Metode belajar Montessori, yang cukup banyak terdengar di kalangan orang tua murid usia PAUD dan terutama di kota-kota besar, merupakan salah satu metode belajar non-tradisional yang menekankan kebebasan dan kemandirian pada anak-anak, terutama pada usia dini (0-6 tahun). Ketika memasuki sekolah dengan metode Montessori, dapat dipastikan tata letak dan pengaturan kelas yang ada di dalamnya akan berbeda dengan sekolah-sekolah pada umumnya.
Metode ini dibuat oleh seorang pengajar dari Italia, Maria Montessori (1870-1952) yang tercipta setelah Maria Montessori bekerja sebagai pengajar di tempat anak-anak yang berkebutuhan khusus. Maria melihat bahwa dengan kebebasan untuk memilih belajar apa yang merka sukai, anak-anak tersebut dapat mengekspresikan ketertarikan yang dalam terhadap sesuatu; dan dengan melakukannya sendiri, dapat melatih kemandirian mereka. Setelah pertama kali digunakan di Roma, Italia, lalu metode ini diperkenalkan di Amerika, dan kemudian menyebar dengan cepat ke berbagai negara lainnya, termasuk Indonesia.
Satu sisi, metode ini menjanjikan cara belajar yang menyenangkan terutama bagi anak-anak usia dini, karena saat datang ke kelas, mereka tidak dipaksa untuk duduk dan selalu diam seperti di sekolah tradisional, melainkan bebas untuk bergerak sesuai kemauan anak. Terlebih lagi, anak dapat memilik materi yang dipelajari, tidak dengan diperintah oleh guru. Namun di sisi lain, tidak semua anak memiliki kesadaran sendiri untuk mempelajari sesuatu, sehingga sebagian anak tersebut menjadi tidak terarah dan malah jadi tidak mempelajari apa-apa.
Mengenai fasilitas belajar, sekolah Montessori menggunakan fasilitas yang baik dan komplit, agar siswa dapat belajar dengan optimal dengan metode hands-on learning. Oleh karena itu, sekolah Montessori pada umumnya mahal dan hanya kalangan tertentu saja yang bisa berkesempatan bersekolah di sekolah Montessori.
Sebagai seorang pengajar dan juga orang tua dari anak usia PAUD, saya berpendapat bahwa memang tidak ada satu metode belajar yang dapat dikatakan paling ideal untuk semua anak. Semua kembali ke pilihan masing-masing dan kecocokan antara karakter anak dan metode yang digunakan. Baik menggunakan metode Montessori maupun tradisional, yang terpenting adalah metode tersebut dapat membawa anak belajar dan berkembang sesuai harapan, dapat diaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari, dan dapat mempersiapkan anak untuk belajar ke jenjang yang lebih tinggi sampai dia dewasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H