Mohon tunggu...
Ratna Dewi
Ratna Dewi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu rumah tangga senang jalan-jalan dn kuliner

Suka Jalan-jalan dan nonton film, Menambah Wawasan

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Yuk Naik Becak ke/dari Masjid Luar Batang, Jakarta Utara

26 Maret 2024   09:58 Diperbarui: 26 Maret 2024   10:32 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siang itu, 23 Maret 2024,  saya mengikuti acara Wisata Religi yang diselenggarakan oleh Suku Dinas Parekraf Jakarta Utara bekerja sama dengan Wisata Kreatif Jakarta dan Koteka Trip ke 19.  

Sesuai jadwal, saya sudah hadir di halaman Kantor Walikota Jakarta Utara sekitar pukul 12.30 siang dan kemudian melakukan pendaftaran untuk mendapatkan suvenir dan kupon makan buka puasa di Swiss Bellin Hotel di Kemayoran.

Peserta dibagi menjadi 2 kelompok dan disediakan dua buah bus dengan itenerari yang berbeda.  Rombongan Koteka Kompasiana dikelompokkan di Bus 2 dengan tujuan Masjid Luar Batang, Jakarta Islamic Centre, dan Masjid Ramlie Musofa.   

Sekitar pukul 13.30 rombongan sudah siap di bus dan ditemani oleh pemandu wisata Bernama Mbak Inces dari Wisata Kreatif Jakarta.  Siang itu udara kota Jakarta, khususnya kawasan Jakarta Utara lumayan cerah dan sinar Mentari seakan membakar bumi.  

Sayangnya AC di bus kurang dingin sehingga terasa kurang nyaman ketika menunggu di dalam bus.  Untungnya Mbak Inces banyak bercerita di dalam bus sesuai dengan kawasan yang dilewati. Misalnya ketika melewati Ancol diceritakan tentang legenda Si Manis Jembatan Ancol sehingga tidak terasa bus pun merapat di dekat Masjid Luar Batang.

Sayangnya bus harus parkir sekitar 400 meter dari lokasi tempat keramat itu karena jalan menuju kawasan memang sempat dan hanya bisa dilewati kendaraan kecil.  

Saya sendiri harus berjalan sekitar 8 sampai 10 menit dengan santai walau ada juga bajaj yang menawarkan jasanya.    Namun usaha berjalan kaki ke sini terbayar dengan indah dan daya tarik magis yang ditawarkan Masjid dan Keramat Luar Batang ini.

Pohon Kurma: (Dokumentasi Pribadi)
Pohon Kurma: (Dokumentasi Pribadi)

Selain bentuk arsitekturnya yang cantik dengan dua menara, gapura warna putih dan halamannya yang luas, di sini juga ada sebuah kebun atau halaman yang ditumbuhi pohon kurma. Wah seakan berada di kawasan Timur Tengah.  Juga ada sumur tua dan guci raksasa berisi air karomah yang konon memiliki banyak khasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit.

Masjid dan keramat Luar Batang ini, sesuai cerita Inces dibangun pada abad 18 oleh Habib Husein bin Abubakar Al-aydrus.  Selain masjid di dalamnya juga ada makam beliau beserta salah seorang muridnya dan karena itu makam ini dikeramatkan oleh penduduk sekitar dan sudah dijadikan cagar budaya oleh pemerintah DKI Jakarta.   Keramat Luar Batang ini sejak lama menjadi salah satu destinasi wisata religi yang wajib dikunjungi di Jakarta Utara. 

Guci air karomah: (Dokumentasi Pribadi)
Guci air karomah: (Dokumentasi Pribadi)

Banyak kisah misteri yang dikaitkan dengan Habib Husein ini, salah satunya adalah kepandaiannya menghilang seperti menghilang dari penjara kolonial Belanda. Bahkan jenazahnya juga sampai tiga kali menghilang dari keranda atau kurung batang ketika akan dimakamkan di luar kompleks masjid. Akibatnya beliau dimakamkan di dalam masjid dan karena itu pula Masjid atau Keramat ini dinamakan Masjid Luar Batang.

Ruang interior masjid: (Dokumentasi Pribadi)
Ruang interior masjid: (Dokumentasi Pribadi)

Ketika Mbak Inces mengisyaratkan agar semua anggota rombongan kembali ke bus, saya memutuskan untuk naik becak saja dengan ongkos 10 Ribu Rupiah. 

Lumayan menghemat tenaga sekaligus tidak membuat peserta lain menunggu di bus. Dengan naik becak saya termasuk beberapa orang yang paling dulu tiba di bus.

Naik Becak: (Dokumentasi Pribadi)
Naik Becak: (Dokumentasi Pribadi)

Destinasi kedua adalah Jakarta Islamic Centre di kawasan Tanjung Priok.  Kembali Mbak Inces menceritakan sejarah JIC yang sangat menarik.

Konon dulunya tempat ini merupakan lokasi esek-esek alias tempat wisata para lelaki hidung belang yang dimulai sejak era Gubernur DKI Bang Ali Sadikin yang prihatin dengan banyaknya PSK di jalanan.  

Konon pada masa jayanya ada sekitar 1600 PSK di kompleks yang terkenal dengan nama Kramat Tunggak. Lokalisasi seluas lebih 10 Hektar ini kemudian ditutup pada akhir abad 20 yaitu tahun 1999 karena dianggap merusak citra kota Jakarta dan masyarakat Betawi yang religius. 

Lahannya kemudian dibebaskan dan ada berbagai rencana pembangunan termasuk pembangunan mal dan perkantoran. Namun Gubernur DKI Bang Yos memiliki ide yang cemerlang, yaitu membangun sebuah Islamic Centre sehingga mengubah citra kawasan Kramat Tunggak yang dulu penuh dosa menjadi kawasan religi yang Islami.

Akhirnya Jakarta Islamic Centre yang megah beserta sebuah masjid di dalamnya diresmikan pada 2003. Fasilitasnya pun sangat lengkap karena selain masjid ada perpustakaan, auditorium dan juga fasilitas penginapan dengan arsitektur yang cantik.  Sayangnya pada Oktober 2022 lalu, masjid sempat terbakar sehingga kubahnya yang cantik roboh.

JIC: (Dokumentasi Pribadi)
JIC: (Dokumentasi Pribadi)

Rombongan kami berjalan mengeliling kompleks termasuk menyaksikan pertunjukan musik. Sayangnya sebagian besar anggota rombongan belum sempat salat Ashar di Jakarta Islamic Centre ini dan berencana untuk menunaikan salat di destinasi ketiga, yaitu Masjid Ramlie Musofa.

Waktu sudah menunjukkan lebih pukul 17 ketika bus bergerak meninggalkan Jakarta Islamic Centre menuju ke kawsan Sunter.  Menurut Google Map waktu tempuh kurang dari 30 menit sehingga kami masih akan sempat salat Ashar dan sejenak melihat-lihat keindahan Masjid yang dijuluki Taj Mahal Indonesia. 

Dalam perjalanan ini Mbak Inces bercerita mengenai sejarah Masjid Ramlie Musofa yang dibangun seorang mualaf pengusaha etnis Tionghoa dan dinamakan berdasarkan singkatan nama-nama anggota keluarga.  

Ketika melewati Pasar Ular, Mbak Inces juga bercerita mengenai Black Market yang dulu tersohor menjual barang-barang bermerek dari luar negeri yang diselundupkan ke Indonesia.

Lorong di JIC: (Dokumentasi Pribadi)
Lorong di JIC: (Dokumentasi Pribadi)

Saya sendiri sudah beberapa kali mampir ke Masjid Ramlie Musofa dan keindahannya membuat saya terpesona.  Masjid ini tidak terlalu besar namun dibuat dengan marmer Italia yang mewah, memiliki kubah dan beduk serta fasilitas yang lengkap seperti lift untuk kaum disabilitas.  

Nuansa Tionghoa juga hadir dengan hiasan ayat-ayat Al Quran dalam Bahasa Arab, Mandarin dan Indonesia.   Salah satu keistimewaan masjid ini adalah bedug yang digunakan untuk penanda waktu salat dan tidak adanya pengeras suara di luar masjid.

Menurut Mbak Inces, pendiri masjid ini Bapak Ramli Rasidin ini telah meninggal pada tahun 2020 dan pengelolaan masjid kini diserahkan kepada salah seorang puteranya, Sofian.  Seluruh pembiayaan operasional masjid ini memang hanya dikelola oleh keluarga .

Waktu perjalanan yang diperkirakan hanya 30 menit harus molor karena suasana jalan di Jakarta yang lumayan padat menjelang berbuka puasa.  Bus baru memasuk kawasan Sunter di depan danau di dekat masjid sekitar pukul 17.40 .  Secara tidak sengaja, sopir menghentikan bus sekitar 750 meter dari masjid.   

Rombongan harus berjalan kaki sekitar 10 menit menuju masjid dan yang belum salat lalu salat Ashar di waktu-waktu mendekat injury time.  Untungnya baru berjalan sekitar 200 meter, ada sebuah pom bensin Shell di tepi jalan dan saya memutuskan untuk salat Ashar di musalah di pop bensin ini. Lumayan tidak usah berjalan terlalu jauh dan waktunya tidak terlalu mepet.

Selesai salat, saya kembali ke bus, namun bus sudah tidak ada di tempat parkir. Mungkin sudah stand by menunggu rombongan di deat masjid. Akhirnya saya memutuskan untuk naik taksi online saja langsung ke Hotel Swiss Bellin. Untungnya jaraknya todak terlalu jauh dan ditempuh hanya sekitar 10 menit.

Saya tiba di lobi hotel bersamaan dengan rombongan yang naik bus. Dan di sini, kami menukarkan kupon berbuka puasa untuk kemudian menikmat hidangan berbuka yang lengkap dan lezat. Di hotel ini, juga terdapat musalah yang lumayan nyaman di lantai 1.

Sekitar pukul 19.30, bagi yang ingin kembali ke kantor Walikota Jakarta Utara dapat ikut dengan bus, sementara bagi yang ingin langsung pulang, juga bebas untuk naik taksi online baik langsung ke rumah atau ke stasiun KRL terdekat, yaitu stasiun Kemayoran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun