Manusia sebenarnya orang yang punya pendidikan karakter itu sendiri tetapi sekarang kita bisa melihat realita dalam kehidupan global seperti teknologi digital dalam melihat anak-anak realitas di kehidupannya kita bisa bicara tentang karakter anak-anak didik kita di Indonesia saat ini seperti apa dengan adanya digital teknologi dan sebenarnya bahwa suatu teknologi satu sisi memberikan kemudahan yang luar biasa kita bisa mengakses pengetahuan atau mengkoneksikan di luar negara dan sebagainya tapi di satu sisi lain jika melihat film bahwa digital juga memberikan dampak negatif yang luar biasa nah diantara dua dampak positif dan negatif ini ketika seseorang tidak punya kemampuan mengatur dirinya itu akan sangat mudah bisa hilang.Â
Dan mengapa bisa sampai disebut sebagai karakter karna karakter itu bukan tipologi bukan juga peran tetapi struktur di dalam diri kita di mana kita mampu untuk mengatasi keterbatasan kita dan cara manusia mengatasi keterbatasan ini dan pada dasarnya adalah nilai-nilai seperti nilai-nilai spiritual, nilai moral, nilai-nilai universal dan nilai akhlak. Nilai itu sesuatu yang baik sekali, berharga dan pantas diperjuangkan oleh manusia. Jadi secara ringkasnya karakter itu adalah struktur dalam diri kita di mana kita itu tidak berhenti pada keterbatasan kita tapi kita bisa merubah diri kita menjadi orang yang lebih baik karena kita punya nilai-nilai positif pada diri kita sendiri. Maka saya mengatakan pendidikan karakter itu bukan sekedar pendidikan spiritual bukan sekedar pendidikan moral yang baik secara manusiawi tetapi kita harus punya dasar yang kuat dalam pembelajaran nilai-nilai sehingga kita mampu melaksanakan sebuah karakter tersebut.
Ki Hajar Dewantoro mengatakan pendidikan karakter itu adalah perkembangan bantuan sosial untuk membantu pertumbuhan kodrat anak sehingga anak itu selamat serta bahagia dalam keselamatan dan kesejahteraan disesuaikan dengan kodrat manusia itu sendiri.Â
Terdapat perbedaan antara orang tua zaman dahulu dengan orang tua zaman sekarang, pada orang tua zaman dahulu itu masih hidupnya susah dari orang tua yang susah dan ketika dia berhasil tapi masih menyadarkan anak pentingnya untuk berjuang tapi anak-anak sekarang lebih banyak dimanjakan oleh orang tuanya yang situasi ekonomi dan sosialnya sudah lebih baik ini mau tidak mau membuat anak itu menjadi punya mentalitas yang lembek dan tidak paham apa arti kerja keras, apa arti dedikasi dan apa arti disiplin.Â
Kemudian menurut saya semakin ke sini itu memang ada kesadaran bahwa anak-anak itu punya hak yang harus dilindungi maka ada undang-undang perlindungan anak pada zaman sekarang kalau dulu di tahun 2000 itu kan belum ada undang-undang perlindungan anak sehingga Kita masih memakai model disiplin kuno memakai kekerasan gitu , tapi setelah ada undang-undang perlindungan anak kan tidak bisa memakai model disiplin lagi.Â
Zaman berubah situasi pun akan ikut berubah lalu tuntutan dari orang tua dan anak berupa disiplin komitmen pada nilai-nilai itu menjadi sebuah perkiraan bahwa dengan adanya disiplin akan membuatnya tidak nyaman dan itu bisa melanggar undang-undang Perlindungan Anak dan tentu saja akan terjadi sebuah konflik yang harus diselesaikan di dalam dunia pendidikan, karena menurut saya ketika anak-anak itu tidak diajarkan untuk bertanggung jawab dan ketika bertanggung jawab sama orang tua dianggap sepele dan bahkan oleh anak dianggap bahwa dia sendiri dapat merendahkan martabatnya ketika melakukan pertanggung jawaban itu tentu ada sesuatu yang keliru terjadi.Â
Prinsip-prinsip pengembangan pendidikan karakter yang dianjurkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut :Â
Pertama, berkelanjutan, mengandung makna bahwa proses pengembangan nilai-nilai karakter merupakan sebuah proses panjang dimulai dari awal peserta didik masuk sampai selesai dari suatu satuan pendidikan.
Kedua, melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah. Mensyaratkan bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui setiap mata pelajaran, dan dalam setiap kegiatan kurikuler dan ekstrakurikuler.
Ketiga, nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan melalui proses belajar, mengandung makna bahwa materi nilai-nilai karakter bukanlah pokok bahasan yang berisi konsep, teori, prosedur ataupun fakta seperti dalam mata pelajaran PAI, PPKn, IPA, IPS dan lainnya. Tetapi, nilai-nilai karakter dapat dimasukkan dalam materi pelajaran dan pokok bahasan materi dapat digunakan sebagai pengembangan nilai-nilai karakter.
Keempat, proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan. Prinsip ini menunjukkan bahwa proses pendidikan yang dilakukan dalam suasana belajar harus menimbulkan rasa senang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H