"Aa jarang telpn karena tugas aa banyak tolong teteh ngertiin keadaan aa, nanti juga kalau waktu senggang pasti aa kabarin, sabar kenapa sih teh? Kita bukan anak kecil lagi kita dah pada dewasa tolong dong teteh ngertiin aa," kata Alex.
   Aku ngertin dia kok?  Siapa dia? Apa pekerjaan dia? Tapi aku juga mau dia memahami aku juga dong. Tak terbayang kalau aku sampai ditingglkan dia. Hancur hidupku, dia adalah penyemangat hidupku juga haruskah ku mengunci rapat bibir ini biar tak bisa bicara apa-apa. Â
  Tatapan matanya yang membuatku  jatuh pada pelukannya bisakah aku diam tanpa bicara?? Ah ternyata ku tak bisa.Â
   Ku duduk dalam diam, perlahan bayangan wajahnya tersenyum dalam diam, bening bola matamu yang menggetarkan hatiku  membuatku jatuh dalam pelukanmu tatapan matamu membuatku tak berdaya. Tapi aku tetap mau bicara tentang cinta, mau dibawa ke mana cinta kita ini, dan mau berakhir di muara mana cinta ini?
   Malam mulai merayap dalam kesendirian ku mencoba kirim pesan malam itu,  Kulirik mataku mencari jam dinding yang berwarna putih menempel di tembok kamarku jarumnya berdetak menunjukan pukul 22.00, aku tak tahu dia sudah tidur atau lagi piket malam? Atau lagi lepas dinas?  Kok, seharian tak ada kabar darinya. Kucoba menulis dalam sttsku "ya Allah semoga terbuka."  Aku sengaja membuat tulisan agar hatinya kembali seperti dulu awal kita menjalin cinta. Eh....! Tak lama dia mengirim pesan  mungkin dia baca stts ku.
"Apanya?"
"Ya semoga aa terbuka dan kembali seperti dulu," ucapku
"Hemmm ! semoga," ucap Alex.
"Kenapa aa jadi begitu?"
Ternyata Alex berubah sikapnya padaku hanya karena waktu telepon yang angkat itu bukan aku, tapi keluargaku. Kebetulan aku lagi keluar sementara hp kusimpan di atas meja ruang keluarga. Â Alexpun berkata padaku kalau dia sakit hati dan merasa diinjak harga diri oleh anak kecil dan itu yang tidak Alex terima. Mungkin dengan ucapan dari anak kecil itu yang membuat Alex harus berpikir lebih dewasa. Pantesan saja Alex berubah padaku hanya karena perkataan itu. Padahal masalah yang terima telepon itu sudah diselsaikan pada tanggal 11 Pebruari, artinya Alex dah memaafkan anak itu.
"Oh hanya karena masalah anak kecil yang telepon itu yang membuatmu marah?" Hanya karena itu ngak mau kembali seperti dulu, penuh cinta dan kasih sayang? Masa Allah...aa.aaa.....," Ucapku dengan nada yang kutahan biar ngak meledak kemarahanku. Â Ternyata Alex masih ingat perkataan itu.Â