Selain berziarah, menjadikan makam atau kuburan sebagai tempat tujuan wisata bukanl merupakan hal yang  tabu. Banyak kota dan negara di mancanegara yang bahkan menjadikan kuburan sebagai ikon wisata. Di Jakarta sendiri sudah ada Taman Makam Prasasti di kawasan Tanah Abang .
Selain masjid-masjid, Taufikuieks sendiri dalam banyak artikelnya di kompasiana sering menulis tentang makam dan kuburan dari berbagai pelosok dunia. Untuk tahun 2017 sendiri ada beberapa artikel tentang kuburan yang bahkan mendapat penghargaan sebagai artikel utama.
Ayo kita bahas beberapa kisah perjalanan wisata Taufikuieks berziarah ke makam dan pekuburan dari Beograd, Dublin, hingga Okinawa, New York, dan Macau.
Karena itu di Macau sendiri, penganut kristen protestan sangat susah untuk menemukan lahan kuburan. Dan dalam perjalanan Taufik di sekitar Camoes Garden, dia sempat mampir ke Protestant Cemetery, sebuah makam tua dari abad ke 19 yang merupakan satu-satunya makam untuk penganut protestan di Makau.
Judul artikel ini juga sedikit provokatif yaitu 'Berkat Mary, Orang Protestan Juga Boleh Dikubur di Macau'. Â Disinilah kita bisa melihat bahwa makam-makam yang dulu dimakamkan di luar kota Macau kemudian dipindahkan kepekuburan ini, walau hanya batu nisan nya saja. Mau tahu siapakah Mary. Silahkan baca artikel lengkapnya.
Dari Macau, kita terbang  ke utara. Ke bagian paling selatan negri Jepang, yaitu Okinawa. Dalam beberapa artikel Taufik, disebutkan bahwa Okinawa merupakan Jepang yang bukan Jepang. Mungkin karena kedekatannya dengan Tiongkok dan baru menjadi bagian negri Jepang pada akhir abad ke 19.
Dalam artikel Menyambangi Makam Orang Asing di Jepang, Mau Ziarah Harus Lompat Pagar ini, Taufik bercerita tentang kompleks makam yang pintunya tertutup rapat. Untungnya , pagarnya tidak terlalu tinggi sehingga dengan tidak terlalu sulit, Taufik pun bisa lompat pagar untuk menyambangi orang-orang asing yang datang dari jauh dan kemudian meninggal lalu dimakamkan di Okinawa.
Dari Okinawa, kita bisa terbang menyebrangi Samudra Pacific jauh ke bagian timur negeri Amerika. Ke sebuah kota yang paling terkenal di dunia yaitu New York City. Bagi peminat sejarah tentunya pernah membaca atau mendengat bahwa kota ini dulunya bernama New Amsterdam yang dijajah Belanda. Kota ini kemudian ditukar dengan Pulau Run, sebuah pulau di Maluku yang kaya rempah-remah. Walhasil Inggris mendapatkan New York dan Belanda mendapatkan Maluku.
Dari New York, perjalanan Taufik berlanjut menuju sebuah pulau di bagian barat laut daratan Eropa. Pulau Irlandia dimana banyak  rakyatnya merantau menjadi diaspora di Amerika. Di Dublin, Taufik juga sempat bertandang ke pemakaman paling luas di negri ini yaitu Glasnevin Cemetery.
Kisah terakhir juga berasal dari benua Eropa. Kali ini dari negara Balkan yaitu Serbia. Di Beograd atau Belgrade yang sempat menjadi ibukota Yugoslavia ini, Taufik berziarah ke makam Josiph Broz Tito. Salah satu bapak pendiri Gerakan Non Blok.
Asyiknya dalam artikel Ziarah di Beograd, Maksud Hati ke Makam Tito Apa Daya Jumpa Bung Karno itu, Taufik juga sempat melihat beberapa peninggalan Bung Karno di Beograd.
Demikian ulasan singkat mengenai kisah jalan-jalan Taufik mengembara dari satu makam ke makam lain dari Macau Hingga Beograd.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H