Mohon tunggu...
Ratna Puspitasari
Ratna Puspitasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pendidikan Matematika UNISSULA

Saya tertarik dengan menulis, membahas hal yang berkaitan dengan Matematika, karir, gaya hidup, buku, dan literasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Etnomatematika: Penerapan Kebudayaan Suku Dayak Kenyah sebagai Salah Satu Inovasi dalam Pembelajaran Matematika

15 Januari 2023   10:43 Diperbarui: 15 Januari 2023   10:58 1032
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 2. Translasi pada Lavung (Sumber Gambar : Pribadi [Erik Natalia])

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keberagaman budaya, hal tersebut dapat  dilihat dari wilayah negara Indonesia yang luas dan memiliki banyak suku bangsa, maka tidak heran jika terdapat banyak bahasa daerah, adat istiadat, tarian daerah, lagu daerah, rumah adat, dan warisan budaya lainnya.

Generasi muda (penerus) menjadi salah satu unsur masyarakat yang diharapkan mampu mempertahankan budaya lokal di tengah perkembangan globalisasi. Namun, sayangnya generasi penerus kurang memahami pentingnya budaya lokal. Mereka kurang berminat untuk mempelajari kebudayan lokal. Selain itu, informasi mengenai keberagaman budaya Indonesia yang dimiliki oleh generasi penerus terbilang masih kurang. Pola pikir generasi penerus menganggap bahwa kebudayaan Indonesia kuno dan tidak mengikuti perkembangan zaman. Pemikiran ini menyebabkan hilangnya rasa cinta dan bangga terhadap budaya lokal.

Kebudayaan lokal kini mulai luntur dikarenakan masyarakat Indonesia terlihat lebih memilih kebudayaan asing yang dianggap lebih menarik (Nahak, 2019). Budaya yang lebih tinggi dan aktif akan mempengaruhi budaya yang lebih rendah dan pasif melalui kontak budaya  (Malinowski dalam  Mulyana,  2005). Teori  Malinowski  ini  sangat  nampak dalam pergeseran nilai-nilai budaya kita yang condong ke Barat. Hal tersebut sesuai dengan apa yang terjadi yaitu modernisasi menggeser nilai-nilai budaya, sehingga diperlukannya suatu tindakan agar budaya tidak terkikis oleh perkembangan zaman.

Upaya yang dapat dilakukan adalah ikut melesarikan budaya dengan cara berpartisipasi dalam pelestarian dan pelaksanaannya. Memang tidaklah mudah dalam pelaksanaanya, selain mereka lebih tertarik dengan budaya barat mereka juga kurang berminat untuk mengeksplorasi budaya lokal. Oleh karena itu, perlunya pemikiran cerdas untuk mengenalkan budaya bangsa kepada generasi penerus saat ini.

Fenomena globalisasi tentunya didukung oleh perkembangan dunia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan yang berkaitan erat dengan pendidikan seharusnya dapat menjadi fasilitator untuk menumbuhkan minat generasi penerus khususnya peserta didik agar terus mengeksplorasi budaya. Salah satu tempat yang efektif untuk menerapkan hal tersebut adalah sekolah. Menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2022 menyatakan bahwa presentase anak remaja Indonesia belajar hingga jenjang SMA/sederajat mencapai 88,70% untuk masyarakat perkotaan dan 81,23% untuk masyarakat pedesaan. Data tersebut memperlihatkan bahwa banyaknya remaja Indonesia yang mengenyam pendidikan di sekolah.

Pada dasarnya sekolah merupakan tempat kebudayaan karena proses belajar merupakan proses pembudayaan yakni untuk pencapaian akademik siswa, untuk membudayakan sikap, pengetahuan, keterampilan dan tradisi yang ada dalam suatu komunitas budaya (Budiarto, 2016). Selain itu, penanaman maupun penerapan nilai-nilai budaya pada tingkat sekolah dapat diterima dengan antusias oleh peserta didik, karena peserta didik pada tingkat sekolah masih semangat dalam eksplorasi banyak hal.

Salah satu cara yang dapat dilakukan khususnya generasi muda dalam mendukung kelestarian budaya dan ikut budaya lokal yaitu Cultural Experience. Cultural  Experience merupakan  pelestarian  budaya  yang  dilakukan  dengan  cara terjun  langsung  kedalam sebuah  pengalaman  kultural (Sendjaja, 1994). Pengalaman kultural tersebut dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas. Sehingga, pembelajaran berbasis budaya tak lain adalah menerapkan unsur-unsur budaya saat berlangsungnya pembelajaran, hal tersebut dilakukan sebagai salah satu inovasi baru dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran berbasis budaya tersebut disebut dengan "Etnomatematika".

Etnomatematika merupakan salah satu wujud pembelajaran berbasis budaya dalam konteks metematika. Etnomatematika dianalogikan sebagai lensa untuk memandang dan memahami matematika sebagai suatu hasil budaya atau produk budaya (Wijayanto, 2017). Budaya yang dimaksud disini mengacu pada keseluruhan aktivitas manusia mengikuti norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, termausk pengetahuan, kepercayaan, seni, adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan pada kelompok masyarakat yang berada pada suku atau kelompok bangsa yang sama.

Model pembelajaran etnomatematika dapat digunakan untuk menjelaskan realitas hubungan antara budaya setempat dan matematika pada proses pembelajaran. Oleh sebab itu, penggunaan model tersebut sangat tepat digunakan di Indonesia dalam proses pembelajaran dikarenakan Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman budaya.

Suku Dayak Kenyah yang berada di Kalimantan Timur memiliki motif pakaian adat yang mengandung nilai idealis mengenai cara hidup yang dianut oleh masyarakat suku Dayak Kenyah. Terdapat berbagai penelitian tentang suku Dayak Kenyah yang membahas tentang identitas kultural, penerapan budaya pada interior pendidikan, dan kajian semiotik pakaian adat suku Dayak Kenyah. Namun, dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, jarang sekali penelitian yang mengeksplorasi konsep-konsep matematika yang terdapat pada kebudayaan suku Dayak Kenyah.

Salah satu penelitian yang pernah dilakukan yaitu penelitian tentang eksplorasi konten transformasi geometri yang berbasis etnomatematika pada pakaian adat suku Dayak Kenyah yaitu, translasi, refleksi, rotasi, dan dilatasi (Edi, 2021). Hasil penelitian tersebut dapat dimanfaatkan oleh pendidik sebagai bahan pembelajaran matematika konteksual berbasis pakaian adat suku Dayak Kenyah pada materi transformasi geometri. Selain itu, penelitian tersebut juga dapat dimanfaatkan oleh peneliti lain untuk mengembangkan perangkat pembelajaran matematika berbasis etnomatematika pakaian adat suku Dayak Kenyah pada materi transformasi geometri.

Kajian matematis pakaian adat suku Dayak Kenyah terdapat konten transformasi geometri. Transformasi geometri dipelajari peserta didik SMP kelas IX pada Kompetensi Dasar (KD) 3.5 menjelaskan transformasi geometri (refleksi, translasi, rotasi, dan dilatasi) yang dihubungkan dengan masalah kontekstual dan KD 4.5 menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan transformasi geometri (refleksi, translasi, rotasi, dan dilatasi).

Transformasi geometri merupakan pemetaan satu-satu dengan menggunakan himpunan titik sebagai masukan dan returning points sebagai luaran/bayangan. Transformasi geometri juga dapat diartikan sebagai perubahan objek-objek geometri (titik, garis, bidang) baik dari segi posisi maupun ukuran. Terdapat empat jenis transformasi geometri yaitu translasi, refleksi, rotasi, dan dilatasi. Jenis transformasi yang pertama adalah translasi. Translasi merupakan salah satu jenis transformasi yang bertujuan memindahkan semua titik pada bangun dengan jarak dan arah yang sama. Pada pakaian adat suku Dayak Kenyah, translasi ditemukan pada ta'a dan lavung. Ta'a merupakan kain tenun berbentuk persegi panjang yang digunakan perempuan suku Dayak Kenyah dengan cara melilitkan pada pinggang menutupi sampai pergelangan kaki. Lavung merupakan ikat kepala yang terbuat dari kain dihiasi oleh manik-manik dan taring harimau. Konsep translasi dapat diamati pada pergesaran motif tumbuhan pakis, pola jahitan, dan susunan manik-manik. Konsep translasi pada ta'a dan lavung dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.

Gambar 1. Translasi pada Ta'a (Sumber Gambar : Pribadi [Erik Natalia])
Gambar 1. Translasi pada Ta'a (Sumber Gambar : Pribadi [Erik Natalia])

Gambar 2. Translasi pada Lavung (Sumber Gambar : Pribadi [Erik Natalia])
Gambar 2. Translasi pada Lavung (Sumber Gambar : Pribadi [Erik Natalia])

Translasi yang ditemukan pada ta'a dan lavung kemudian diabstraksi secara matematis. Tranlasi pada bidang Kartesius menyatakan bahwa titik (, ) ditranslasikan satuan ke arah horizontal dan satuan ke arah vertikal, ditulis (, ) maka bayangannya adalah ( , ). Koordinat ( , ) diperoleh dari persamaan berikut.

= +            (1)

= +           (2)

Jenis transformasi yang kedua adalah refleksi. Refleksi merupakan salah satu jenis transformasi yang memindahkan setiap titik pada suatu bidang dengan menggunakan sifat bayangan cermin dari titik yang dipindahkan. Pada pakaian adat suku Dayak Kenyah, refleksi ditemukan pada sapei sapaq, tameng lavung, ta'a, dan lekuq lengen. Sapei sapaq merupakan baju tanpa lengan yang dipakai laki-laki maupun perempuan dengan motif burung enggang, harimau, maupun naga. Lekuq lengen merupakan hiasan yang dipakai melingkar pada lengan atas yang dihiasi oleh manik-manik dan taring harimau. Tameng merupakan pelindung badan yang terbuat dari kayu pipih. Gambar 3 merupakan contoh refleksi terhadap sumbu-y yang ditemukan pada sapei sapaq dengan motif burung enggang.

Refleksi yang ditemukan pada sapei sapaq, tameng, lavung, ta'a, dan lekuq lengen kemudian diabstraksi secara matematis. Refleksi pada bidang Kartesius menyatakan bahwa titik (, ) direfleksikan terhadap sumbu-y maka koordinat bayangannya adalah (, ). Refleksi terhadap sumbu-x pada sapei sapaq dapat dijelaskan kepada peserta didik dengan cara memposisikan sapei sapaq secara horizontal.

Jenis transformasi yang ketiga adalah rotasi. Rotasi merupakan salah satu jenis transformasi geometri yang memutar setiap titik pada gambar sampai sudut dan arah tertentu terhadap titik yang tetap. Titik tetap ini disebut pusat rotasi dan besarnya sudut dari bayangan benda terhadap posisi awal disebut dengan sudut rotasi. Pada pakaian adat suku Dayak Kenyah, rotasi ditemukan pada lavung, lekuq lengen, uleng inoq, dan kirip. Uleng inoq merupakan kalung yang terbuat dari untaian manik-manik dan dihiasi bandul kayu dengan hiasan manik-manik. Kirip merupakan kumpulan ekor burung enggang atau sayap tukung yang ditata melingkar dan dipakai dengan cara menyematkan di jari-jari ketika terdapat upacara adat atau menari. Gambar 4 merupakan contoh rotasi 180 yang ditemukan pada lekuq lengen.

Rotasi yang ditemukan pada lavung, lekuq lengen, uleng inoq, dan kirip kemudian diabstraksi secara matematis. Titik (, ) dirotasikan 90 searah jarum jam dengan pusat rotasi titik (0,0) maka bayangannya adalah titik (,). Titik (, ) dirotasikan 90 berlawanan arah jarum jam dengan pusat rotasi titik (0,0) maka bayangannya adalah titik (, ). Titik (, ) dirotasikan 180 dengan pusat rotasi titik (0,0) maka bayangannya adalah titik (,).

Jenis transformasi yang keempat adalah dilatasi. Dilatasi merupakan salah satu jenis transformasi geometri yang dapat mengubah ukuran gambar. Dilatasi membutuhkan titik pusat dan faktor skala. Dilatasi terhadap titik pusat merupakan perkalian dari koordinat tiap-tiap titik pada suatu bangun datar dengan faktor skala sebesar [33]. Pada pakaian adat suku Dayak Kenyah, dilatasi ditemukan pada lavung dan uleng inoq. Gambar 5 merupakan dilatasi yang ditemukan pada uleng inoq.

Dilatasi yang ditemukan pada lavung dan uleng inoq kemudian diabstraksi secara matematis. Dilatasi titik (, ) dengan faktor skala dengan titik pusat titik (0,0) maka koordinat bayangannya adalah (, ). Jika > 1 maka dilatasi tersebut termasuk ke dalam pembesaran dan jika 0 < < 1 maka dilatasi termasuk ke dalam pengecilan.

Salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang dapat menerapkan etnomatematika seperti pembahasan sebelumnya yaitu pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual terjadi apabila siswa menerapkan dan mengalami apa yang sedang diajarkan dengan mengacu pada masalah-masalah dunia nyata yang berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga, dan masyarakat.

Dalam pendekatan kontekstual terdapat komponen yang menjadi karakteristik dari pendekatan kontekstual itu sendiri. Trianto, (2011) menuliskan bahwa ketujuh komponen tersebut yaitu, konstruktivisme (contustivism), bertanya (questioning), inkuiri (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modelling), dan penelitian autentik (authentic assessment). Selain itu, sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika menerapkan prinsip tersebut dalam pembelajarannya. Dari pendapat diatas, dapat dinyatakan bahwa pendekatan kontektual merupakan konsep pembelajaran yang membantu guna menciptakan proses pembelajarannya yang bermakna.

Selanjutnya dari ketujuh karakteristik yang dimilki oleh pendekatan kontekstual maka munculah langkah-langkah yang harus diterapkan diantaranya, (1) Invitasi, yang memberikan kesempatan kepada sisiwa untuk mengikutsertakan pemahamannya tentang konsep tersebut. (2) Eksplorasi, dimana siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan menemukan konsep melalui pengumpulan, pengorganisasian, penginterprestasian data dalan sebuah kegiatan yang telah dirancang guru. (3) Penjelasan dan solusi, siswa diharuskan memberikan penjelasan-penjelasaan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya. (4) Pengambilan tindakan, siswa dapat membuat keputusan, menggunakan pengetahuan dan keteraampilan, berbagai informasi dan gagasan.

Beberapa inovasi pembelajaran yang bisa diajarkan kepada siswa sebagai contoh, siswa diajak melakukan pembelajaran diluar kelas dimana siswa dilatih untuk mengamati, menganalisis dan kemudian menyimpulkan. Kegiatan yang bisa dilakukan adalah berupa observasi lapangan atau kunjungan ke beberapa tempat pelestarian budaya, kemudian  siswa diberikan tugas berupa projek secara berkelompok lalu siswa dalam tugasnya diperintahkan untuk mengamati berbagai macam budaya yang ada kebudayaan suku Dayak Kenyah yang berhubungan dengan Etnomatematika. Setelah melakukan pengamatan tersebut siswa diharuskan mengidentifikasi hasil pengamatan yang telah dilakukan. Dalam proses identifikasi tersebut siswa dilatih untuk berpikir kritis sehingga meningkatkan penalaran yang ia miliki. Langkah selanjutnya yang akan dilakukan yaitu menarik kesimpulan yang bisa berbentuk laporan atau juga bisa dalam bentuk siswa membuat sebuah inovasi pengembangan budaya yang mereka amati dengan berbagai bahan yang bisa dapat ditemukan disekitar mereka.

(Ratna Puspitasari, Fatchul Huda, dan Erik Natalia. Mahasiswa Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Sultan Agung. Dengan Ibu Nila Ubaidah, S. Pd., M. Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Etnomatematika, Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Sultan Agung)

Referensi : 

Badan Pusat Statistik. (2022). Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/SMK/MA/Sederajat Menurut Daerah Tempat Tinggal, 2020-2022. https://www.bps.go.id/indicator/28/1342/1/angka-partisipasi-kasar-apk-sma-smk-ma-sederajat-menurut-daerah-tempat-tinggal.html.

Budiarto, M. T. (2016). Etno-matematika: Sebagai Batu Pijakan untuk Pembelajaran Matematika. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika.

Christiany, N (2022, January 6). Tersisihnya Budaya Lokal karena Globalisasi. https://bandungbergerak.id/article/detail/1979/tersisihnya-budaya-lokal-karena-globalisasi.

Edi, S. (2021). Eksplorasi Konten Transformasi Geometri Berbasis Etnomatematika Pakaian Adat Suku Dayak Kenyah. 3(2721).

Mulyana, Deddy. (2005). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Nahak, H. M. I. (2019). Upaya Melestarikan Budaya Indonesia di Era Globalisasi. Jurnal Sosiologi Nusantara, 5(1), 165-176.

Sendjaja, S. Djuarsa.(1994). Teori Komunikasi. Jakarta. Universitas Terbuka.

Sholihah, N. (2022, May 20). Alternatif Pembelajaran Matematika Berbasis Budaya di Yogyakarta.https://www.kompasiana.com/nursholihah3292/62870aeabb44865ed8339302/alternatif-pembelajaran-matematika-berbasis-budaya-di yogyakarta?page=3&page_images=1.

Wijayanto, Z. (2017). Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Berbasis Etnomatematika pada Keraton Yogyakarta. Sosiohumaniora : Jurnal LP3M Universitas Sarjanawiyata Taman Siswa Yogyakarta, 3(1), 80-88.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun