Subjek psikoedukasi terdiri dari berbagai usia, latar belakang dan jenis pendidikan, sehingga dalam penyampaian pesan psikoedukasinya perlu disesuaikan agar mudah dipahami.Â
"Kulo malah mumet mbak moco berita isine Covid sedanten. Wedi nek keno. Terus kok koyo podo cepet le meninggal", ucap salah satu warga dengan bahasa jawa ketika proses psikoedukasi diberikan. Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa memang kondisi Covid-19 ini sangat beresiko menganggu kesehatan mental jika kecemasan terus berlarut.Â
Padahal, jika mental tidak sehat, maka produktivitas akan terganggu. Salah satu ciri mental sehat adalah ketika individu masih dapat produktif di kehidupan sehari-hari.Â
Sehingga, besar harapan pemberian psikoedukasi ini dapat membuat masyarakat dapat lebih mengenali emosi dasar manusia dan mengetahui strategi coping stres.Â
Selain itu, psikoedukasi ini dapat menambah wawasan kepada warga bahwa emosi dan stres itu penting untuk kita kendalikan. Salam sehat mental! Di dalam jiwa yang sehat, terdapat tubuh yang sehat, men sana in corpore sano.Â
Reporter : Ratri Weningsih | Editor : Yanuar Yoga Prasetyawan, S.Hum., M.Hum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H