Beberapa waktu yang lalu saya menemukan sebuah artikel tentang sebuah fenomena menarik tentang para orangtua di korea selatan yang senang memberikan hadiah operasi plastik (oplas) pada anak perempuannya yang telah lulus sekolah menengah atas dan akan memasuki jenjang pendidikan di universitas, hadiah ini diberikan sebagai ungkapan rasa bangga dan apresiasi orang tua atas prestasi anaknya, yang mungkin bentuk hadiahnya bagi sebagian kita masyarakat di Indonesia ini selintas terdengar kurang lazim, karena mungkin berbeda dengan cara mengekspresikan kasih sayang orang tua terhadap anak pada umumnya.
Tetapi faktanya di korea tindakan oplas seperti ini adalah sesuatu yang lumrah, biasa saja dan bisa disetarakan dengan membeli pakaian baru, karena menurut pandangan masyarakat korea selatan wajah cantik dianggap sebagai "senjata" untuk mendapat pekerjaan dan juga  untuk kemajuan dalam karir dan mereka beranggapan bahwa kesan pertama sangat penting dan bagian terpenting dari wajah adalah mata, sehingga sebagian besar dari mereka melakukan operasi kelopak mata ganda.
Agar mata mereka menjadi lebih besar dan indah. Hal ini membuat mereka tampil lebih percaya diri akan penampilannya dan merasa jauh lebih cantik daripada sebelum operasi, dan hal ini bukan lagi dianggap sebagai sebuah kemewahan tetapi sudah menjadi sebuah kebutuhan, dan bagian dari cara orang tua untuk memperlengkapi anaknya mencapai kesuksesan dimasa depan. Apakah anda setuju pendapat ini?Â
Mari kita bersama melihat fakta lainnya, beberapa waktu yang lalu juga sempat viral di berbagai medsos mengenai seorang ibu di jepang yang memaksa anaknya yang masih berusia 10 tahun untuk melakukan operasi plastik, dengan alasan karena ingin memberikan yang terbaik bagi anaknya, sang ibu berharap dengan tindakan ini anaknya tumbuh menjadi sosok yang lebih percaya diri.
Karena sang ibu memiliki pengalaman di masa kecil dimana dirinya dipandang rendah oleh orang disekitar karena penampilan fisiknya. Hasil survey penelitian pada tahun 2021 di Jepang menunjukan bahwa sembilan dari sepuluh responden berusia remaja mempertimbangkan oplas sebagai cara mengatasi perasaan rendah diri atau minder.Â
Bagaimana dengan Indonesia ? pada awal tahun 80 an, kebanyakan artis atau kaum selebritas di Indonesia biasanya akan menyembunyikan rahasia oplas mereka ke publik karena hal tersebut masih dianggap tabu untuk dibahas secara terbuka tetapi perkembangan belakangan ini kita dapat melihat pergeseran, sekarang ini dengan penuh kebanggaan banyak orang dari berbagai kalangan mempublikasikan hasil oplas mereka di halaman medsosnya bahkan beberapa juga mendapatkan wawancara eksklusif dari media.
Dengan yakin mereka membuat pernyataan bahwa operasi plastik adalah jalan pintas untuk mendapatkan kecantikan ideal versi selera mereka, dan menjadi sebuah alternatif cara untuk mendapatkan rasa percaya diri, dengan memiliki  penampilan yang lebih cantik dan awet muda. Tetapi apakah masalah kepercayaan diri ini akan selesai dengan operasi plastik ?  Atau sesungguhnya ada masalah yang lebih krusial dari itu ?Â
Lalu bagaimana kita meresponi fenomena ini sebagai wanita kristen dan mungkin sebagian kita juga menjalani peran sebagai seorang ibu, apakah kita juga seorang wanita yang memiliki pergumulan dengan percaya diri dan penerimaan diri ? apakah kita sudah cukup puas dengan bentuk tubuh, warna kulit, tinggi badan, berat badan kita sekarang ? atau kita merasa ada sesuatu yang kurang yang membuat kita kehilangan percaya diri ? jika kita memiliki dana dan kesempatan akankah kita mempertimbangkan tindakan oplas sebagai solusinya ?Â
Apa yang akan kita katakan jika anak kita bertanya tentang hal ini ? Â Dan sebagai seorang ibu, value apakah yang sudah kita ajarkan dan teladankan kepada anak-anak kita dalam mendampingi bertumbuh mengenali diri? Apakah mereka adalah anak-anak yang secure dan sehat dalam menilai dirinya? Apakah kita sudah memiliki landasan yang benar dalam membangun citra diri kita sebagai seorang wanita ? mari kita berefleksi sejenak, dengan melihat kedalam diri kita masing-masing.
Untuk merespon fenomena dan menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas mari kita merenungkannya dengan kembali kepada pengajaran Alkitab yang kita imani dan yakini sebagai sumber kebenaran, Alkitab menyatakan bahwa manusia adalah ciptaan yang paling istimewa diantara ciptaan Allah lainnya.
Karena manusia diciptakan menurut imago dei segambar dan serupa dengan Allah sang pencipta (Kej 1:26-28; Yak. 3:9). Jadi, setiap individu manusia yang dicipta menurut gambar Allah adalah gambar Allah (I Kor 11:7) dan memiliki gambar Allah dalam dirinya (I Kor. 15:49); Adam disebut anak Allah (Luk 3:38), keturunan Allah (Kis. 17:28).
Dari uraian ayat-ayat Firman Tuhan diatas kita dapat melihat bahwa Allah mencipta manusia secara serius, manusia begitu berharga dimataNya dan  menjadikannya istimewa menurut Imago Dei segambar dengan Allah penciptanya, Apa yang dimaksud dengan "Gambar Allah" ? menurut pandangan Reformed gambar Allah adalah pribadi seutuhnya sebagai gambar Allah,  ada dalam jiwa atau roh manusia, dalam kapasitas hidup manusia seperti misalnya kehidupan psikis, emosi, keinginan, kehendak, berpikir dan lainnya.
Gambar Allah berdiam dalam nilai-nilai kebajikan, kebenaran dan kekudusan, termasuk tubuh manusia juga adalah gambar Allah , karena tubuh manusia adalah a marvelous piece of art from the hand of God. Tubuh manusia dipakai Allah supaya manusia bisa melayani Allah dan sesama dan Tubuh juga adalah rumah bagi  jiwa untuk berdiam.Â
Allah juga mencipta manusia dengan tujuan untuk manusia dapat menguasai dan mengelola ciptaan Allah lainnya dan Allah memberkati anak manusia dan keturunannya untuk memenuhi bumi, bukan hanya itu Allah juga mencipta relasi yang istimewa dengan manusia relasi yang erat dan intim seperti relasi Bapa dan anak, Â yang diikat dalam ikatan perjanjian (Covenant), karena tujuan Allah mencipta manusia adalah untuk memuliakan Allah dan menikmati hidup kekal bersama Allah, ini adalah isi hati dan rancangan Allah bagi manusia.
Pengenalan akan Allah dan pengenalan akan diri adalah sesuatu yang erat kaitannya, ini adalah landasan untuk kita dapat membangun citra diri dan standar kehidupan yang kokoh, karena kita hidup di tengah zaman dengan arus informasi yang tak terbendung bagai tsunami, sering kali kita diombang-ambingkan dengan berbagai konten dan pemahaman yang membuat kita kehilangan arah terjebak pada fenomena dan akhirnya kehilangan esensi.
Jika kita kembali mengamati dua kasus di awal tadi, tindakan oplas muncul dari keresahan dan  kegelisahan akan penerimaan dan perasaan insecurity, ada kekosongan dalam diri yang membuat merasa diri tidak cukup, sibuk membanding-bandingkan diri dengan orang lain yang membuat lama-lama kita terjebak hidup menurut standar apa kata orang dan meninggalkan apa kata Tuhan.
Dan sesungguhnya semua hal ini akarnya adalah dosa yang belum diselesaikan dihadapan Tuhan, ketika manusia jatuh dalam dosa (kej 3), manusia memberontak dan ingin menjadi seperti Allah, gambar Allah rusak atau corrupt akibat hilangnya spiritualitas manusia, karena relasi Allah dan manusia menjadi rusak, citra diri menjadi rapuh manusia mencari subtitusinya dengan berbagai cara, banyak kaum wanita yang tanpa sadar meletakkan harga diri pada tas, baju sepatu brand-brand ternama yang harganya selangit.
Pada pilihan skincare anti aging atau whitening yang iklannya tidak masuk akal, pada penampilan dengan treatment di klinik kecantikan tercanggih, operasi plastik ratusan juta rupiah, yang sesungguhnya tidak pernah bisa menggantikan kehadiran Allah dalam hidup manusia.
Pengenalan tentang Allah sang pencipta yang dapat memberikan rasa cukup dan puas yang dapat membawa kita untuk berdamai dengan diri sendiri dan menemukan panggilan Tuhan sesuai dengan design yang sudah Allah tetapkan  dalam hidup kita untuk dapat kita kerjakan sebagai bentuk dari partisipasi kita dalam misi Allah yang besar bagi dunia.
Untuk itulah Allah berinisiatif untuk menyelamatkan manusia dan pemulihan hanya dapat diperoleh melalui iman kepada Kristus (Covenant of Grace), Kristus mendamaikan manusia dengan Allah, sehingga kita sanggup mengampuni baik  mengampuni diri sendiri maupun orang lain dan menerima diri secara utuh.
Di dalam pengenalan akan anugerah Tuhan kita dapat merasakan kasih Allah kasih agape yang dapat membuat kita merasa konten dan kekosongan jiwa dan hati kita menjadi terisi, dan membangun hidup dan citra diri diatas dasar yang teguh yang tidak mudah goyah oleh pengaruh dunia yang membuat kita kehilangan jati diri sebagai anak Tuhan.
Jadi sebagai wanita kristen bagaimana respon kita terhadap fenomena operasi plastik yang makin meluas saat ini ? menurut saya tergantung kasusnya tentunya fenomena diawal tadi sangat berbeda dengan kasus operasi plastik akibat dari kecelakaan dan karena ini sifatnya sangat subjektif dan personal maka keputusannya juga tergantung sejauh mana kita sudah menggumulkan di hadapan Tuhan.Â
Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.Â
(Efesus 2:10)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H