Kegelapan mulai merambah
Tidak ada setitik cahaya pun
Yang ada hanyalah isak tangis mendayu
Menggores perih relung hatiku
Naaaaak..kumohon diamlah
Bunda tahu engkau lapar
Tapi apa daya tiada secuil rotipun untuk dimakan
Air susu pun sudah tiada tersisa
Tertatih aku berjalan sembari memeluk tubuh kecilmu
Mengharap ada sesuap nasi yang tercecer di jalanan
Mengharap ada seteguk air yang bisa mengaliri kerongkonganmu yang mulai parau
Tak mengapa Bunda puasa
Bunda bisa menahan perih dan dahaga
Ya Tuhan..apa yang harus aku lalukan
Berjalan terseok hampir tengah malam
Keputusasaan mulai melanda
Hingga anakku yang haus dan lapar sudah bosan untuk menangis
Seorang wanita paruh baya memanggilku
Mbaaaak..tolong kesini..
Aku pun menghampirinya
Wanita itu memberiku sebuah bungkusan kecil..terimalah mbak..ucapnya
Dan jerit lirih terucap dari bibirku..
Alhamdulilah Tuhan..kau berikan aku rizkimu
Kau berikan aku makanan dan minuman ketika aku dan anakku membutuhkannya
Anakku..bangunlah..makan dan minumlah sepuasmu Nak
Air mata tak terasa menetes melihat anakku dengan lahap menikmati makanan itu
Anakku...aku sebagai bundamu berjanji
Akan memberikan kehidupan yang terbaik untukmu
Semoga Tuhan selalu melindungi kita
Amin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H