Masih ada satu pertanyaan yang belum terjawab, apakah dengan sistem zonasi ini, nanti para siswa tidak bersemangat lagi untuk megejar nilai yang bagus? Tentu waktu yang akan menjawabnya. Bukankah bagi siswa yang baik dan pintar, belajar di sekolah mana saja sekarang hampir sama loh. Bukankah sumber ilmu dan pengetahuan bukan hanya berasal dari guru dan sekolah.
Namun masih ada satu kendala yang sangat menganggu pelaksanaan sistem zonasi ini. Yaitu quota yang cukup banyak untuk anak miskin. Dengan menjadi miskin, kita akan bebas memilih sekolah yang dianggap bagus. Idenya memang sangat cemerlang, sekolah yang dianggap favorit akan terbuka untuk anak dengan orang tua yang berpenghasilan pas-pasan.
Bukankah selama ini sekolah tersebut hanya terbuka bagi anak pintar yang sebagian besar berasal dari keluarga yang tergolong mampu.
Nah dengan kebijakan baru ini, sekonyong-kongyong banyak orang Indonesia, khususnya orang tua calon siswa menjadi miskin.
Begitu mudah mereka mendapatkan Surat Keterangan Tidak Mampu yang kemudian digunakan untuk mendapatkan jatah kursi di sekolah yang dulu dianggap favorit.
Kejujuran inilah yang masih langka di negri ini. Mereka tidak malu menyatakan diri miskin agar anak diterima di sekolah yang diinginkan. Namun kita juga tidak bisa menyalahkan orang tua. Rasa cinta dan keinginan agar sang anak memperoleh pendidikan yang baik lah yang membuat banyak orang tua rela meniu diri sendiri dan mendadak miskin.
Mirisnya lagi, banyak yang datang ke sekolah membawa Surat Keterangan Tidak Mampu sambil naik kendaraan pribadi ke sekolah.Â
Semoga pada tahun depan pelaksanaan sistem zonasi akan semakin baik. Ataukah sistem ini kembali akan diganti dengan sistem lain bila Pak Mentri juga diganti. Bukankah selama ini kita sudah sering menghadapai pergantian sistem bila ganti menteri.Â
Hanya watu yang akan menjawab dan sebagai  orang tua kita cuma bisa berharap yang terbaik buat anak-anak kita yang menjadi harapan bangsa untuk masa depan Indonesia yang gemilang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H