Mohon tunggu...
ratna purnamawati
ratna purnamawati Mohon Tunggu... Guru - guru fisika SMA

guru fisika SMA yang suka musik, menulis, nonton bola, dan menanam anggrek

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepeda Onthel

20 Februari 2022   02:20 Diperbarui: 20 Februari 2022   02:27 1276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Siang setelah sholat jum'at aku tidak langsung pulang. Aku duduk di pelataran masjid sekolah sambil melamun. Tiba-tiba pandanganku tertuju pada sepeda onthel yang ada di tempat parkir guru. Loh? Sepeda siapa itu? Aku baru melihat ada sepeda onthel di tempat parkir guru. Masak guru naik sepeda onthel ke sekolah? Pikirku. Karena penasaran aku tetap duduk sambil menunggu siapa pemilik sepeda itu.

O iya, kenalin aku Dito. Siswa SMA kelas XI MIPA, usia 17 tahun wajah tidak jelek alias ganteng. Hehe... Sekolahku berada di kecamatan, termasuk sekolah kecil. Tapi aku senang sekali sekolah disini. Teman-temanku baik, guru-gurunya sopan dan baik juga. Karena rumahku dekat dari sekolah ini makanya aku memilih sekolah disini. Setelah selesai pembelajaran siswa diwajibkan untuk sholat berjamaah. Karena hari ini hari jum'at maka diadakan sholat jum'at.

Akhirnya...aku tau siapa pemilik sepeda onthel itu, bu Wati guru fisikaku. Bu Wati orangnya kecil mungil gitu aku menjulukinya. Tapi cantik, ceiye... Aku liat dari jauh bu Wati mengayuh sepedanya. Mengapa di jaman modern seperti ini masih ada guru ke sekolah naik sepeda onthel? Itu pertanyaan yang muncul di kepalaku. Guru kaya kok mau-maunya bersepeda ke sekolah. Bawa mobil lah. Biasanya sepeda dipake untuk olahraga. Yang biasa pagi-pagi ngayuh bergerombol dengan grupnya. Udahlah...capek, lalu aku pulang ke rumah.

Hari rabu, waktunya pelajaran fisika di jam terakhir. Sebel, aku tidak suka fisika karena banyak rumusnya. Bikin pusing aja. Aku diam dan konsen hanya melihat gurunya, bu Wati, tanpa aku mendengarkan materi yang dijelaskan beliau. Saat bu Wati menjelaskan tentang hukum Keppler tiba-tiba aku lihat beliau diam sejenak kemudian muncul busa di mulutnya lalu pingsanlah beliau. Aku teriak "oe...oe... diam teman-teman lihat bu Wati". Karena memang waktu itu ramai anak-anak ngomong sendiri. Lalu aku ke depan menolong bu Wati sambil dibantu oleh Yuda temanku. Sebentar saja, mata bu Wati sudah terbuka. Aku lihat wajahnya ling lung seperti tidak mengenal kita sebagai muridnya. Kemudian beliau bertanya "aku dimana?" "Di kelas bu" jawabku. Seperti mencoba untuk konsentrasi dan mengingat kembali apa yang terjadi lalu beliau berkata "oh iya, terimakasih. Silahkan kalian duduk kembali". Kemudian beliau memperbaiki duduknya dan menenangkan diri.

Sunyi kelas setelah kejadian itu. Teman-teman dan aku takut ada apa-apa dengan bu Wati. Karena memang sebentar bu Wati pingsan dan kita sekelas tidak melakukan apa-apa, bahkan tak memberi minum beliau. Setelah agak lama beliau menjelaskan kepada kami tentang kejadian tadi. "Maaf anak-anak ibu akan jelaskan mengapa terjadi seperti tadi. Kalian tidak usah takut. Ibu sakit anak-anak, saya menderita epilepsi atau kejang. Saraf otak ibu yang kena waktu kecelakaan, setelah itu ya seperti tadi kalau kumat. Mohon pengertian kalian ya anak-anak. Ibu tidak boleh capek baik fisik maupun fikiran. Untuk mengendalikan kejang agar tidak kumat ibu harus minum obat tiap hari, 3x sehari. Karena kalau kumat seperti tadi, maka dari itu ibu dilarang mengendarai kendaraan. Kalian tau ibu ke sekolah bersepeda kan? Ya, itu yang masih boleh ibu naiki. Sepeda onthel. Karena resiko kecelakaannya kecil. Jarak yang ditempuh kan gak jauh juga. Ibu tinggal di asrama karena rumahku jauh dari sekolah. Mohon pengertiannya anak-anak, terimakasih. Kalian selalu jaga kesehatan, karena sehat itu mahal. Ingat pesan ibu ya". Sekarang aku sudah tau mengapa bu Wati naik sepeda onthel dari cerita yang disampaikan beliau di kelas. "Semoga cepat sembuh bu" doaku. Mungkin bu Wati capek karena sudah mengajar di kelas lain. Fisika di kelasku jam terakhir juga, jadi wajar kalau capek.

Oh iya, aku pernah menolong bu Wati waktu beliau dan sepedanya jatuh. Jalan ke rumahku satu arah dengan jalan menuju asrama sekolah yang ditempati bu Wati. Cuma rumahku lebih jauh. Aku naik motor ke sekolah. Pulang sekolah aku liat dari jauh bu Wati mengayuh sepedanya. Waktu aku menyalip beliau tiba-tiba aku dengar suara bruk! Bu Wati ambruk bersama sepedanya. Langsung aku hentikan motorku dan menolong beliau. Ealah...ternyata rok beliau nyangkut di bagian pedal. Aku tau betul karena jahitan yang bawah rusak dan roknya masih nyangkut. Aku tolong beliau, aku dirikan sepedanya. "Ibu tidak apa-apa kan? Hati-hati bu" kataku. "Gak papa, selamat semuanya kok. Terimakasih Dito" jawab beliau. Setelah itu beliau menuntun sepedanya menuju ke asrama, aku melanjutkan pulang ke rumah.

Sekarang tiap aku tiba di sekolah selalu aku lirik tempat parkir guru. Adakah sepeda onthel disitu? Kalau ada, berarti bu Wati pasti ada di sekolah, senang liat wajah beliau. Tapi gak seneng mata pelajarannya, hahaha. Aku juga bisa menandai kalau ada tugas atau ada PR, ulangan. Kalau ada sepeda onthel bu Wati berarti beliau masuk tidak ijin. Jadi ditagih tugas dan PR kita. Ulangan pun gitu, kalau ada sepeda onthel berarti jadi ulangan deh...sebel. Semoga perjuanganmu mendidik kita berhasil dan diridhoi Allah bu. Ibu sudah menanamkan semangat kepadaku untuk tetap berusaha dan tidak mudah menyerah.

Karena aku terkesan dengan semangat bu Wati maka aku tulis sedikit catatan harianku tentang beliau. Ibu guru yang sakit, ke sekolah naik sepeda. Tapi semangatnya luar biasa dalam mengajar kita para muridnya. Berawal dari sepeda onthel yang akhirnya menumbuhkan semangat dalam diriku. Aku sekarang rajin belajar, tidak malas lagi. Meskipun otakku tidak pintar tapi aku berusaha terus agar bisa. Bisa apa saja, agar berhasil kelak. Semoga cita-citaku tercapai. Tak lupa doaku untukku ibu guruku, semoga cepat sembuh bu, Amin.

Catatan Dito (CD)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun