Bagi penduduk ibukota DKI Jakarta dan juga kota-kota besar lainnya di Indonesia, kemacetan merupakan masalah yang terus menghantui. Bahkan diperkirakan Triliunan rupiah menguap begitu saja di jalan raya setiap tahun karena kemacetan ini.
Salah satu penyebab kemacetan adalah tidak seimbangnya panjang dan kapasitas jalan jika dibandingkan dengan jumlah kendaraan yang lalu lalang. Dengan makin banyaknya penduduk tentu diperlukan kian banyak kendaraan dan fasiltas angkutan untuk menampung tuntutan mobilitas penduduk kota-kota tersebut.
Bagi saya dan orang-orang  yang tinggal di kota-kota di sekitar Jakarta seperti Bogor , Depok, Tangerang, dan Bekasi, masalah kemacaten kian hari kian tidak tertahankan lagi. Waktu tempuh dari rumah ke kantor bisa lebih dari 3 jam sekali jalan. Bahkan dalam suasana ekstrim misalnya hujan dan banjir bisa 5 atau 6 jam. Bahkan pernah sampai 9 atau 1o jam.
Namun terbatasnya infrastruktur angkutan massal yang nyaman membuat sebagian besar masyarakat terpaksa tetap  memakai kendaraan pribadi. Membuat masalah ini seperti lingkaran setan  yang tidak ada ujungnya.
Pemerintah pada saat ini memang sedang membangun MRT, LRT dan juga terus memperluas jaringan Trans Jakarta. Â Secara bersamaan beberapa proyek jalan layang, underpass juga sedang dikerjakan. Ini menambah suasana jalan-jalan di Jakarta menjadi neraka.
Walaupu nanti MRT dan LRT  sudah selesai, jumlah  jalur dan stasiunya jauh dari cukup untuk melayani puluhan juta penduduk di kawasan Jabodetabek. Kendaraan pribadi masih tetap menjadi primadona.
Selain kendaraan pribadi, dulu saya juga pernah mecoba naik KRL. Lumayan cepat, namun selalu berdesakan , apalagi perjalanan dari rumah ke stsaiun dan dari stasiun ke kantor dan sebaliknyatetap saja membuat perjalanan dengan KRL belum nyaman dan tidak maksimal.
Sebenarnya orang-orang yang tinggal di Bekasi, Tangerang  dan kawasan lainya merasa cukup terbantu dengan adanya omprengan. Setiap pagi merkea menunggu di tempat- tertentu dan  kemudian berangkat ke Jakarta jika  penumpang penuh. Namun tetap saja kendaraan pribadi memang lebih nyaman. Walau harus bermacet ria.
Sekarang dengan berkembangnya teknologi. Angkutan online seperti Uber telah banyak membantu masyarakat. Dengan ongkos yang terjangkau, kita bisa pergi kemana saja dengan lumayan cepat dan tidak usah khawatir mencari parkir. Dengan adanya angkutan online ini pola perjalanan sebagian masyrakat sudah bergeser dari penggunaan kendaraan pribadi ke angkutan taksi online.
Namun selain itu adalah layanan uber  ride sharing yang membantu secara lebih pribadi lagi.  Mirip taksi biasa namun kita bisa memesan kendaraan dan berbagi dengan orang-orang yang kebetulan satu arah. Manfaatnya jelas karena ongkos yang harus kita bayar menjadi  jauh lebih ekonomis.  Selain itu, kita juga bisa menambah kenalan kalau-kalau sering bertemu dengan orang-oang yag tinggalnya bertetangga atau kantornya berdekatan. Siapa tahu bagi yang jomblo bisa mendapatkan jodoh?.
Sementara untuk pengemudi juga akan mendapat penghasilan yang lebih besar  sekali jalan. Benar-benar inovasi yang cerdas dari Uber. Sementara kenyamanan  yang ditawarkan juga tidak kalah dengan kendaraan pribadi.
Tidak salah kalau uber ride-share ini bisa dinamakan Omprengan Online Jaman Now.
Ini pendapat dan pengalaman saya, Mana pengalaman dan pendapat anda?
Jakarta, 4 November 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H