Mohon tunggu...
Ratu Adil
Ratu Adil Mohon Tunggu... -

Political and Corporate Spy with 15 Years Experience.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Piala Dunia dan Puasa, Kunci Kemenangan Prabowo - Hatta

12 Juni 2014   04:17 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:08 1113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jokowi – JK dan tagline Indonesia Hebat menggelegar dimana-mana, dari iklan TV, spanduk sampai Billboard. Tak luput, siang tadi Jokowi – JK menggelar acara di Gelora Bung Karno mengundang sejumlah artis papan atas. Begitu besar biaya yang digelontorkan untuk mengiklankan diri, ada yang menghitung sudah lebih dari Rp 1 triliun. Entahlah.

Lalu merebak juga penyingkapan fakta bahwa Jokowi – JK melakukan kampanye melukai diri sendiri untuk menciptakan kesan dilukai. Lalu akibat rancangan adanya serangan pada diri sendiri itu, seolah Prabowo – Hatta yang melakukannya.

Contoh kasus kampanye Jokowi RIP yang tersingkap kalau itu dilakukan oleh tim mereka sendiri.

Lihat : Kalau Jokowi Dilukai, Bukan Berarti Prabowo Pelakunya bit.ly/1nxUMWx

Lalu soal Babinsa for Prabowo, yang ternyata dirancang oleh timses Jokowi – JK bersama jurnalis Kompas bernama Sabrina Asril.

Lihat : Siapakah Rifki Sang Pembuat Isu Babinsa for Prabowo? bit.ly/UkICb2

Fakta Kunci Isu Babinsa for Prabowo bit.ly/1kOwD05

Memang sulit membuktikan hingga terjadi pengusutan oleh pihak yang berwenang. Namun terindikasi kuat Jokowi – JK andalkan taktik Playing Victim.

Dari dana kampanye berskala triliunan hingga merancang serangan kepada diri sendiri, kenapa Jokowi – JK begitu gencar sejak jauh-jauh hari?

Wajar, Jokowi – JK tak punya waktu banyak untuk mengambil kendali atas wacana politik. Batas waktu Jokowi – JK untuk menguasai momen dan wacana politik hanya sampai 12 Juni 2014. Kok bisa? Bukankah masa kampanye Pilpres 2014 berlangsung antara 4 Juni hingga 5 Juli 2014?

Begini ceritanya. Jokowi (tanpa JK) sudah menguasai momen dan wacana politik sejak awal 2012 (Periode Pilkada DKI 2012). Sejak awal 2012 hingga sebelum deklarasi Prabowo – Hatta, sosok Jokowi menjadi media darling. Jokowi kencing saja diberitakan.

Mendadak semua berubah sejak Deklarasi Prabowo – Hatta. Dukungan Aburizal Bakrie (dan Golkar) serta Hary Tanoe kepada Prabowo – Hatta, menyeimbangkan pemberitaan Prabowo dan Jokowi. Bergabungnya Aburizal Bakrie dan Hary Tanoe, membuat media-media milik keduanya mulai menyorot Prabowo – Hatta. Trans Group (Detik, Trans TV, Trans 7) juga mulai berimbang memberitakan Prabowo – Hatta, tak lagi dominan Jokowi. Chairul Tanjung pemilik Trans Group memperoleh jabatan Menko Perekonomian sementara menggantikan Hatta Rajasa yang mundur.

Jika sebelumnya semua media dominan menyorot Jokowi, kini tidak lagi. Media pendukung Jokowi tersisa : Metro TV milik Surya Paloh pendiri Nasdem, Berita Satu milik James Riyadi penyokong dana Jokowi, dan Jawa Pos milik Dahlan Iskan yang dijanjikan kembali jabat Menteri BUMN oleh Jokowi. Media pendukung tambahan Jokowi adalah Kompas Group terkait deal Jokowi dengan jaringan Katolik Indonesia. Korelasi jaringan Katolik dengan Jokowi, lihat : Vatikan Usulkan Megawati Jadi Sekjen PBB bit.ly/1iplZKL

Sejak Deklarasi Prabowo – Hatta, pemberitaan media kini berimbang, Jokowi – JK tak lagi dominan kuasai media. Namun, gema pemberitaan Jokowi yang dominan di media, sudah terjadi sejak awal 2012. Sulit bagi Prabowo – Hatta menyeimbangkan kekuatan media dalam waktu singkat, Jokowi sudah 2 tahun kuasai media.

Beruntung bagi Prabowo – Hatta, mulai 13 Juni 2014 ada momentum yang bisa membuat Jokowi kalah posisi. Piala Dunia dan Puasa.

Pada 13 Juni – 24 Juni 2014, berlangsung ajang Piala Dunia di Brazil. Semua tentu sudah tahu kalau Bakrie Group memenangkan kontrak hak siar eksklusif untuk Piala Dunia dari FIFA. Artinya, tak satu stasiun TV di Indonesia yang bisa menayangkan Piala Dunia 2014, kecuali medianya Bakrie Group. Piala Dunia 2014 hanya disiarkan di TV One, ANTV dan Viva Sky.

Seharusnya, momentu Piala Dunia 2014 menjadi andalan Aburizal Bakrie jika berhasil dapat koalisi untuk Poros Ketiga. Tadinya, Aburizal Bakrie hendak berpasangan dengan Pramono Edhie membentuk poros ketiga di Pilpres 2014. Sayangnya, rencana ini gagal.

Kegagalan Aburizal Bakrie mendirikan Poros Ketiga dikarenakan Megawati tolak hormati Rapimnas Golkar. Pada 17 dan 18 Mei 2014, Rapimnas Golkar putuskan tak ada kandidat yang boleh maju Pilpres selain Aburizal Bakrie. Rapimnas Golkar ini merupakan upaya mencegah Jusuf Kalla jadi cawapres Jokowi. Akbar Tanjung yang semula mendukung Jusuf Kalla pun balik dukung Aburizal Bakrie. Akbar Tanjung gerah melihat Jusuf Kalla pecah belah PPP dan ancam dirikan Golkar Tandingan demi jadi Cawapres Jokowi. Atas nama keutuhan Golkar, Akbar Tanjung balik arah dukung Aburizal Bakrie tegaskan di Rapimnas Golkar bahwa hanya ada 1 kandidat Golkar di Pilpres 2014.

Usai Rapimnas, Aburizal Bakrie melawat ke Megawati meminta agar PDIP hormati Rapimnas Golkar dan tak jadikan Jusuf Kalla cawapres Jokowi. Megawati, entah kenapa, menolak permintaan Aburizal Bakrie itu. Konon, semua ini ada kaitannya dengan lobi Jusuf Kalla kepada Megawati melalui Komjen Pol Budi Gunawan. Jusuf Kalla disebut meminta Irjen Pol Sjafruddin (mantan ajudan JK ketika jadi Wakil Presiden) melobi Komjen Pol Budi Gunawan. Komjen Pol Budi Gunawan adalah mantan ajudan Megawati ketika jadi Presiden. Entah apa yang menjadi bahan lobi, Megawati pun muluskan Jusuf Kalla jadi Cawapres Jokowi.

Lantas kenapa nasib Poros Ketiga berada di tangan Jusuf Kalla? Partai Demokrat yang berencana berkoalisi dengan Golkar melihat kalau JK jadi Cawapres Jokowi kurang menguntungkan. JK disebut menguasai 30% suara Golkar. Artinya, dari 15% suara Golkar di Pileg, JK memegang sekitar 4,5% suara Golkar. Hitungan Demokrat, kalau JK jadi Cawapres Jokowi, maka suara riil Aburizal Bakrie hanya 10,5%. Angka Aburizal Bakrie 10,5% selisih tipis dengan Demokrat 10%. Bagi Demokrat, kalau selisihnya hanya 0,5%, kenapa Capres harus dari Golkar, kenapa tidak dari Demokrat? Itulah kenapa JK dan Megawati kemarin menentukan nasib Poros Ketiga.

Kegagalan membentuk Poros Ketiga, Demokrat pilih Netral, sementara Aburizal Bakrie dan Golkar ke Prabowo. Dukungan Aburizal Bakrie dan Golkar ke Prabowo menjadi faktor sangat penting. Dari dukungan Aburizal Bakrie dan Golkar, Prabowo – Hatta dapat dukungan suara Golkar dan blocking Piala Dunia 2014.

Sebelum Aburizal Bakrie dan Golkar mendukung, kekuatan utama Prabowo – Hatta menghadang Jokowi – JK adalah periode Puasa. Koalisi Parpol Islam di belakang Prabowo (PAN, PKS, PPP, PBB ditambah NU) menjadikan momentum Puasa sangat strategis bagi Prabowo – Hatta.

Itulah kenapa PDIP begitu khawatir dengan terbentuknya Koalisi Parpol Islam di belakang Prabowo – Hatta. Momentum Puasa 2014 yang berbarengan dengan periode kampanye Pilpres 2014, membuat Jokowi – JK ketar-ketir. Saking ketakutannya PDIP sampai-sampai meminta kadernya pantau Masjid dari potensi kampanye.

[caption id="attachment_328538" align="aligncenter" width="358" caption="Sumber : @news_pdip"][/caption]

Pengumuman akun @news_pdip itu menghebohkan, sampai-sampai akun tersebut kini ditutup. Adanya imbauan PDIP memantau masjid merupakan bukti kekhawatiran dan ketakutan yang besar terhadap Prabowo – Hatta di periode Puasa. Terbentuknya Koalisi Islam di belakang Prabowo – Hatta memang menjadi sebuah keuntungan tersendiri yang tidak dimiliki Jokowi – JK.

Semula, momentum Puasa adalah salah satu kekuatan utama Prabowo – Hatta untuk menghadang dominasi Jokowi – JK di ruang publik. Gagalnya Poros Ketiga yang mendorong Aburizal Bakrie dan Golkar mendukung Prabowo – Hatta, menambah besar kekuatan untuk menghadang Jokowi – JK. Tentu saja, sepanjang Piala Dunia 2014, Prabowo – Hatta akan mendominasi iklan. Bukan tidak mungkin, Prabowo – Hatta hadir sebagai komentator.

Piala Dunia 2014 berlangsung antara 13 – 24 Juni 2014. Kemudian periode Puasa 2014 dimulai pada 29 Juni 2014. Sementara masa kampanye berlangsung hingga 5 Juli 2014. Artinya, Jokowi – JK hanya memiliki waktu menggenjot pencitraan pada 4 – 12 Juni, lalu 25 – 28 Juni (periode kosong). Sementara pada 13 – 24 Juni 2014 dan 29 Juni – 5 Juli 2014, Prabowo – Hatta akan mendominasi tontonan publik di tingkat Grass Root.

Itulah kenapa saya sebut, Piala Dunia 2014 dan Puasa 2014 menjadi kunci kemenangan Prabowo – Hatta di Pilpres 2014. Prabowo – Hatta gagal merebut posisi di 2 momentum tersebut, otomatis tak akan menang di Pilpres 2014. Sebaliknya, Prabowo – Hatta berhasil rebut posisi di Piala Dunia dan Puasa, maka peluang menang ada di tangan.

Mari kita simak kelanjutannya.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun