Mohon tunggu...
Ratna Winarti
Ratna Winarti Mohon Tunggu... Penulis - Students who don't want to disappear from civilization

Just writing rather than silence!!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Review Buku "Komunitas Tionghoa di Surabaya (1910-1946)

19 Januari 2021   17:49 Diperbarui: 19 Januari 2021   18:15 842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu kedatangan oaring-orang Belanda yang melakukan pengambilan secara paksa bahan kebutuhan pokok milik warga Tionghoa yang memiliki toko dan pasar membuat orang-orang Tionghjoa resah dengan Tindakan tersebut. Ditambah lagi ketika terjadinya perlawanan 10 November 1945, keadaan Surabaya semakin memburuk terjadi krisis pangan, perampokan meningkat, dan pemerkosaan sering terjadi.

Selanjutnya terjadi Penuduhan pencurian yang dilimpahkan kepada orang-orang Tionghoa yang terjadi di Gudang makanan milik sekutu, sehingga tuduhan tersebut banyak orang Tonghoa yang ditawan. Orang-orang Tionghoa di Pasar Pabean dan Songoyu yang terdiri dari pedagang sampai buruh pasar dan pegawai kemudian bersatu untuk memprotes penawanan itu. Ditambah lagi dengan terjadinya peristiwa pemerkosaan terhadap perempuan etnis Tionghoa yang seringkali pemerkoasaan itu dilakukan oleh para serdadu Gurkha.

 Pancingan tentara Inggris kepada warga Tionghoa miskin untuk melakukan pencurian di Gudang makanan, adanya perlakukan diskriminatif pada pembagian kebutuhan pokok antara orang berkulit putih dengan orang Tionghoa membuat mereka merasa dibedakan dan akhirnya membuat mereka marah. Karena itu tindakan ketidakpuasaan etnis Tinghoa terhadap kondisi ekonomi, keamanan, dan politik yang akhirnya memicu terjadi pemogokan yang dilakukan pada 10-13 Januari 1946.

Aksi pemogokan yang dilakukan selama beberapa hari tersebut berdampak pada penurunan aktivitas perekonomian Surabaya. Akibatnya juga dirasakan terhadap penyediaan kebutuhan logistik tentara sekutu, orang-orang Eropa dan masyarakat Surabaya pada umumnya terhambat dan mendadak lumpuh. Oleh sebab itu Mayor Jendral Mansergh mengajukan permohonan maaf atas perlakuan diskriminatif yang dilakukan terhadap etnis Tionghoa hal itu bertujuan untuk memulihkan kembali perekonomian di Surabaya. 

Peristiwa pemogokan itu hanya sebagian kecil dari sikap represif dan diskriminatif yang pernah dialami warga Tionghoa di Surabaya. Dalam buku Komunitas Tionghoa di Surabaya (1910-1946) ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun