Mohon tunggu...
Ratryana Dewi
Ratryana Dewi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Jika menulis adalah Nyawa, maka "kau" adalah Raga.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Memutus Luka

17 Oktober 2020   12:35 Diperbarui: 17 Oktober 2020   12:54 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kita pernah menyemai jeda

Satu kali membiarkan ego mendikte kita

Dua kali menjamu sendu

Tiga kali merapal mantra semu

Berkali-kali menjadi tong kosong

Bak satu kesatuan yang hampa

Mudahnya, kita adalah arah

Saling menunjukkan

Kadangkala menyesatkan

Namun arah tak pernah bisa dicacat

Kala dulu masih menggebu

Merasa rutin menerima rindu

Pasif pada luka

Yang tergema hanya suka

Itu kala dulu

Kala ini, kita layaknya debu

Disapu enyah

Tidakpun juga entah

Mungkin kita gagal menjadi inti

Dan baiknya memang saling sendiri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun