Mohon tunggu...
Ratna Susila
Ratna Susila Mohon Tunggu... Guru - Penulis, Blogger

Selama masih di beri kesempatan untuk menulis. Menulislah setiap hari. Berbagi hal baru itu menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengatasi Writer Block atau Kebuntuan Menulis

23 Januari 2023   20:38 Diperbarui: 23 Januari 2023   20:43 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Writer's Block atau kebuntuan menulis adalah sebuah keadaan pada saat penulis merasa kehilangan kemampuan untuk menulis atau tidak menemukan gagasan baru untuk tulisannya terbarunya maupun penyebab lainnya. Kehilangan kemampuan menulis dan membuat karya tulis baru tidaklah disebabkan oleh masalah komitmen atau kecakapan menulis. Setiap penulis pasti pernah mengalami berbagai hambatan dan halangan dalam perjalanan menulis mereka. Beberapa penghalang itu bersifat eksternal misalnya penolakan dari jurnal sastra, ketidaksepakatan dengan penerbit buku, kurangnya waktu dan sumber daya, dan semacamnya.

Sudah hari ke tujuh Kelas BM 28 ini belajar bersama Om Jay dan team, terdapat sepatah dua patah kata kesan dan pesan om Jay sebelum acara dimulai :
"Tak terasa kita sudah memasuki hari ketujuh. Siapa yang fokus pasti akan lulus.Di dalam kesulitan itu pasti ada kemudahan. Namun sebaliknya di dalam kemudahan itu justru ada kesulitan.Kita sendiri yang menciptakan kesulitan demi kesulitan sehingga hidup menjadi terasa sulit"

Semangat selalu.. kelas malam ini bakalan tidak kalah dari malam sebelumnya.

Semangat dan selalu sehat untuk kita semua.

Detik detik menunjukkan pukul 19.00 setelah Opening class oleh Om Jay selesai kelas dilanjutkan dipimpin oleh ibu moderator ibu Raliyanti. Ibu Raliyanti adalah salah satu dari Tim Solid Omjay yg biasa disapa Rali. Beliau dulunya juga peserta Kelas Menulis di gelombang 20 bersama Pak Dail dan bu Helwiyah.

Buku pertama beliau berjudul "Wujudkan Mimpi Terbitkan Buku" kemudian di tahun berikutnya lahir buku solo yg kedua dengan judul "Guru di Era Digital". Selain itu, ada 17 judul buku antologi yg beliau miliki baik fiksi mau pun nonfiksi.

Narasumber malam ini adalah Beliau ibu Ditta Widya Utami, S.Pd., Gr., Seorang guru berprestasi dan sangat menginspirasi.
Berikut profil beliau bisa di baca pada blog pribadi beliau :
https://dittawidyautami.blogspot.com/p/profil.html?m=1
Ditta Widya Utami, S.Pd.Gr. adalah salah satu guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy, Subang, Jawa Barat. Menikah dengan Muhammad Kholil, S.Pd.I. dan telah dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Muhammad Fatih Musyfiq. Selain aktif di MGMP, anak kedua dari pasangan Dastewi, S.Pd. dan Tia Makmur Setiana, S.Pd. ini juga aktif di bidang literasi.

Ibu Ditta sangat berprestasi terlihat dari profil beliau dengan berbagai macam hasil buku dan prestasinya, beliau adalah alumni kelas menulis yg kini bernama KBMN. Tepatnya alumni Gelombang Ke-7.

Siapa pun yang ingin menjadi penulis andal, maka harus siap dengan prosesnya.

Tidak bisa instan, perku jam terbang tinggi untuk bisa menjadi penulis hebat. beliau sendiri sudah senang membaca buku-buku cerita sejak kecil (sebelum SD). Senang menulis sejak di sekolah dasar (dalam buku diary). Kemudian saat SMP, sering mengirim tulisan ke mading sekolah dan pernah menulis cerita di buku tulis yang dibaca bergiliran oleh teman-temannya. Dan menulis diary dalma bahasa Inggris atas arahan guru Bahasa Inggris. Hal tersebut berlangsung sampai beliau SMA.

Rupanya kebiasaan menulis tersebut memberi banyak manfaat. Misalnya ketika kuliah, saya pernah membuat buku Petualangan Kimia bersama rekan saya dan diikutsertakan dalam Lomba Kreativitas Mahasiswa di Jurusan. Alhamdulillah meraih posisi kedua.

Di saat kuliah beliau menulis proposal bersama teman-teman dan berhasil mendapat dana hibah untuk asosiasi profesi dari Dikti hingga 40 juta. Di tahun 2009-2010 jumlah yang sangat besar.

Awal masuk dunia kerja,beliau cukup vakum menulis. Mengajar di _boarding school_ dengan aktivitas yang padat membuat beliau mengambil jeda sejenak dalam dunia kepenulisan. Hingga akhirnya di awal masa pandemi, beliau mengikuti kelas menulis bersama PGRI dan masuk di angkatan ke-7.

Beliau kemudian kembali aktif menulis di blog dan berkesempatan menulis bersama Prof. Eko. Alhamdulillah menjadi 1 di antara 9 orang (angkatan pertama tantangan Prof. Eko) yang bukunya terbit di penerbit mayor.

Karena terbiasa menulis juga, beliau bisa menyelesaikan esai di seleksi Calon Pengajar Praktik Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 3 dan lulus. Alhamdulillah saat ini sedang bertugas lagi di Angkatan 6.

Ada yang menulis karena hobi, kebutuhan, tuntutan profesi, dan lain sebagainya. Apa pun alasannya, aktivitas menulis memang tak bisa lepas dari kita sebagai makhluk yang berbahasa dan berbudaya.

Lalu apa itu writer's block?

1. Pertama perlu disamakan persepsi bahwa aktivitas menulis itu maknanya luas.

Sebagaimana dalam kisah di awal, ada tulisan pribadi dalam bentuk diary, ada karya tulis ilmiah, ada cerpen, artikel, resume, dsb.Menulis adalah kata kerja yang hasilnya bisa sangat beragam. Oleh karena itu tak hanya novelis, cerpenis, jurnalis atau blogger, namun ada juga copywriter yg tulisannya mengajak orang untuk membeli produk, ada content writer yang bertugas membuat tulisan profesional di website, ada script writer penulis naskah film/sinetron, ada ghost writer, techincal writer, hingga UX writer, dll.

Faktanya, penulis-penulis tersebut masih bisa terserang virus WB alias Writer's Block.

Tak peduli tua atau muda, profesional atau belum, WB bisa menyerang siapa pun yang masuk dalam dunia kepenulisan.

Oleh karena itu, penting bagi seorang penulis untuk mengenali WB dan cara mengatasinya.

Karena ...

WB ini bisa menjangkit dalam hitungan detik, menit, hari, minggu, bulan, bahkan tahunan.

Tergantung seberapa cepat kita menyadari dan mengatasinya.


Sederhananya, WB adalah kondisi dimana kita mengalami kebuntuan menulis. Tak lagi produktif atau berkurang kemampuan menulisnya.

Hal ini bisa terjadi dengan disadari atau pun tidak.
Istilah writer's block sebenarnya sudah ada sejak tahun 1940an. Diperkenalkan pertama kali oleh Edmund Bergler, seorang psikoanalis di Amerika.

Berkaca dari pengalaman, WB ini bisa terjadi berulang. Me-reinfeksi kita sebagai penulis. Itulah mengapa saya katakan WB ini sebagai "virus" yang sesekali bisa aktif bila kondisinya memungkinkan. Ibarat penyakit, tentu akan lebih mudah disembuhkan bila kita mengetahui faktor penyebabnya, bukan?

Begitu pula dengan WB. Agar bisa terhindar atau segera terlepas dari WB, maka kita perlu mengenali penyebabnya.

Beberapa hal yang dapat mengakibatkan WB:


Mencoba metode/topik baru dalam menulis sebenarnya bisa menjadi penyebab sekaligus obat untuk WB.

Misal ketika jadi penyebab:

Ada orang yang senang menulis cerpen atau puisi. Kemudian tiba-tiba harus menulis KTI yang tentu saja memiliki struktur dan metode penulisan yang berbeda. Bila tak lekas beradaptasi, bisa jadi kita malah terserang WB.

Lalu bagaimana ini bisa menjadi salah satu obat WB? Jawabannya akan berkaitan dengan faktor penyebab WB yang kedua dan ketiga.

Dalam Kamus Psikologi, *stres* diartikan sebagai ketegangan, tekanan, tekanan batin, tegangan dan konflik.

*Lelah fisik/mental* akibat aktivitas harian yang padat juga dapat memicu stress.

Pada akhirnya, jangankan menulis, kita bisa merasa jenuh dan suntuk. Terserang WB deh.

Maka, *mencoba hal baru dalam menulis bisa jadi alternatif solusi.*

Mempelajari hal-hal baru yang berbeda dg sebelumnya pasti menyenangkan.

Beberapa teman dan saya sendiri terkadang memilih untuk sejenak rehat dan melakukan hal yang disukai untuk refreshing.

*Membaca* buku-buku ringan untuk cemilan otak juga bisa jadi solusi mengatasi WB. Biar bagaimanapun, WB bisa terjadi karena kita belum bisa mengekspresikan ide dalam bentuk kata.

Dengan membaca, kita bisa menambah kosa kata. Pada akhirnya, jika diteruskan insya Allah bisa sekaligus mengatasi WB.

Terakhir yang bisa menyebabkan WB adalah terlalu perfeksionis.

Banyak kesalahan dari apa yang kita tulis. Membuat kita merasa tidak PD atau percaya diri dan merasa banyak kesalahan pada tulisan kita.

Tapi, justru itulah salah satu kunci menghadapi WB

Bila saat itu saya terlalu perfeksionis, terlalu memikirkan apakah tulisan saya sudah sesuai kaidah atau belum, niscaya diary berbahasa Inggris itu tidak akan pernah rampung.

Kondisi menulis dimana kita tidak memikirkan salah eja, salah ketik, koherensi dsb ternyata dalam dunia psikologi dikenal dengan istilah *free writing* atau menulis bebas.

Tidak usah merasa khawatir tulisan kita dikritik dma banyak kesalahan. Yuk, dicoba menulis bebas untuk mengatasi salah satu penyebab WB-nya 😊👍🏻

Tibalah pada sesi tanya jawab :
P1
Assalamulaikum bu dita salam kenal sy Nurhasnah dr UPT SMP N 2 tigataksa ibu aktivitas PP angk 3 dan 6 artinya ibu jd pp 2 kali.benarkah? Bukannya hanya satu kali di bolehkan.keren bgt bu
Apa tips ibu menulis  dalam bahasa inggris.sementra jurusan ibu ipa
Thanks
----Wa 'alaikum salam Bu Nurhasanah 🥰🙏🏻
Betul, saya dan teman-teman di Subang ditugaskan dua kali. Hal ini sesuai surat edaran dari Kemdikbud yang intinya bila pernah menyelenggarakan PGP, maka PP diambil dari angkatan sebelumnya, jika kurang akan ditambah dg PP baru dg seleksi reguler. Terkait bahasa Inggris, saat SMP saya dan 3 sahabat lain ikut les privat Bun tapi gurunya berbeda dg guru B. Inggris yang meminta saya menulis diary berbahasa Inggris. Saya selalu ingat yg disampaikan oleh guru saya, bahwa belajar bahasa Inggris itu, tak bisa hanya bicara. Perlu dilatih pula kemampuan mendengar dan menulis dalam bahasa Inggris. Yah, sebagaimana Tes TOEFL dan semacamnya. Kan tidak hanya kemampuan reading saja yang dites.
Tips nya sederhana, just do it.

P2

Mugiarni dari Kabupaten Tangerang

Salam kenal bu.
almarhum suami saya juga dari Subang. ( Kalijati)
👏👏
Pertanyaan
1. Bagaimana cara memulai untuk memperkenalkan budaya digital pada anak SD.
2. Mengingat sekolah tempat saya mengajar bukan kategori lingkungan yang baik. Orang tua murid cenderung mengatur guru, sementara dg kondisi mereka yang berpengetahuan level bawah ?
Terimakasih
---https://www.kompasiana.com/amp/ditta13718/62f536faa51c6f7f06629172/literasi-digital-kemkominfo-bagian-1-literasi-dan-budaya-digital

Untuk menjawab pertanyaan pertama, artikel yang pernah saya buat mungkin bisa sedikit menambah wawasan kita terkait Budaya Digital.

Tulisan tersebut saya buat setelah mengikuti mengikuti Literasi Digital Sektor Pemerintahan Daerah Jawa Barat Tahun 2022 (BPSDM) Batch 5 Bertema Literasi Digital yang diselenggarakan oleh Pemberdayaan Kapasitas Teknologi Digital Kementerian Kominfo.

Selanjutnya bisa juga membaca Bagian Kedua tentang Etika Digital:

https://www.kompasiana.com/ditta13718/62f53edba51c6f0496200b63/literasi-digital-kemkominfo-bagian-2-etika-digital

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun