Mohon tunggu...
Ratna Kumala
Ratna Kumala Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa IPB

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mahasiswa KKNT-I IPB Mengajak Masyarakat Desa Bojongkoneng Memanfaatkan Limbah Menjadi Kompos

24 Juli 2023   20:37 Diperbarui: 24 Juli 2023   20:55 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mahasiswa IPB yang sedang melakukan Kuliah Kerja Nyata Tematik Inovasi (KKNT-I) di Desa Bojongkoneng, Kecamatan Kandangserang, Kabupaten Pekalongan melaksanakan berbagai program kerja di bidang pertanian salah satunya memperkenalkan cara pemanfaatan limbah jerami padi dan limbah rumah tangga menjadi pupuk kompos kepada masyarakat. 

Pertanian dalam pelaksanaanya membutuhkan pupuk sebagai komponen yang penting untuk menunjang produktivitas tanaman. Ketersedian pupuk mutlak  diperlukan untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi, namun sekarang ini  petani dihadapkan kepada kelangkaan serta tingginya harga pupuk yang beredar dipasaran. 

Masalah tersebut bisa diatasi dengan menggunakan pupuk organik  berupa kompos yang berasal dari limbah pertanian dan limbah rumah tangga.

Pemanfaatan hasil sisa panen padi oleh masyarakat Desa Bojongkoneng masih sangat minim. Biasanya para petani membakar atau membuang jerami ke luar petakan sawah. Selain itu, limbah rumah tangga juga masih sering ditemukan di area sungai akibat tidak adanya pengangkutan sampah oleh pemerintah. 

Melihat hal tersebut, tim KKNT-I IPB mengadakan penyuluhan sekaligus demonstrasi pemanfaatan limbah pertanian jerami padi dan limbah rumah tangga menjadi pupuk kompos yang hasilnya dapat digunakan untuk mengembalikan kesuburan tanah dan meningkatkan produktivitas sawah. Kompos jerami adalah bahan yang sangat potensial untuk meningkatkan kandungan bahan organik di tanah sawah, begitu juga kompos dari limbah organik. 

Kegiatan sosialisasi dan demonstrasi pembuatan pupuk kompos dilakukan hampir di semua dusun, yaitu Dusun Harjosari, Dusun Bojongkoneng, Dusun Karangtuang. dan Dusun Karanggondang. Kegiatan diawali dengan pemberian selembaran materi yang sebelumnya sudah di-print kepada masyarakat. Selanjutnya pengenalan alat dan bahan yang digunakan serta penjelasan fungsi setiap bahan kepada masyarakat.  Alat yang digunakan untuk pembuatan kompos dari limbah jerami adalah bambu untuk bak kompos serta terpal sebagai penutup. 

Bahan yang digunakan yaitu jerami, kotoran hewan, EM4 , kapur tohor, urea, air dan gula. Penambahan urea sebagai pemerkaya pupuk kompos dapat meningkatkan kandungan nitrogen dan menurunkan rasio C/N. Penggunaan urea sebagai sumber nitrogen yang bertujuan untuk menekan pertumbuhan jamur serta meningkatkan kadar nitrogen untuk mensuplai kebutuhan bagi mikroba. Gula digunakan sebagai sumber energi mikroorganisme. 

Fungsi dari penambahan kapur tohor/dolomit adalah untuk meningkatkan pH. Nilai pH dibawah optimal  menyebabkan aktivitas  mikroorganisme sedikit terhambat. Kotoran hewan berfungsi untuk menambah jumlah mikroorganisme, nitrogen, dan karbon sekaligus, akan mempercepat suatu mikroorganisme dalam merombak bahan kompos.

Selanjutnya dilakukan demonstrasi pembuatan kompos dengan bahan dasar jerami, yaitu pertama dengan membuat larutan EM4 dengan air dan gula yang nantinya akan disiram ke atas jerami. Setelah itu, dibuat tumpukan yang terdiri dari jerami, urea, kotoran hewan, siraman larutan EM4, dan kapur tohor/dolomit. 

Tumpukan tersebut dibuat hingga 4 lapisan. Setelah itu, tumpukan ditutup rapat oleh terpal kemudian secara berkala setiap seminggu sekali diaduk dan di tunggu sampai matang sekitar 9 minggu. Ciri - ciri kompos matang adalah berwarna hitam/coklat, berbutir/teksturnya halus, bahan asal sudah tidak dikenali lagi dan berbau tanah.

Sedangkan, pembuatan kompos dari limbah rumah tangga membutuhkan alat seperti ember, tutup ember, dan baskom. Bahan yang dibutuhkan berupa tanah bekas pakai, limbah sayur/buah (sumber Nitrogen), daun kering/kardus (sumber Karbon), EM4, dan larutan gula. Ember yang digunakan sebagai wadah kompos harus dibolongi terlebih dahulu dibagian bawahnya agar air tidak mengendap didasar ember. Air yang keluar dari dasar ember kemudian diwadahi oleh baskom. 

Air ini yang kemudian disebut dengan air lindi yang juga dapat dimanfaatkan untuk menyiram tanaman dan menambah nutrisi pada tanaman. Biasanya, waktu yang dibutuhkan untuk pembuatan kompos tergantung pada besar kecilnya skala bahan yang digunakan, mulai dari 1 bulan hingga 2 bulan. Selain itu, pengadukan juga setiap 1 minggu sekali juga diperlukan agar proses pengomposan berjalan secara merata. 

Ketika demonstrasi dilakukan, warga Desa Bojongkoneng terlihat antusias. Keantusiasan dilihat dari partisipasi masyarakat dalam pembuatan kompos serta banyaknya pertanyaan yang dilontarkan mengenai cara pembuatan kompos. Demonstrasi ini dihadiri lebih dari 50 orang. Selain karena alat dan bahan yang digunakan mudah dijangkau oleh masyarakat, proses pembuatannya juga tergolong mudah karena bisa dilakukan secara individu. 

Kegiatan ini diharapkan mampu mengurangi limbah-limbah yang belum diolah dengan baik dan mampu meningkatkan kualitas pertanian di Desa Bojongkoneng. Selain itu, juga dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap pupuk kimia yang dimana semakin hari semakin mahal harganya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun