Manusia merupakan mahluk sosial yang senantiasa berinteraksi dengan manusia di sekitarnya. Dimulai dari lingkungan terdekat yaitu keluarga inti, lalu mungkin keluarga besar, tetangga, teman di sekolah, kampus, kantor, komunitas ibadah, dan lain-lain. Dengan berinteraksi dengan orang di sekitar, manusia selalu memiliki celah untuk belajar suatu hal yang baru.
Menurut Lev Vygotsky (1896 -- 1934), seorang psikolog dari Rusia, pembelajaran akan terjadi kalau seorang anak belajar mengenai hal atau tugas baru, yang masih berada di luar jangkauan kemampuannya, dan dibantu oleh orang yang sudah bisa atau sudah lebih dahulu mempelajarinya (disebut juga orang ahli).Â
Contohnya, seorang anak yang belajar memakai baju sendiri, dengan dibantu orang tua dan melihat orang tuanya, anak akan belajar dan pada akhirnya bisa melakukannya sendiri.Â
Begitu pula dengan anak yang lebih besar, misalnya sedang mempelajari penjumlahan dan pengurangan di kelas, lalu diajarkan dan dibantu oleh guru kelasnya, maka anak tersebut pada akhirnya akan bisa melakukannya, selama beban tersebut tidak melebihi kapasitas yang seharusnya atau masih berada dalam jangkauan kemampuannya. Inilah yang disebut dengan zone of proximal develompment (ZPD).
Dalam pemahaman saya pribadi mengenai ZPD, artinya bahwa sebuah pembelajaran yang baik atau efektif adalah pembelajaran yang memiliki ZPD yang tepat sasaran dan tepat takarannya.Â
Tidak bisa terlalu kecil, karena akan menjadi terlalu mudah dan anak akan merasa bosan; namun juga tidak bisa terlalu besar karena anak akan frustasi dan akhirnya menyerah untuk belajar. Di sinilah seorang guru akan berperan, untuk memperhatikan anak didiknya secara personal dan menentukan sejauh mana seorang peserta didik akan diajarkan.
Dalam kelas musik praktek, pada umumnya setiap siswa memiliki bahan ajar yang berbeda-beda, karena semua siswa yang hadir di kelas tersebut bisa saja memiliki latar belakang musik yang berbeda-beda. Sehingga setiap siswa akan memiliki target yang berbeda, dan tentu ZPD yang berbeda-beda.Â
Ini menjadi menarik bagi guru yang mengajar karena setiap siswa memiliki tempo belajar, gaya belajar, dan tantangan belajar yang berbeda-beda pula.Â
Selain itu, hal yang dapat dianggap sebagai manfaat lain dari kelas heterogen seperti ini, semua siswa akan berinteraksi di dalam kelas, misalnya dalam hal mentoring. Seorang siswa yang memiliki tingkat kemahiran lebih tinggi, akan dapat memberi contoh dan menjadi mentor bagi siswa lain yang berada di tingkat lebih rendah.Â
Ketika digabungkan dalam satu ensembel atau orkestra, masing-masing akan memiliki bagiannya sendiri, dan menghasilkan musik yang indah dan harmonis.Â
Walaupun terasa berat karena harus menelaah setiap siswa satu per satu dengan teliti, namun buah yang dihasilkan cukup untuk membayar kerja keras yang selama ini dilakukan.