Transkrip di atas juga menunjukkan Maroef Sjamsoeddin ingin memperjelas status Jokowi dalam segudang permintaan Luhut.
Sekarang coba anda putar posisi melihat dari kacamata Freeport :
- Anda memiliki rekaman pembicaraan dengan 2 orang papan atas, Ketua DPR dan Raja Minyak.
- Dua pihak yang menjadi target rekaman tidak tahu menahu sedang direkam, sehingga ada kemungkinan isi pembicaraan apa adanya.
- Rekaman menyebut Luhut minta saham di PLTA Uru Muka dan jatah divestasi saham.
- Rekaman menyebut Jokowi menunjuk Luhut sebagai kuncen lobi-lobi persoalan Freeport.
- Sudah November, tak kunjung jelas apakah izin ekspor Freeport akan diperpanjang pada 23 Desember 2015.
- Freeport butuh suatu aksi yang mendapat simpati dan dukungan masyarakat.
Kalau anda pakai kacamata di atas, anda akan melihat perlunya membuka rekaman dengan kemasan Papa Minta Saham. Sasarannya jelas :
- Mengkampanyekan borok pemerintahan Jokowi dan permainan Luhut via Riza Chalid dan Setya Novanto.
- Menegaskan posisi tawar Freeport tanpa perlu frontal bicara perpanjangan kontrak dan izin ekspor Freeport.
- Mendapat dukungan publik melalui reduksi masalah menjadi Kongsi Gelap RI memeras seorang Maroef Sjamsoeddin.
Terlepas dari etis tidaknya Ketua DPR Setya Novanto dan Raja Minyak Riza Chalid terlibat lobi Freeport. Terlepas dari etis tidaknya Luhut Panjaitan menjadi kuncen lobi Freeport. Terlepas dari etis tidaknya Luhut minta proyek PLTA dan jatah divestasi Freeport. Terlepas dari etis tidaknya Jokowi tunjuk Luhut jadi kuncen lobi Freeport.
Jangan lupa, di balik semua ini ada Perpanjangan Izin Ekspor Freeport pada 23 Desember 2015.
Jangan lupa, di balik semua ini ada kewajiban Divestasi Freeport yang berubah dari 51% menjadi 30%.
Jangan lupa, di balik semua ini ada Perpanjangan Kontrak Karya Freeport yang hendak dipercepat keputusannya pada akhir 2015 atau awal 2016.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H