Malam ini sangat berbeda, sunyi, sepi, tak ada lagi suara dendang ibuku menidurkan adekku, tak ada lagi sapaan, canda dan tawa. Aku hanya tertidur bertemankan air mata melihat kondisi ibu.
Keesokan harinya sepulang sekolah aku mendengar seperti ada tangisan dan orang yang bercerita diruang tamu. Kudekati dinding rumahku, ternyata itu adalah suara tangisan Ibuku mencurahkan semua isi hatinya kepada tanteku. "Ataghfirullaha'aszhim".. Kata-kata ibu membuat dadaku terasa sesak. Ternyata, ayahku meninggalkan kami. Ia memilih untuk menikahi seorang janda tua.
Rasanya hatiku sangat sakit, rasanya sesak. ku ingin menangis, ku ingin teriak, akuingin merengkul orang yang bisa menyembuhkan luka ini. Semua harapan yang kusimpan tentang keluarga kami hancur begitu saja. "Ayaah, kenapa ayah tega?".
Aku memandang ibu dari balik pintu, melihatnya menangis sambil memandangi tubuh kecil adikku yang tertidur pulas. Dalam hati aku berkata, " sabarlah bu, Aku tidak akan membiarkan ibu sendirian, Aku akan menjaga ibu dan adikku, dan aku tak akan membiarkan air mata ibu tumpah sia-sia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI