Saat aku membuka mata, aku sudah berada di asrama. Lampu temaram menyilaukan pandanganku. Sesuatu yang dingin menempel di dahiku. Aku menoleh sedikit, melihat Ustazah Nisa duduk di sampingku dengan wajah penuh kekhawatiran.
"Kamu sudah sadar?" suaranya lembut, penuh kasih. Mata beliau sedikit sembab.
Aku menatap kosong ke langit-langit. Aku tidak ingin bicara. Aku tidak ingin menangis. Aku hanya merasa hampa.
"Kami tidak akan memaksamu untuk tinggal di sini selamanya," lanjutnya. "Sabtu nanti, aku akan mengantarmu pulang. Aku berjanji."
Sabtu. Aku harus bertahan sampai Sabtu. Tapi hati ini terasa hancur. Satu hari di sini terasa seperti satu abad.
Aku menutup mata. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Aku tidak tahu apakah aku benar-benar akan pulang. Tapi untuk saat ini, aku hanya ingin tidur. Aku hanya ingin membiarkan tubuhku beristirahat, meskipun hatiku masih bergejolak.
Sabtu masih jauh, tapi harapan itu cukup untuk membuatku bertahan... setidaknya untuk malam ini.
bersambung...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI