Mohon tunggu...
Ratu Adil
Ratu Adil Mohon Tunggu... -

Political and Corporate Spy with 15 Years Experience.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Fakta Kunci Isu Babinsa for Prabowo

8 Juni 2014   23:48 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:39 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="Babinsa, KOMPAS.com"][/caption]

Dinas Penerangan TNI AD telah mengumumkan hasil investigasi terhadap isu pengarahan Babinsa agar warga pilih Prabowo. Saya lebih senang menyingkatnya, isu Babinsa for Prabowo. Pengumuman Dinas Penerangan TNI AD terkait isu Babinsa for Prabowo telah disebar ke media dan dipublikasi di website resmi TNI AD.

Berikut link Press Release TNI AD tersebut .

Baca seksama hasil investigasi tersebut, terang benderang bahwa tak ada yang namanya pengarahan Babinsa agar warga pilih Prabowo.

Lantas, siapa yang berbohong dalam isu Babinsa for Prabowo ini? Narasumber Kompas si “Sebut Saja Rifki” atau Sabrina Asril sang penulis berita?

Ini berita Kompas.Com pada Kamis 5 Juni 2014 yang fenomenal itu :

Datang Rumah ke Rumah, Anggota Babinsa Arahkan Warga Pilih Prabowo

Ini hasil analisa saya terhadap model pemberitaan Babinsa for Prabowo yang digelontorkan Kompas (Analisa Media):

Siapakah Rifki Sang Pembuat Isu Babinsa for Prabowo? bit.ly/UkICb2

Dalam tulisan ini akan saya paparkan fakta, alur serta logika yang berkembang sebelum dan sesudah pengumuman TNI AD.

Babinsa for Prabowo versi “Sebut Saja Rifki” :

  1. Babinsa datangi warga.
  2. Area yang didatangi Babinsa di Jakarta Pusat.
  3. Demografi sosial area yang didatangi Babinsa dominan Tionghoa dan Kristiani.
  4. Tujuan Babinsa datangi warga adalah untuk pendataan referensi capres pilihan warga.
  5. Cara interview warga : Akan pilih Capres Nomor 1? Jika Tidak, pilih Capres Nomor 2?
  6. Pernyataan Rifki 1 : Babinsa arahkan warga pilih Nomor 1.
  7. Pernyataan Rifki 2 : Warga masih trauma dengan Kerusuhan 1998.
  8. Pernyataan Rifki 3 : Kalau pakai pengerahan Babinsa, tandanya sudah takut kalah.

Hasil Investigasi TNI AD :

  1. Babinsa yang datangi warga alias si “Sebut Saja Rifki” alias AT bernama Koptu Rusfandi.
  2. Area yang didatangi Babinsa adalah Kelurahan Cideng, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat.
  3. Demografi sosial area yang didatangi tidak dijelaskan.
  4. Tujuan Babinsa datangi warga adalah pendataan referensi capres pilihan warga.
  5. Cara interview warga : Tunjukkan Gambar Capres No.1, lalu Gambar Capres No.2.
  6. Temuan TNI AD : Tidak ada pengarahan pilih salah satu Capres
  7. Temuan TNI AD : Pertanyaan pertama berdasarkan Nomor Urut Capres ditafsirkan AT alias Rifki sebagai pengarahan agar pilih Prabowo
  8. Temuan TNI AD : Koptu Rusfandi bergerak atas perintah, namun Pangdam Jaya hingga Danramil tak pernah beri perintah pendataan capres pilihan warga.

[caption id="attachment_327981" align="aligncenter" width="630" caption="Sumber : Press Release TNI AD (bisa dilihat juga di website resmi TNI AD)"]

14022204061685784512
14022204061685784512
[/caption]

Validitas Kesaksian “Sebut Saja Rifki” :

  1. Babinsa datangi warga (Valid).
  2. Area yang didatangi Babinsa di Jakarta Pusat (Valid).
  3. Demografi sosial area yang didatangi Babinsa dominan Tionghoa dan Kristiani (Opini Tambahan).
  4. Tujuan Babinsa datangi warga adalah untuk pendataan referensi capres pilihan warga (Valid).
  5. Cara interview warga : Akan pilih Capres Nomor 1? Jika Tidak, pilih Capres Nomor 2? (Valid).
  6. Pernyataan Rifki 1 : Babinsa arahkan warga pilih Nomor 1 (Penafsiran Pribadi).
  7. Pernyataan Rifki 2 : Warga masih trauma dengan Kerusuhan 1998 (Opini Tambahan).
  8. Pernyataan Rifki 3 : Kalau pakai pengerahan Babinsa, tandanya sudah takut kalah (Opini Tambahan).

Dari komparasi fakta-fakta versi Rifki alias AT, terlihat bahwa adanya pengarahan Babinsa agar warga pilih Prabowo hanyalah penafsiran pribadi. Seperti dikatakan Kepala Dinas Penerangan TNI, Andika Perkasa, penafsiran seolah ada pengarahan dikarenakan Prabowo mendapat nomor urut 1. Menurut Andika Perkasa, dikarenakan nomor urut 1 itulah pertanyaan ditanyakan lebih dulu.

Melihat fakta tersebut, jelas bahwa tidak ada kaitan antara Prabowo dengan pengarahan Babinsa agar warga pilih Prabowo.

Fakta hasil komparasi dengan investigasi TNI

  1. Babinsa datangi warga.
  2. Area yang didatangi Babinsa di Jakarta Pusat.
  3. Tujuan Babinsa datangi warga adalah untuk pendataan referensi capres pilihan warga.
  4. Cara interview warga : Tunjukkan Gambar Capres No.1, lalu Gambar Capres No.2
  5. Temuan TNI AD : Tidak ada pengarahan pilih salah satu Capres
  6. Temuan TNI AD : Pertanyaan pertama berdasarkan Nomor Urut Capres ditafsirkan AT alias Rifki sebagai pengarahan agar pilih Prabowo
  7. Temuan TNI AD : Koptu Rusfandi bergerak atas perintah, namun Pangdam Jaya hingga Danramil tak pernah beri perintah pendataan capres pilihan warga

Namun demikian, masih tersisa beberapa pertanyaan, sebagai berikut :

Pertanyaan 1 : 3 Opini Tambahan Rifki

  1. Rifki sebut tempat tinggalnya dominan etnis Tionghoa dan pemeluk agama Kristiani.
  2. Rifki sebut warga masih trauma dengan kerusuhan 1998.
  3. Rifki sebut kalau pakai pengerahan Babinsa, tandanya sudah takut kalah.

Seperti saya ulas dalam artikel sebelumnya, Opini Tambahan nomor 1 dan 2 berkaitan dengan stigma negatif masyarakat terhadap Prabowo.

[caption id="attachment_327982" align="aligncenter" width="529" caption="Sumber : Kompas.Com Kamis 5 Juni 2014"]

1402220600532690149
1402220600532690149
[/caption]

Rifki ingin mengesankan ada represi pada warga Tionghoa dan Kristen di Jakarta Pusat. Ini jelas bermain pada stigma Prabowo yang berhasil menggalang koalisi Parpol Islam. Risiko yang dihadapi Prabowo dengan menggalang koalisi Parpol Islam adalah dituduh menjadi pelaku atas serangan kepada Kristen. Justru kondisi ini akan dimanfaatkan lawan Prabowo untuk seolah menjadikan Prabowo pelakunya. Jika kubu Jokowi melakukan pembakaran Gereja, tentu orang mudah menuduh Prabowo pelakunya. Jika kubu Jokowi merancang represi kepada area Tionghoa, tentu orang dengan mudah menuduh Prabowo pelakunya.

[caption id="attachment_327983" align="aligncenter" width="545" caption="Sumber : Kompas.Com Kamis 5 Juni 2014"]

1402220651991992564
1402220651991992564
[/caption]

Pernyataan Rifki juga ingin mengingatkan kembali pada kerusuhan 1998 yang mana menjadi stigma negatif Prabowo. Sudah umum di masyarakat berpandangan bahwa kerusuhan 1998 menjadikan etnis Tionghoa korban. Kerusuhan 1998 juga menjadi stigma negatif kepada Prabowo. Terlihat jelas pernyataan si “Sebut Saja Rifki” dalam tulisan karya Sabrina Asril ini mengangkat kembali soal Kerusuhan 1998.

Padahal kalau dilihat secara fakta, bukan Prabowo dalang Kerusuhan 1998. Lihat tulisan saya Fakta Kunci Tuduhan Penculikan Prabowo bit.ly/1tgvC0d [caption id="attachment_327984" align="aligncenter" width="535" caption="Sumber : Kompas.Com Kamis 5 Juni 2014"]

14022207021552162589
14022207021552162589
[/caption]

Pernyataan Rifki juga tampak ingin mengesankan bahwa mengerahkan Babinsa menandai keputusasaan Prabowo. Perhatikan baik-baik kalimatnya “Kalau sudah xxx (kerahkan Babinsa), tandanya sudah takut kalah”.

Coba cek apa jawaban yang selalu diberikan Jokowi, JK, Tjahjo Kumolo, Tim Jasmev terhadap isu negatif Jokowi. SOP tim Jokowi – JK dalam menghadapi serangan selalu menjawab

  • “Kalau sudah xxx (sebar fitnah), tandanya sudah takut kalah,”.
  • “Kalau sudah xxx (pakai black campaign), tandanya sudah takut kalah,”
  • “Kalau sudah xxx (kerahkan Babinsa), tandanya sudah takut kalah,”

Pertanyaan 2 : Samakah Rifki dengan AT?

Apabila melihat hasil investigasi TNI AD, terkuak nama narasumber warga Cideng Jakarta Pusat sebenarnya berinisial AT. Tentu timbul pertanyaan, samakah AT dengan si “Sebut Saja Rifki” yang jadi narasumber Kompas.Com?

Ataukah karena 3 Opini Tambahan di atas merupakan pernyataan tambahan dari Sabrina Asril sang penulis berita, sehingga digunakan nama Rifki?

Apabila Sabrina Asril sang penulis menambahkan 3 Opini Tambahan Rifki tersebut, artinya penulis berita bermain dalam isu Babinsa for Prabowo ini.

Tentu saja, kunci untuk memastikan apakah benar AT menyatakan 3 Opini Tambahan itu adalah mewawancara ulang AT sang narasumber. Bisa ditanyakan, apakah benar AT menyatakan soal Tionghoa, Kristiani, Kerusuhan 1998 itu?

Ini sangat penting, karena Tionghoa, Kristiani dan Kerusuhan 1998 adalah stigma yang berkaitan dengan Prabowo. Apa betul AT ketika diwawancara Sabrina Asril menyatakan 3 stigma negatif Prabowo?

Karena apabila AT ternyata tidak pernah menyebutkan itu, artinya Sabrina Asril sebagai penulis berita ikut bermain dalam isu Babinsa for Prabowo. Sudahkah ini diusut oleh Kompas atau Dewan Pers?

Karena jika media sekelas Kompas mengedit pernyataan narasumber (AT) untuk kepentingan politik Pilpres, artinya Kompas kebobolan. Entah Kompas kebobolan oleh Sabrina Asril, atau Sabrina Asril diperintahkan oleh Redaksi Kompas untuk mengarahkan pemberitaan Babinsa agar menyerang Prabowo?

Seperti saya katakan tadi, kuncinya adalah mewawancara ulang AT untuk memastikan soal 3 Opini Tambahan Rifki. Dengan metode ini, bisa diketahui apakah AT sama dengan Rifki. Ataukah Rifki adalah tokoh karangan Sabrina Asril dalam rangka menambahkan dan mempertajam isu Babinsa penuturan AT agar menyerang Prabowo?

Pertanyaan 3 : Siapa Perintahkan Koptu Rusfandi?

Hasil investigasi TNI AD menunjukkan bahwa :

  1. Koptu Rusfandi : Diperintahkan untuk mendata referensi Capres pilihan warga.
  2. Temuan TNI AD : Pangdam Jaya hingga Danramil tak perintahkan Koptu Rusfandi data referensi Capres pilihan warga.

Apabila Pangdam Jaya hingga Danramil tak pernah beri perintah pendataan, lalu siapa perintahkan Koptu Rusfandi bergerak? Kalau TNI AD tak temukan bukti perintah, artinya perintah diberikan secara lisan, bukan tertulis.

Menacu pada tak adanya surat perintah tertulis, tentu saja ada 3 kemungkinan datangnya perintah pada Koptu Rusfandi :

  1. Perintah datang secara lisan dari salah seorang atasan Koptu Rusfandi.
  2. Perintah datang secara lisan dari pihak lain dalam militer tapi bukan dalam garis komando Koptu Rusfandi.
  3. Perintah datang dari transaksi Koptu Rusfandi dengan pihak lain di luar militer

Disinilah ruang spekulasi yang tak akan terjamah dan sulit dibuktikan dengan metode apapun. Kecuali perintah datang atas perintah bersifat transaksional (poin 3) dan ada bukti transfer bank. Kalau tidak, tak akan dapat ditemukan siapa yang beri perintah.

Dalam kasus seperti ini, otomatis pihak manapun bisa melakukan ini, baik Prabowo maupun Jokowi. Faktanya, purnawirawan TNI pecah belah, ada yang dukung Jokowi, ada yang dukung Prabowo.

Dalam kasus seperti ini, kita hanya bisa memberikan indikasi “Siapa yang bermain” dengan melihat “Siapa yang diuntungkan”.

Kalau pakai model indikasi seperti itu, jelas kubu TNI di belakang Jokowi yang terindikasi merancang isu Babinsa for Prabowo. Karena jelas yang dirugikan dengan adanya isu Babinsa for Prabowo adalah Prabowo.

Seperti saya paparkan tadi, kunci melihat siapa yang bermain adalah :

Apakah AT memberikan pernyataan terkait Tionghoa, Kristiani dan Kerusuhan 1998?

  • Jika Ya, maka AT identik dengan Rifki dan AT adalah pihak yang memainkan isu bohong ini
  • Jika Tidak, maka AT berbeda dengan Rifki dan Rifki adalah tokoh rekaan Sabrina Asril sang penulis berita

Pertanyaan di atas harus terjawab dulu, karena jika belum terjawab, maka indikasi siapa perintahkan Koptu Rusfandi tak akan terjawab.

Karena, apabila Sabrina Asril terlibat dalam permainan isu Babinsa for Prabowo, tentunya ada peran Timses Jokowi – JK disini. Dan itu menjelaskan, kenapa tokoh-tokoh timses Jokowi – JK begitu menggenjot isu Babinsa for Prabowo yang ternyata tidak terbukti.

Ketua Tim Pemenangan Jokowi – JK, Tjahjo Kumolo sangat aktif berbicara soal Babinsa for Prabowo. Jusuf Kalla juga sangat aktif berbicara soal Babinsa for Prabowo. Kanal-kanal seperti Kompas, Berita Satu, Jawa Pos dan Metro TV yang berada di kubu Jokowi juga aktif sekali membahas isu Babinsa for Prabowo.

Berita Satu adalah milik James Riady (Grup Lippo), backing kuat Jokowi. Jawa Pos adalah milik Dahlan Iskan yang mendukung Jokowi karena dijanjikan akan lanjut jabat Menteri BUMN. Metro TV adalah milik Surya Paloh pendiri Nasdem.

Apabila benar Sabrina Asril bermain dalam menambahkan pernyataan AT, mengubah namanya jadi Rifki, menajamkan pemberitaan ke arah Prabowo, maka menjelaskan kenapa Tjahjo Kumolo, Jusuf Kalla dan Media-Media kubu Jokowi aktif mendorong isu Babinsa for Prabowo.

Karena memang mereka (Jokowi – JK) yang mendapat keuntungan dari isu Babinsa for Prabowo.

Runutan alur dan logikanya begini :

  1. Apabila pernyataan AT diedit dan AT berbeda dengan Rifki, maka Sabrina Asril bermain dalam isu Babinsa for Prabowo.
  2. Apabila Sabrina Asril bermain, maka menjelaskan kenapa Tjahjo Kumolo, JK dan media-medianya Jokowi aktif dorong Babinsa for Prabowo.
  3. Apabila tokoh dan medianya Jokowi – JK aktif berbicara, maka isu Babinsa for Prabowo dirancang oleh Timses Jokowi – JK.
  4. Apabila Timses Jokowi – JK merancang isu Babinsa for Prabowo, maka Koptu Rusfandi diperintahkan oleh Timses Jokowi – JK.
  5. Apabila Koptu Rusfandi diperintahkan Timses Jokowi – JK, maka bisa secara transaksional atau via TNI di belakang Jokowi – JK.

Namun tentunya, kunci kebenaran isu Babinsa for Prabowo ada di tangan AT. Apakah AT benar menyatakan Tionghoa, Kristiani dan Kerusuhan 1998. Karena jika tidak, maka AT berbeda dengan Rifki dan artinya Sabrina Asril sang penulis berita bermain dalam skenario Babinsa for Prabowo.

Mari kita simak kelanjutannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun