Malam semakin larut, menyisakan udara dingin yang mengiris kulit. Aku berjalan dengan langkah gontai, menyusuri jalan setapak yang gelap tanpa tahu ke mana arahnya. Hanya satu botol air di tanganku, dan harapan yang makin redup di dadaku. Tidak ada yang bisa menghentikanku malam ini. Aku harus pulang. Aku harus menemui orang tuaku.
Sejak sore tadi, aku telah mengatur rencana ini. Saat semua santri berkumpul di mushola, aku menyelinap keluar dengan hati berdebar. Aku tidak peduli lagi dengan janji-janji yang mereka berikan. Aku lelah mendengar nasihat yang terdengar hampa di telingaku. Aku hanya ingin bebas. Aku hanya ingin kembali ke rumah.
Di bawah langit yang kelam, ketakutan merayapi hatiku. Setiap bayangan di kejauhan membuatku gemetar. Aku menggenggam erat botol minuman, satu-satunya bekal yang kumiliki. Jantungku berdetak semakin cepat, tapi aku tidak bisa berhenti. Aku harus terus melangkah. Rasa lapar dan haus semakin menyiksa, tapi aku tidak punya pilihan. Aku bahkan tidak yakin ke mana arah yang kutuju.
Kakiku mulai melemah. Aku hampir tidak bisa merasakan telapak kakiku sendiri. Seakan sudah mati rasa karena kelelahan. Aku duduk di tepi jalan tanah, tubuhku bergetar menahan dingin. Aku meneguk sedikit air, tapi tenggorokanku tetap kering. Hatiku sesak, dadaku terasa berat. Air mata mulai menetes, tak mampu lagi kubendung.
Tuhan, apa yang harus aku lakukan?
Aku ingin menyerah. Aku ingin berhenti di sini. Namun, membayangkan kembali ke pesantren membuatku merasa seperti burung dalam sangkar. Aku tidak bisa. Aku tidak sanggup.
Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar dari kejauhan. Aku menahan napas. Dadaku berdegup kencang. Aku bersembunyi di balik pohon besar, tubuhku semakin bergetar. Suara itu semakin mendekat. Lalu, aku mendengar namaku dipanggil.
Suara itu... suara yang familiar.
"zakiya, di mana kamu? Kembalilah. Kami tidak akan memarahimu."
Ustazah Nisa. Aku tahu mereka akan mencariku. Aku tahu mereka tidak akan membiarkanku pergi. Aku menggigit bibirku, mencoba menahan isak. Aku tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan. Aku ingin lari, tapi aku juga tidak tahu ke mana. Aku ingin bertahan, tapi tubuhku semakin lemah.
Langkah itu semakin dekat. Aku mencoba mengatur napas, berharap mereka segera pergi. Tapi tubuhku tak lagi kuat menahan. Lututku bergetar, pandanganku kabur. Dunia di sekelilingku berputar. Aku mencoba bertahan, tapi segalanya menjadi gelap.