki ekonomi AS.
  • Hillary Clinton akan memenangkan Pilpres AS periode 2021 s/d 2025.
  • Hillary Clinton pimpin pecah perang Koalisi Asia Utara versus Koalisi Atlantik Utara di 2021 – 2022.

Kira-kira begitu poin pemaparan George akhir tahun lalu di Singapura. Sayangnya, George mengatakan belum bisa mempublikasi detil prediksi tersebut. Beberapa situasi vital masih dapat mengubah prediksi utama.

Contohnya rencana ujicoba nuklir Korea Utara pada Januari 2016. Setelah hasil ujicoba Mei 2016, Kim Jong Un menyatakan siap gunakan nuklir jika kedaulatan Korea Utara terancam. Tentunya, ada alasan serius kenapa Kim Jong Un menyatakan itu. Potensi pendudukan Korea Utara semakin dekat, sehingga Kim Jong Un deklarasi “senjatanya”.

north-korean-nuclear-weapon-573179b484afbd43058dda0e.jpg
north-korean-nuclear-weapon-573179b484afbd43058dda0e.jpg
Kim Jong Un Siap Kerahkan Nuklir Jika Kedaulatan Terancam. Sumber : CNN News

Sempat saya bahas dengan George soal Donald Trump akan merekatkan kembali AS dan Islam. Padahal, Donald Trump sempat menyatakan akan melarang Muslim masuk AS. George mengatakan telah mengkonfirmasi soal larangan muslim masuk AS ke Donald Trump. Pengakuan Trump, pernyataan ekstrem itu bertujuan menarik dukungan dari para pemodal Yahudi dan Israel yang kebanyakan mendukung Hillary Clinton.

George mengatakan Trump justru mendapatkan dukungan kuat dari pengusaha minyak Timur Tengah. Gurita bisnis Donald Trump memang tersebar luas di negara Islam, dari Azerbaijan, Turki, Uni Emirat, Qatar, Dubai, hingga Indonesia. Hubungan dagang Trump dan Islam, lanjut George, diprediksi akan kembali mendekatkan AS dengan Islam dan menjauhkan AS dengan Israel.

Dan benar saja, para pemodal Yahudi dan Israel kini bersuara keras menentang Donald Trump. Lihat berita dari Times of Israel.

israel-rejects-trump-57317a01327a618a052e099b.jpg
israel-rejects-trump-57317a01327a618a052e099b.jpg
Pebisnis Israel Tolak Donald Trump. Sumber : Times of Israel

Menanggapi serangan Yahudi Israel itu, Trump membalas dengan menyatakan tidak membutuhkan uang pengusaha Yahudi. Lihat berita Jerusalem Post :

trump-reject-israel-money-57317a3a0323bdc405ca21a6.jpg
trump-reject-israel-money-57317a3a0323bdc405ca21a6.jpg
Donald Trump Tolak Uang Pengusaha Israel. Sumber : Jerusalem Post

George bilang, upaya Trump rebut pemodal Yahudi di belakang Hillary masih belum berhasil. Hingga kini, hanya ada 1 pemodal Yahudi besar di belakang Trump yaitu Carl Icahn. Terkait Indonesia, George bilang jika Trump menang akan ada pertalian erat antara AS dengan RI. Poros Jakarta – New York sedang dibangun serius oleh Trump.

Menarik untuk disimak, sebetulnya ada pertalian erat antara Carl Icahn – Donald Trump – Freeport – Papa Minta Saham. Begini runutannya :

Mei 2015 hingga Januari 2016, Carl Icahn memulai serangkaian aksi beli saham perusahaan-perusahaan multinasional AS di bursa New York. Sebut saja, Apple, Netflix, Freeport Macmoran, Paypal, AIG, Xerox, Chesapeake Energy, Herbalife dan sebagainya senilai ratusan triliun.

Fokus Carl Icahn adalah saham perusahaan Multinasional AS yang turun drastis dan akan diuntungkan jika ada reformasi pajak AS. Lalu Carl Icahn memberi dukungan pada Donald Trump. Pada September 2015, Carl Icahn mengumumkan paket reformasi pajak AS (disebut Super PAC) jika Donald Trump menang, dengan dana USD 150 juta.

carl-icahn-trump-usd-150-juta-super-pac-57317aa4b67e61dc0764f71f.jpg
carl-icahn-trump-usd-150-juta-super-pac-57317aa4b67e61dc0764f71f.jpg
Carl Icahn Kucurkan USD 150 Juta Dorong RUU Reformasi Pajak. Sumber : New York Times

RUU Reformasi Pajak yang diajukan Carl Icahn ke Donald Trump, akan memberi insentif pajak bagi perusahaan multinasional AS. Jadi, jika Donald Trump menang, pajak perusahaan-perusahaan AS yang beroperasi di luar AS akan dapat potongan besar. Dengan adanya diskon pajak, maka laba bersih perusahaan tersebut akan meningkat. Laba bersih naik karena diskon pajak, maka Earning Per Share (EPS/Laba per saham) juga naik. Maka tren harga saham perusahaan multinasional AS akan naik drastis jika Donald Trump dan RUU Reformasi Pajak menang.

Contoh, Carl Icahn beli saham Xerox ketika harga sahamnya sudah turun 24%, anggap di harga USD 0,76 per saham. Jika Trump menang dan RUU Pajak sukses, laba Xerox akan naik dan sahamnya naik ke USD 1 per saham, maka Carl Icahn dapat keuntungan 31,58%.

Jadi, Carl Icahn borong saham yang dia perkirakan akan diuntungkan jika Trump menang dan RUU Pajak sukses. Carl Icahn memang dikenal sebagai investor yang kerap mendorong Kebijakan tertentu untuk menstimulus kenaikan portofolio sahamnya.

Nah, bagi investor besar seperti Carl Icahn, tentunya akan lebih diuntungkan jika ia bisa borong saham di harga yang lebih rendah lagi. Dan biasanya, perusahaan yang sedang terganjal kasus, akan diterpa sentimen kejatuhan harga saham.

Bicara soal Freeport, Carl Icahn memborong saham Freeport sejak Mei 2015 s/d Januari 2016. Pada 1 Mei 2015, harga saham Freeport sebesar USD 23,66 per saham. Pada 29 Januari 2016, harga saham Freeport sebesar USD 4,6 per saham, anjlok 80,56%. Carl Icahn kini menguasai 8,8% saham Freeport, merupakan pemegang saham terbesar di Freeport. Pemegang saham lainnya di bawah 8%.

freeport-stock-carl-icahn-trump-papa-minta-saham-57317b5e84afbd6d058dda0e.jpg
freeport-stock-carl-icahn-trump-papa-minta-saham-57317b5e84afbd6d058dda0e.jpg
Pergerakan Saham Freeport dan Rangkaian Papa Minta Saham. Sumber : Dokumen Pribadi

Kotak : Carl Icahn borong Freeport.

Lingkar 1 : Pertemuan Setya Novanto, Muhammad Riza Chalid dan Maroef Sjamsoeddin.

Lingkar 2 : Pertemuan Setya Novanto dan Fadli Zon dengan Donald Trump di New York.

Lingkar 3 : Periode Kasus Papa Minta Saham.

Menarik untuk disimak, kasus Papa Minta Saham yang semakin membuat perpanjangan Freeport tertunda-tunda, kian menjatuhkan harga saham Freeport. Artinya, Carl Icahn semakin berpeluang borong Freeport di harga yang lebih rendah.

Perhatikan, pembicaraan rekaman, pertemuan New York, kasus Papa Minta Saham, semua terjadi dalam periode Carl Icahn borong Freeport.

Pertanyaannya, apakah betul Setya Novanto ada di posisi kalah ketika Papa Minta Saham berlangsung?

Atau justru kasus Papa Minta Saham berjalan sesuai skenario Carl Icahn untuk borong Freeport di harga murah?

Faktanya, dengan bantuan kasus Papa Minta Saham, Carl Icahn bisa kuasai Freeport di harga yang semakin rendah.

Saya lebih percaya, pertemuan di New York tidak hanya dengan Donald Trump, melainkan juga Carl Icahn. Pembahasan utamanya, mempersiapkan dibukanya kasus Papa Minta Saham agar akuisisi penuh Freeport segera terealisasi di harga yang lebih murah.

Saya percaya, Freeport adalah wujud kerjasama nyata antara Donald Trump, Carl Icahn dan Senayan terkait pembentukan Poros Jakarta – New York.

Jangan lupa, Donald Trump juga berencana membangun resort seluas 3.000 hektar bersama Hary Tanoe di Lido, Bogor. Semula, pembangunan resort di Lido ini hampir batal. Pemicunya, Gubernur DKI Ahok BT Purnama mempercepat pemulusan program Reklamasi Pantai Utara Jakarta pada akhir 2014. Dampaknya, laju ekspansi bisnis properti diproyeksikan tumbuh ke arah utara Jakarta, termasuk perluasan kawasan Industri Cikarang – Karawang ke Utara.

Reklamasi 17 Pulau di Jakarta Utara mengancam investasi Hary Tanoe dan Donald Trump yang berencana ekspansi properti ke Selatan. Dan sebagai catatan, penguasa Reklamasi 17 Pulau di Pantai Utara Jakarta adalah taipan Tionghoa. Jadi dari soal arah pengembangan properti di Indonesia aja, sudah terjadi dualisme arah antara AS dan Tiongkok. Kini, proyek raksasa Reklamasi 17 Pulau gagal total. Kasus korupsi bos Agung Podomoro membuat proyek Reklamasi 17 Pulau dihentikan. Artinya, peluang ekspansi bisnis properti kembali mengarah ke selatan Jakarta, yang dikuasai kongsi RI – AS. Kebetulan?

Dalam konteks negara dalam dualisme pilar seperti Indonesia sekarang ini, tidak bisa memisahkan bisnis dan politik. Saat ini, tidak ada yang murni bisnis, sebagaimana tidak ada yang murni politis. Kongsi Hary Tanoe dan Donald Trump, berarti juga memperkuat pertalian politik RI dan AS. Serupa, pemulusan Ahok pada Reklamasi 17 Pulau yang dikuasai pengusaha Tionghoa, berarti memperkuat pertalian politik RI dan Tiongkok.

Apalagi, baik Hary Tanoe, Setya Novanto dan Fadli Zon, ketiganya juga pemain utama di KMP (Koalisi Merah Putih). Jadi, kerjasama strategis Donald Trump dengan pentolan-pentolan KMP jelas bukan motif bisnis semata. Jelas sekali, pembangunan Poros Jakarta – New York kian dekat dan berupaya mengimbangi Poros Jakarta – Peking yang justru di ujung tanduk.

Perlawanan serius terhadap Poros Jakarta – Peking yang hanya menguntungkan para taipan Tionghoa kian terbuka. Dari kasus bisnis haram kelab malam, berlanjut ke kasus korupsi RS Sumber Waras dan korupsi Reklamasi 17 Pulau. Penjahatnya, semua taipan Tionghoa. Sebentar lagi, dibuka kasus korupsi Lippo Group. Pintu masuknya, kasus Sekretaris MA Nurhadi yang akan menyeret James Riyadi. Setelah itu, akan ada kasus korupsi Paramount Land Group di kawasan Gading Serpong.

Saat ini KMP dan KIH sudah bubar, tapi pertarungan justru lebih semakin tajam. Saya kira lebih tepatnya bukan bubar, tapi akan ganti nama.

Nama baru itu, Poros Jakarta – Peking di Istana versus Poros Jakarta – New York di Senayan.

Kalau Poros Jakarta – Peking dimotori oleh PDIP, kelihatannya Poros Jakarta – New York dimotori oleh Gerindra dan Golkar. Sederhana saja, pertemuan New York diwakilkan oleh Fadli Zon dan Setya Novanto. Itu menunjukkan Fadli Zon (Gerindra) dan Setya Novanto (Golkar) adalah juru lobi RI ke AS.

Apalagi, Setya Novanto diprediksi akan segera menjabat kursi Ketua Umum (Ketum) Golkar. Berbeda dengan kandidat Ketum Golkar lainnya, Setya Novanto tidak mengincar kursi Capres Golkar di 2019. Dari 8 kandidat Ketum Golkar, 7 diantaranya hanya ingin menjadikan Golkar sebagai kendaraan politik menuju kursi Capres 2019. Setya Novanto, berencana menjadikan Golkar sebagai alat dagang politik, sebagaimana kekuatan utama Golkar.

Dari jaman Pilkada, Pileg sampai Pilpres kemarin, Golkar banyak rugi karena terlalu memaksakan memenangkan Pilpres. Padahal, tak ada satu pun kandidat Golkar yang layak jadi Capres, baik dari segi pemikiran terdepan maupun popularitas memadai.

Golkar hanya mendapatkan posisi kuat di momentum Pileg dengan perolehan suara terbesar kedua. Bagi kebanyakan kader Golkar, memenangkan Capres seperti mimpi di siang bolong. Setya Novanto sebagai juru lobi yang piawai tahu betul perubahan tren tersebut dalam tubuh Golkar. Setya Novanto pun menjadi satu-satunya kandidat Ketum Golkar yang tidak mengincar kursi Capres. Konon, Setya Novanto menyiapkan Golkar menjadi alat dagang politik untuk menggaet Jokowi menjadi Capres Golkar di 2019.

Gejala ini sudah terlihat jelas dari polemik seputar Freeport. Kasus Papa Minta Saham sebetulnya adalah kongsi Luhut Binsar Panjaitan bersama Setya Novanto dan Muhammad Riza Chalid untuk cari modal rebut Jokowi di 2019.

Baca :

Papa Minta Saham, Ketika Raksasa Freeport Tampak Liliput

Dari gelagatnya, Jokowi sendiri sebenarnya kurang terlalu sreg dengan Poros Jakarta – Peking. Seperti saya bilang di awal, Poros Jakarta – Peking bukan inisiatif Jokowi, melainkan tekanan Partai dan Pemodal Tiongkok.

Untuk urusan lobi istana, Gubernur Jenderal Tiongkok di Istana tentu semua sudah tahu, adalah Menteri BUMN Rini Soemarno. Di sisi tandingannya, ada kelompok Luhut BP sebagai Gubernur Jenderal Amerika Serikat di Istana. Saat ini, dengan fakta Poros Jakarta – Peking, Gubernur Jenderal Tiongkok Rini Soemarno masih menang posisi. Namun kelihatannya tidak bertahan lama, kelompok Luhut BP tengah bergerak serius membangun Poros Jakarta – New York.

Jadi sebetulnya memang terbuka peluang besar Jokowi akan pindah kapal untuk pencapresan 2019. Itulah kenapa Jokowi menunjuk Luhut BP sebagai penanggung jawab lobi-lobi Freeport. Karena, jika cawe-cawe Freeport sukses, dan kelihatannya berhasil, akan tersedia modal untuk membangun kapal Jokowi di 2019.

Mari tinjau beberapa poin berikut ini :

  • Poros Jakarta – Peking bukan inisiatif Jokowi.
  • Jokowi kurang sreg dilabeli Presiden Bercitarasa Tiongkok.
  • Jokowi kurang sreg dengan Operasi Tiongkok melalui Gubernur Jenderal Tiongkok Rini Soemarno.
  • Capres AS Donald Trump dan bohirnya Carl Icahn berupaya bangun Poros Jakarta – New York.
  • Donald Trump bangun kongsi bisnis bersama Hary Tanoe dari KMP.
  • Carl Icahn bangun kongsi bisnis Freeport bersama Luhut BP, Setya Novanto, Muhammad Riza Chalid dari KMP.
  • Kelompok Luhut BP, Setya Novanto, Muhammad Riza Chalid, Fadli Zon dan Hary Tanoe jadi kunci Poros Jakarta – New York.
  • Jokowi melihat peluang bebas dari status Petugas Partai atau Petugas Tiongkok jika merapat ke Poros Jakarta – New York.
  • Momentum pergantian Ketum Golkar peluang menciptakan keseimbangan politik Tiongkok versus Amerika Serikat.
  • Gubernur Jenderal Tiongkok Rini Soemarno menjagokan Ade Komarudin sebagai calon Ketum Golkar. 
  • Gubernur Jenderal Amerika Serikat Luhut BP menjagokan Setya Novanto sebagai calon Ketum Golkar.
  • Jika Setya Novanto menang kursi Ketum Golkar, Jokowi berpeluang bebas dari label Presiden Bercitarasa Tiongkok.

Meninjau poin-poin di atas, bukan tidak mungkin kabar yang mengatakan Jokowi menjagokan Setya Novanto di Ketum Golkar adalah benar. Apalagi, Setya Novanto menjadi satu-satunya kandidat Golkar yang tidak mengincar kursi Capres 2019. Tentu saja, Jokowi akan memiliki peluang maju Capres 2019 dari kapal lain jika mendukung Golkar di bawah Setya Novanto.

Kelihatannya, hasil Munaslub Golkar ini akan menjadi salah satu faktor penting kelangsungan Poros Jakarta – New York. Apabila Ade Komarudin memenangkan Ketum Golkar, artinya Poros Jakarta – Peking kian menancapkan cakarnya di Indonesia. Sebaliknya, jika Setya Novanto memenangkan Ketum Golkar, artinya Poros Jakarta – New York berpeluang menjadi penyeimbang Poros Jakarta – Peking di Indonesia.

Konon, hasil munaslub Golkar menjadi penentu agenda Reshuffle yang selama ini tertunda dan terkatung-katung. Jika Ade Komarudin menang Ketum Golkar, maka agenda Reshuffle tidak akan mencopot kelompok Gubernur Jenderal Tiongkok Rini Soemarno. Sebaliknya, jika Setya Novantro menang Ketum Golkar, maka agenda Reshuffle akan banyak mengganti kelompok Gubernur Jenderal Tiongkok Rini Soemarno.

Sangat menarik untuk disimak hasil Munaslub Golkar ini.

Apakah Indonesia akan semakin dicakar oleh Tiongkok dan Poros Jakarta – Peking?

Ataukah Poros Jakarta – New York akan mendapatkan ruang untuk menyimbangkan Tiongkok dan Poros Jakarta Peking?

Mari kita simak kelanjutan kisahnya.

----

Bacaan Tambahan :

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun