Saat ini Indonesia sedang memegang peranan penting dalam penyelenggaraan serta pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang tahun ini akan diselenggarakan di Indonesia.Â
G20 adalah suatu forum yang berfokus pada koordinasi di bidang kerjasama ekonomi serta pembangunan internasional dengan dasar kerjasama dunia, keterikatan, dan keterbukaan yang didalamnya beranggotakan 19 negara dan 1 kawasan yaitu Amerika Serikat, Arab Saudi, Australia, Afrika Selatan, Argentina, Brazil, Indonesia, India, Italia, Jepang, Inggris, Jerman, Kanada, Meksiko, Prancis, Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Republik Korea, Turki, Rusia, dan Uni Eropa.Â
Negara-negara tersebut merupakan negara dengan tingkat ekonomi yang kuat dan besar di dunia. Anggota G20 mencakup 60% polulasi global, 75% ekspor global, dan 80% PBB dunia maka dari itu G20 merepresentasikan kekuatan politik dan ekonomi dunia.
G20 juga merupakan salah bentuk kerjasama internasional yang dapat membentuk serta mempererat hubungan persahabatan antar negara, upaya dalam menciptakan perdamaian, serta memberi solusi dalam perundingan internasional guna menyelesaikan permasalahan ekonomi global.Â
Berkaitan dengan kegiatan tersebut Rusia tak lepas dari keterlibatannya dalam forum G20 meskipun konfliknya dengan Ukraina hingga saat ini masih memanas. Jokowi selaku Presiden Indonesia melakukan kunjungan langsung ke Rusia untuk menyampaikan undangan kepada Presiden Putin untuk datang dalam forum G20 di Indonesia.Â
Tak hanya itu Jokowi juga datang ke Ukraina untuk menawarkan diri apakah ada pesan yang ingin di sampaikan dari Zelensky untuk Putin, karena salah satu alasan berkunjung nya Indonesia ke Rusia dan Ukraina adalah untuk menjalankan misi perdamaian serta merangkul dan meyakinkan Putin agar dapat hadir dalam forum G20 di Indonesia.
Dalam forum G20 tahun ini Putin sudah dipastikan tidak dapat hadir di Indonesia, menurut penjelasan Sergey Markov mantan penasihat presiden Rusia mengapa Putin tidak dapat hadir adalah karena Putin mendapat ancaman besar mengalami pembunuhan.
Hal tersebut tak lepas dari konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina, karena seperti yang kita tahu bahwa mayoritas anggota G20 adalah negara Eropa yang dimana sebagian negara Eropa tersebut tergabung dalam NATO.Â
Markov juga menjelaskan bahwa ancaman pembunuhan tersebut muncul dari pasukan khusus Ukraina, Inggris, dan Amerika Serikat. Bahkan beberapa anggota negara Eropa yang hadir dalam G20 mengungkapkan ketidaksukaannya terhadap Putin dan ingin melakukan perlawanan secara pribadi terhadap Putin.Â
Sebagai gantinya perwakilan dari Rusia untuk hadir di G20 diwakilkan oleh Sergei Lavrov selaku Menteri Luar Negeri Rusia, namun Putin tetap ikut serta dalam forum secara virtual.
Dalam pandangan konstruktivisme menekankan pada faktor yang berbeda, seperti faktor identitas karena identitas merupakan aspek yang dapat membentuk tindakan para aktor. Identitas juga mempengaruhi dalam proses pengambilan keputusan serta memberikan pengaruh terhadap sekitarnya.Â
Dari identitas negara dapat menentukan kepentingannya karena dalam konstruktivis mengedepankan identitas dalam pengambilan keputusan politik internasional. Alexander Wendt menjelaskan bahwa identitas negara muncul berdasarkan seperti apa pandangan negara lain terhadap negaranya.Â
Kita dapat memahami perilaku suatu negara dengan memahami keadaan sosial suatu negara dilihat dari dengan siapa negara tersebut melakukan interaksi. Kontruktivisme percaya bahwa dunia anarki tidak bersifat permamen, sistem internasional anarki disebabkan tidak adanya polisi internasional yang mengatur perilaku negara.Â
Konstruktivisme mengkategorikan hubungan negara menjadi 2 yaitu amity dan enmity. Amity merupakan hubungan persabatan antar negara sedangkan enmity merupakan jalinan hubungan antar negara namun berdasarkan rasa kecurigaan dan kekhawatiran.
Melihat latar belakang Putin sebelum menjadi presiden dimana Putin pernah menjadi anggota Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti (GKB) yaitu badan intelijen yang berasal dari Uni Soviet. Pada tahun 1976 pangkat Letnan pertamakali diberikan kepada Putin yang tugasnya berfokus pada pemantauan terhadap warga negara asing dan operasi intelijen khusus yang berfokus pada kemanan negara.Â
Pada tahun 1985-1990 Putin di kirimkan ke Dresden Jerman menyamar sebagai penerjemah hingga pada 1989 Putin diangkat jabatan sebagai Letnan Kolonel. Guna melanjutkan karir politiknya Putin mengundurkan diri dari KGB pada tahun 1991 dan menjabat sebagai staf Wali Kota Anatoly Sobchak yang berada di balai kota Saint Petersburg.Â
Hingga pada tahun 1998 KGB diganti menjadi Federlnaja Slba Bezopsnosti Rossjskoj Federcii (FSB) dan Putin menjabat sebagai Direktur FSB. Tahun 1999 Presiden Rusia Boris Yeltsin menarik diri dari kepresidenan dan memilih Putin untuk menggantikan posisinya.Â
Putin resmi menjabat sebagai presiden Rusia periode 2000-2008, setelah masa jabatannya habis Putin menjadi perdana menteri periode 2008-2012 dan kembali menjabat sebagai presiden periode 2012 hingga saat ini.
Konstruktivis yang melihat perilaku aktor berdasarkan identitasnya, dalam hal ini tindakan Putin yang tidak hadir dalam G20 di Indonesia merupakan salah satu bentuk tindakan yang didasari oleh identitas Putin sebelum menjadi presiden dimana Putin pernah menjadi bagian dari anggota intilejen.Â
Hal tersebut menunjukan bahwa identitas dapat menentukan perilaku aktor dalam mengambil keputusan. Putin melakukan tindakan tersebut bukan tanpa alasan, bersangkutan dengan konflik nya yang kini sedang terjadi dengan Ukraina.Â
Beberapa negara anggota G20 yang berasal dari negara Eropa merupakan enmity dari Rusia seperti Inggris, Jerman, dan Amerika Serikat, sedangkan amity dari Rusia hanya Tiongkok. Seperti yang kita ketahui bahwa Rusia bukan negara anggota NATO sedangkan mayoritas negara Eropa di G20 merupakan anggota NATO dan akan melakukan pembelaan terhadap Ukraina yang menjadi bagian dari NATO.
Putin menujukan kemampuan identitasnya dengan tidak hadir di G20 karena memiliki beberapa alasan yang apabila di sesuaikan dengan penjelasan konstruktivis hal tersebut dapat mengancam keamanan Putin dan keamanan Rusia.Â
Hal tersebut dapat menjadi dasar pemikiran aktor karena aktor mampu melakukan identifikasi serta analisis mengenai hal apa yang akan terjadi apabila Putin menghadiri forum G20.Â
Tidak hadirnya Putin dalam forum juga merupakan salah bentuk menentukan kebijakan bagi negaranya sendiri karena penggunaan persepsi untuk melakukan analisis yang kritis adalah salah satu cara yang dilakukan oleh konstruktivisme.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H