Mohon tunggu...
Ratna Islamiati
Ratna Islamiati Mohon Tunggu... -

Hidup hanya sekali, jadi niatkanlah untuk lurus...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Aku, kereta api dan coklat...

14 Agustus 2011   08:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:48 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Stasiun Pondok Ranji 14-8-2011 Jejak-jejak roda kereta terus menggilas membelah panasnya udara pinggiran ibu kota siang ini, kembali berkutat dengan penuhnya jadwal kunjungan sosial yang harus aku lakukan bersama dengan team seperjuanganku. KRL ekonomi jurusan Jakarta-Merak seperti biasa tiba dengan sedikit waktu yang tidak sesuai dengan jadwal keberangkatan, hari ini semua tugas tidak kami lakukan dengan membawa kendaraan pribadi sebagaimana mestinya yang kami lakukan, mencoba menjalani sisi lain dari uniqnya menaiki kereta api ekonomi yang kerap ku lihat jika mobilku harus berhenti di pintu rel kerata api Bintaro di karenakan akan lewat kereta api dari arah Jakarta atau Merak. Begitu kerap aku terpana hanya di suguhkan pemandangan diatas kereta yang penuh berjejal manusia bahkan atap-atap kereta pun penuh tak bersisa, kerap aku bertanya sendiri dalam hati, apakah mereka orang-orang ini sedikitpun tidak memahami begitu keselamatan tidak mungkin bisa di beli oleh apapun, apakah tak terlintas sedikitpun dengan nyawa yang mereka gadaikan hanya untuk dapat tempat dan bisa sampai ke tempat tujuan tepat waktu, begitu ironis!!! Hari ini jadwal kunjungan kami adalah dua desa yang berlokasi di wilayah Tiga raksa, ada beberapa tempat yang harus kami kunjungi dengan tujuan melihat perkembangan anak-anak asuh yang telah kami bina selama ini, dan ini adalah perjalanan pertamaku menuju lokasi dengan menaiki kereta api kelas ekonomi ini. Request dari salah satu team mengatakan " na, tinjauan esok jangan sekali-sekali menggunakan rok panjang kebesaranmu, medan yang akan kita lintasi adalah kereta api jenis ajaib berbeda dengan kereta apimu saat kau di Munich atau pulang ke Jogja dan Surabaya. " sempat aneh juga aku mendengar pesan temanku ini namun sarannya ku ikuti, siapa tahu mungkin medannya tidak nyaman jika harus beraktivitas dengan rok panjang, meski jujur hampir semua koleksi bajuku aku lebih cenderung suka dengan baju yang bernuansakan feminim, hanya sesekali bergaya casual. Kereta dari arah stasiun Kebayoran akhirnya tiba juga, kulirik ke enam temanku mereka dengan tas ranselnya lansung bersiap-siap " hayuk say...kita siap-siap berpetualang di atas kereta api istimewa ini, tinggalkan sejenak kehidupan cinderella kita, membaur dan menikmati aroma pekatnya kehidupan " goda Avi sahabatku yang memang terkenal sedikit tomboy meski sudah memiliki dua anak namun gaya tomboy nya tidak luntur satupun " ayo nona jangan bengong, kita harus ikut berebut jika tidak...kita tak akan kebagian tempat nanti " kaki kananku melangkah terakhir kali, upss akhirnya aku berhasil masuk dan sekarang sudah di dalam gerbong, wow!!! pemandangan yang amat takjub dan menggairahkan buatku.... Sisi-sisi kemanusian, ya...potret kaum marginal terpampang dengan sudut yang elok di dalam kereta ini. hemm beginikah salah satu potret hidup bangsa ku, bangsa yang dikenal besar dan makmur dahulu... Seorang pemuda jangkung dan kurus dengan keringat mengucur menjadi hero untukku saat di kereta itu, dengan gaya gentle nya dia berdiri dan memberikan kursinya untukku... Aku heran, padahal ada ibu setengah baya tepat di sampingku dengan mengendong seorang anak gadis kecil yang terlihat kumal karena berdesakan, dengan senyum getir dan perih ku tawarkan kursiku buat si ibu tadi....pemuda kurus tadi hanya nyengir menahan malu...potret budaya akan empati dengan sesama yang mulai tergerus, dan ini menjadi catatan ku. Di depan mataku, kulihat ibu tadi berusaha mendiamkan putrinya yang rewel mungkin karena kepanasan dan haus menahan lapar, aku selalu bersyukur memiliki kantong doraemon dalam ranselku, meski hari ini puasa yang namanya coklat, permen dan biskuit tak pernah absen dari kantong ajaibku....karena kue-kue kecil itu akan berjasa di saat-sat tertentu seperti saat ini. Coklat dari tanganku kini sudah beralih di anak kecil itu, dengan bibir celemotan, anak itu memandangku malu-malu lalu bersembunyi di balik dada ibunya...aku tersenyum kecil sambil mengelus kepalanya...pemandangan yang mengiris nuraniku... Diluar sana, sebagian anak-anak hidup dalam kemewahan, terjaga dari kehangatan dan kelembaban, kadang aku bertanya dalam hati kepada Tuhan...." Tuhan inikah potret akan keadilan-Mu, kau buat kami untuk melihat bahwa ada kemiskinan dan kekayaan....disinikah himbauan-Mu kepada kami bahwa kami di tuntut untuk menjadi makhluk pemikir " " mba pertama kali naik kereta ini ya..." tiba-tiba sebuah celetukan dari arah sampingku, seorang bapak setengah baya menyapaku..." aku anggukan kepalaku lalu tersenyum " pantes mba terlihat berbeda dengan rombongan mba itu " Apakah selalu ada perbedaan...hingga secara kasat mata bapak setengah baya itu dapat membedakan kami... Potret-potret lusuh itu sejenak melupakanku akan jejak-jejak remah-remah FSC di kompasiana....kami akan terus mencari di tiap-tiap sudut semampu jemari kami menyentuh kalian-kalian yang ingin kami sentuh.... Kau tak ubahnya aku dan aku juga tak ubahnya kau....aku bernapas dengan gratis dan udara yang sama begitu halnya engkau...namun inilah jasad yang membedakan kita, aku dengan sebutan cinderella ku dan kau dengan sebuta upik abumu...namun kita tak pernah beda...kau ada untuk di kasihi, dan kami ada untuk melihat itulah cermin kami.... Kereta terus membelah melaju dengan pelannya, di iringi panasnya hawa siang ini...pelajaran hidup yang kerap dapat kami temui di sepanjang sudut kota ini... Dan desa-desa tak terjamah itu kini menunggu kami, menunggu jemari-jemari kami untuk sekedar berbagi belaian dan kasih sayang meski nilainya tidak begitu besar. Akhirnya kereta yang kami tumpangi sampai di stasiun Tiga raksa, senyum manis dari gadis kecil itu menggodaku untuk membelainya sekali lagi lalu ku bagikan dua coklat untuknya lagi....dan kalimat indah keluar dari bibir mungilnya untuk ungkapan terimakasih " terima kasih, tante paling cantik di kereta ini..." Ohhhh Tuhan, begitu ungkapan polos yang memanjakanku hingga kerap pilu hatiku...." terima kasih sayang...jangan menangis lagi ya, semoga Tuhan menjadikanmu gadis yang kuat esok kelak..."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun