Mohon tunggu...
Inovasi

G-WARS Solusi Tepat Penyedia Air Bersih dari Limbah Domestik

21 Mei 2016   17:06 Diperbarui: 21 Mei 2016   17:20 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia  merupakan  salah  satu  negara  dengan  tingkat  pertumbuhan penduduk  yang  tinggi. Menurut Badan  Pusat  Statistika  (2013),  terjadi peningkatan  penduduk  sekitar  1,2%  atau  sekitar  3  juta  jiwa  per  tahunnya. Pertumbuhan penduduk yang tinggi  tersebut mengakibatkan kebutuhan air bersih di Indonesia  pastinya akan mengalami  peningkatan. Namun peningkatan kebutuhan air bersih tersebut belum dapat terpenuhi karena terjadi penurunan kualitas air karena pencemaran lingkungan yang menyebabkan menurunnya penyediaan sumber air bersih seperti air sungai, waduk, dan danau. Pencemaran lingkungan yang terjadi didominasi oleh kegiatan domestik atau limbah cair rumah tangga  yang dibuang langsung ke sungai tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu.Menurut Eriksson et al., (2003) 50-80 % total limbah rumah tangga adalah berupa grey water,  fakta yang menunjukkan bahwa kuantitas limbah cair yang memiliki potensi untuk dimanfaatkan kembali namun belum mendapatkan perhatian yang lebih. Pengelolaan dan penggunaan kembali grey water di tingkat rumah tangga dapat menjadi sebuah alternatif solusi penyediaan air bersih. Oleh karena itu, perlu adanya penerapan teknologi yang mampu mengolah limbah cair rumah tangga/domestik sehingga dapat mengurangi pencemaran yang terjadi pada sungai sekaligus dapat menghasilkan supply air bersih yang dapat digunakan kembali oleh masyarakat. 

G-WARS (Grey Water Recycle System) rancang bangun teknologi daur ulang limbah domestik untuk solusi penyediaan kebutuhan air bersih yang berkelanjutan, merupakan hasil dari Program Kreativitas Mahasiswa Karsa Cipta (PKM KC) yang diselenggarakan oleh DIKTI yang mampu menjawab permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya. Tim G-WARS berasal dari mahasiswa program studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya yang terdiri dari M. Reza Firmansyah (TEP 2012), Guntur Ibnu Haq (TEP 2012), Prieskarinda Lestari (TEP 2013), Ratnasita Alwiyah Uzla (TEP 2015) dan Rahmanda Lintang (TEP 2015) dengan dosen pembimbing Angga Dheta Shirajudim, S.Si M.Si.

Rahmanda, Ratnasita, Reza, Prieska, Guntur
Rahmanda, Ratnasita, Reza, Prieska, Guntur
Teknologi yang digunakan adalah dengan mengaplikasikan gabungan pengolahan secara biologis dan secara fisika. Kelebihan teknologi ini adalah pengoperasiannya mudah, lumpur yang dihasilkan sedikit, dapat  digunakan  untuk  pengolahan  air  limbah  dengan  konsentrasi  rendah maupun  konsentrasi  tinggi, tahan  terhadap  fluktuasi  jumlah  air  limbah  maupun  fluktuasi  konsentrasi, serta pengaruh suhu, ekonomis serta mampu meminimalisir beban pencemaran ke lingkungan mulai dari sumber limbah pertama (rumah tangga) sehingga tidak langsung ke lingkungan. Teknologi ini sangat cocok diaplikasikan pada masyarakat untuk mewujudkan sanitasi yang layak dan penyediaan air bersih yang berkelanjutan.

G-WARS mendaur ulang limbah cair domestik (grey water) menjadi air bersih kelas III. Parameter yang diperhatikan pada saat pengolahan adalah parameter BOD (Biological Oxygen Demand), TSS (Total Suspended Solid), Phosfat total, dan nilai kekeruhan (turbidity) yang merupakan parameter utama dalam pengolahan dan penyediaan air bersih berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air. Tujuan utama hasil pengolahan adalah pemenuhan kebutuhan air bersih kelas III.

Pada teknologi G-WARS ini, grey water  sebagai influent akan dialirkan menuju bak penampung. Pada bak inigrey water akan ditampung dalam keadaan tertutup sehingga selain sebagai penampung, pada bak ini juga terjadi proses anaerob, dimana zat-zat polutan akan terdegradasi oleh bakteri-bakteri yang terdapat pada limbah tanpa adanya oksigen. Selanjutnya air akan dialirkan menuju reaktor aerob. Pada reaktor aerob digunakan proses biologis berupa aklimatisasi dan penumbuhan biofilm yang mampu mengolah influent secara biologis dan dibantu dengan aerasi agar meningkatkan proses penumbuhan biofilm dan menambah kandungan oksigen. Biofilm yang terbentuk merupakan bakteri aerob yang akan melekat pada media sarang tawon yang terbuat dari pipa PVC. Air pada bak reaktor aerob akan mengalir menuju bak selanjutnya, yaitu bak reaktor anaerob. Pada bak reaktor anaerob tidak diberikan suplai oksigen namun tetap menempatkan media pertumbuhan biofilm

Sehingga bakteri yang hidup adalah bakteri anaerob yang hidup secara melayang. Reaktor terakhir menggunakan proses fisika berupa proses filtrasi yang berfungsi untuk menyaringgrey water. Susunan filter pada reaktor ini ialah: ijuk, zeolit arang, ijuk dan pasir. Ijuk berfungsi untuk menyaring partikel yang tidak terlalu halus. Zeolit berfungsi untuk mengikat kation dalam air yang mengandung besi, zat aluminium dan magnesium. Arang berfungsi untuk menghilangkan bau, warna dan rasa. Pasir berfungsi untuk menyaring  partikel halus. Efluent yang didapatkan berupa air bersih selama 12 jam, kemudian agar efluent yang dihasilkan lebih baik lagi kualitasnya, maka diterapkan proses secara sirkulasi, sehingga selama 24 jam diharapkan didapatkan air bersih yang mampu digunakan sesuai peruntukannya pada air bersih kelas III.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun