Mohon tunggu...
Ratna Wahyuningsih
Ratna Wahyuningsih Mohon Tunggu... -

SAYA BISA, Berjuang mewujudkan MIMPI, BERSYUKUR, BELAJAR, FOKUS , IKHLAS & SUKSES is MY RIGHT :) \r\n-positive thinker as always-\r\n

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pray for Indonesia

29 Oktober 2010   04:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:00 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pray for Indonesia "Simbol pita hitam bertuliskan "Pray for Indonesia" atau "Berdoa untuk Indonesia" ini pun banyak digunakan teman2 fb atau twiter saya sebagai penunjukan rasa simpati untk korban Tsunami, Mentawai dan Letusan Merapi, Jogya Oktober 2010" Jakarta, 27 Oktober 2010, masih terekam jelas perkataan ketua DPR Marzuki Alie tentang musibah Tsunami yang terjadi di kepulauan Mentawai (26 Oktober 2010). "Musibah Tsunami adalah risiko penduduk yang hidup di wilayah pantai" "Mentawai kan jauh. Itu konsekuensi kita tinggal di pulaulah, seharusnya warga yang takut ombak jangan tinggal di daerah pantai" "Siapa pun yang takut kena ombak jangan tinggal di pinggir pantai. Sekarang kalau tinggal di Mentawai ada peringatan dini dua jam sebelumnya, sempat nggak meninggalkan pulau?" Kepala saya gedek-gedek, tidak menyangka bahwa kata-kata yang sangat tidak bersimpati dan menambah kepedihan luka tersebut meluncur dengan lancarnya dari ketua wakil rakyat kita. Langsung saja, pernyataan tersebut banyak menuai protes, seakan-akan, Pak Marzuki yang terhormat yang sedang menjabat sebagai ketua DPR itu baru saja menunjukkan betapa egoisnya dan menganggap enteng masalah-masalah yang terjadi pada rakyat kecil, miskin dan lemah ini. Sehari setelah pernyataan itu, Kamis, (28/10/2010) malam. Beliau langsung mengklarifikasi akan kekhilafan perkataan yang tak pantas itu. "Apapun kejadiannya ini pembelajaran bagi saya, oleh karenanya saya menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan tersebut. Semoga ini menyelesaikan semua polemik yang sangat tidak produktif bagi bangsa ini," "Saya tidak tahu bagaimana kondisi daratan di Mentawai, apakah ada tempat untuk menyelamatkan diri apabila ada peringatan tsunami. Kalau tidak ada tempat untuk menyelamatkan diri, secanggih apapun alat, tidak akan menyelamatkan saudara-saudara kita tersebut, karena lokasinya jauh dari Sumatera." Sementara itu, saya membaca berita pagi ini, diberitakan : Hingga Kamis (28/10) pukul 07.15 WIB korban meninggal mencapai 311 jiwa dan korban yang hilang sebanyak 378 orang, masih diberitakan bahwa kemungkinan korban tewas itu jumlahnya masih akan terus bertambah. Selain korban tewas juga masih ada korban yang mengalami luka berat yaitu 264 orang dan yang luka ringan 140 orang, dan pengungsi sebanyak 4 ribu jiwa di tampung di wilayah Pagai Selatan dan Pagai Utar Bantuan pun terus berdatangan, datang dari dalam negeri dan luar negeri, pemberitaan tsunami yang terjadi di Kepulauan Mentawai, Indonesia ini menjadi berita dunia yang mengundang simpati dari berbagai pihak. Saya pun yang aktif mendengarkan siaran radio BBC, hingga sekarang berita Tsunami masih terus menjadi headline. Saya memang tinggal jauh dari mereka yang di mentawai, namun saya ikut merasakan secara tidak langsung berdasarkan cerita saksi mata yang berhasil selamat dari Tsunami 3 hari silam tersebut. Saya bisa membayangkan betapa ngeri dan dasyat nya hantaman ombak yang bernama Tsunami itu. Dilansir bahwa gelombang air laut atau tsunami akibat gempa 7,2 Skala Richter yang mengguncang Kabupaten Mentawai, Sumatera Barat, mencapai tinggi sekitar 12 meter. Benar bahwa kita tidak akan pernah bisa mengetahui apa yang akan terjadi, bencana apa lagi yang akan menimpah Indonesia, setelah Tsunami, dan Letusan Merapi di Jogyakarta yang terjadi hampir berbarengan itu. Namun setidaknya musibah ini akan menjadi pelajaran berharga sekaligus peringatan buat semua orang di Indonesia baik, rakyat kecil, menengah atau pun penguasa besar untuk lebih banyak refleksi diri, Istifar, memohon maaf, menyadari kesalahan, tidak egois-bagi wakil-wakil rakyat yang sedang diberikan kepercayaan amanah untuk tidak hanya memikirkan studi banding ini , itu, lah atau pembanguan gedung +kolam renang ini, itu, yang biaya keseluruhannya rakyat kecil yang menanggung, lebih menyayangi saudara2 kecil, membantu dan merangkul mereka yang masih belum bisa berdiri sendiri dan menuntut mereka untuk bisa mandiri. Kita memang harus bekerja sama bukan hanya saling menyalahkan satu sama lain. Saya pun Pray for Indonesia for a better future of my beloved country.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun