Kita bukan siapa-siapa
hanya gumpalan lempung yang tak berarti
atas cinta dan Rahman Rahimnya kita ada
ditiupkan ruh hingga memenuhi ubun-ubun semesta
dialirkan darah merah melewati urat-urat pembuluh keungu-unguan
hingga tanpa terasa segala bentuk kita rasakan
segumpal hati kita dititipkan
meski kerap belatung mengisi gumpalan hati itu
namun cinta dan ampunan-Nya kelak kita dapatkan
tak mungkin akan tahu dan terkuak rahasia langit
siapa Dia dan bagaimana Dia
hanya penghambaan
hanya kepasrahan
hanya ketundukan
hanya ketidakberdayaan akan segala hal
kesombongan dan keangkuhan yang bagaimana lagi akan engkau lakukan
sedangkan nikmat sederhana saja masih engkau rasakan
ya, masihkah detik ini kau nikmati udara pagi-Nya
ya, masihkah detik ini telinga tulimu masih mampu mendengar kalimat-kalimat indah
ya, masihkah buta mata hatimu masih dapat menikmati indahnya mentari pagi tadi
ya, masihkan kerongkonganmu merasakan segarnya air yang kau sesap dari bibir busukmu
ya, masihkah perut laparmu telah terisi meski hanya dengan remah-remah roti meski kau tahu seluruh isi perutmu hanya berisi belatung-belatung yang tak layak di beri nikmat-Nya
ya, masihkah jemari, tangan, kakimu yang kau bilang sempurna itu masih dapat berdiri tegak dan melakukan segala hal untuk menaklukan dunia, sedangkan jika sang Dia merenggut sekejap saja kau hanya onggokan sampah tak ada nilainya
culas!!!
sombong!!!
kerdil!!!
itulah sosok-sosokmu
bibir-bibir manismu tertawa dan mengatakan bahwa kau ada bukan karena kehendak-Nya
kau tak ubahnya ulat busuk dan lebih busuk dari ulat sesungguhnya...
ya, kaulah manusia sombong
kau wanita
kau lelaki
kau mengaku pintar namun sesungguhnya kau terbodoh
dan Ku ajarkan kau untuk Menikmati sastra kontemporer atas penghambaan-Nya
**** AL ****
hanya sosok pencari jejak kontemporernya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H