Mohon tunggu...
RATRI SEPTIA PRAMUDITA
RATRI SEPTIA PRAMUDITA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Brawijaya

Mahasiswa Pertanian Universitas Brawijaya yang tertarik akan konservasi dan pemulihan ekosistem hutan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Menjaga Kesimbangan Alam: Upaya Pemulihan Ekosisem di Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC)

21 Oktober 2024   13:53 Diperbarui: 21 Oktober 2024   14:15 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), yang terletak di perbatasan Kabupaten Kuningan dan Majalengka, Jawa Barat, merupakan salah satu kawasan konservasi penting di Indonesia. Dengan luas mencapai 14.841,30 hektar, TNGC tidak hanya menjadi rumah bagi beragam flora dan fauna, tetapi juga berperan vital sebagai penyangga kehidupan bagi masyarakat sekitar. Namun, seperti banyak kawasan konservasi lainnya, TNGC juga menghadapi tantangan dalam menjaga kelestariannya, terutama ancaman kebakaran hutan yang dapat merusak ekosistem secara signifikan. 

Dalam kegiatan magang kerja yang kami lakukan di Taman Nasional Gunung Ciremai dengan dosen pembimbing magang yaitu Ibu Nina Dwi Lestari, S.P., M.Ling. dan pembimbing lapang yaitu Bapak Apo, S.Hut. Kami melakukan berbagai kegiatan sebagai upaya dalam pemulihan ekosistem hutan pasca kebakaran yang menjadi isu utama dan tantangan pada Taman Nasional Gunung Ciremai. Menghadapi tantangan ini, pengelola TNGC telah menerapkan berbagai strategi inovatif dalam upaya pemulihan ekosistem pasca kebakaran. Salah satu program unggulan adalah revegetasi, yang bertujuan mengembalikan fungsi ekologis dan produktivitas lahan yang terdegradasi. Melalui program ini, TNGC telah berhasil merevitalisasi sekitar 50% dari total 7.728 hektar lahan terbuka, menyisakan hanya 17% area yang masih berupa semak belukar.

Keberhasilan program revegetasi ini tidak lepas dari pendekatan menyeluruh yang diterapkan, mulai dari pengadaan bibit hingga perawatan tanaman. Dalam pengadaan bibit, TNGC memfokuskan pada jenis tanaman endemik dan MPTS (Multiple Purpose Tree Species) yang adaptif terhadap kondisi lingkungan setempat. Teknik pembibitan yang digunakan meliputi metode stek batang dan penyemaian biji, dengan penerapan inovasi seperti penggunaan PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) untuk merangsang pertumbuhan akar.

Inovasi lain yang diterapkan adalah penggunaan teknik soil block dengan penambahan hidrogel dalam proses penanaman. Metode ini dirancang khusus untuk mengatasi tantangan kondisi tanah yang kering dan berbatu di kawasan TNGC. Soil block, yang terbuat dari campuran tanah, pupuk kandang, dan sekam, berfungsi sebagai media tanam sekaligus 'pot alami' bagi bibit. Selain itu juga dengan adanya penambahan hidrogel dapat membantu meningkatkan kapasitas penyimpanan air, sangat penting untuk menjaga kelembaban tanah di sekitar akar tanaman, terutama selama musim kemarau.

Gambar Pribadi
Gambar Pribadi

Tidak hanya berfokus pada aspek teknis, TNGC juga menyadari pentingnya keterlibatan masyarakat dalam upaya konservasi. Program "Ciremai Ka Sakola" merupakan salah satu inisiatif penyuluhan konservasi yang ditujukan kepada pelajar dari tingkat Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas di sekitar kawasan TNGC. Program ini bertujuan meningkatkan kesadaran generasi muda akan pentingnya menjaga dan melindungi lingkungan, khususnya ekosistem TNGC.

TNGC juga melibatkan masyarakat lokal dalam proses perawatan tanaman melalui pembentukan kelompok masyarakat di setiap blok kawasan. Inisiatif ini tidak hanya membantu dalam aspek teknis perawatan, tetapi juga membangun rasa kepemilikan dan tanggung jawab masyarakat terhadap kelestarian lingkungan. Salah satu contoh keberhasilan program ini adalah kelompok masyarakat Berkah Ciremai Lestari di Lempong Balong, Cigugur, yang telah berhasil merawat sekitar 4.700 tanaman revegetasi di area seluas 9 hektar selama lima tahun.

Gambar Pribadi
Gambar Pribadi

Upaya pemulihan ekosistem di TNGC menunjukkan bahwa konservasi alam bukan hanya tanggung jawab pemerintah atau pengelola kawasan, tetapi juga membutuhkan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat. Melalui kombinasi inovasi teknologi, pendekatan ilmiah, dan pelibatan masyarakat, TNGC telah menunjukkan bahwa keseimbangan antara konservasi alam dan pemberdayaan masyarakat bukan hanya sebuah cita-cita, tetapi dapat diwujudkan melalui kerja sama yang berkelanjutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun