Kota Hiroshima di malam hari bermandikan cahaya. Jalan-jalannya yang lumayan lebar selalu dihiasi dengan “Street Car”, yaitu sejenis tram yang hilir mudik ke seantero kota. Barangkali Hrioshima adalah salah satu dari beberapa kota besar di Jepang yang tidak memliliki kereta bawah tanah.
Setelah sejak pagi dan sore berkeliling kota dan melihat-lihat tempat bersejarah dan penuh dengan monumen yang menggugah jiwa, tibalah waktunya untuk sekedar melepas lelah sambil menikmati suasana malam Hiroshima. Tujuannya adalah Okonimimura dan tetap dengan bus merah Meirupu-pu. Lumayan 400 Yen yang membawa kita keliling kota seharian.
Bus berhenti di sebuah jalan yang tidak terlalu lebar. “
Shintenchi Okonomimura”, lampu neon warna-warni dengan tulisan Kanji ada di depan sebuah bangunan yang terletak di kawasan Shintechi, Naka-ku, di pusat kota Hiroshima.
“
Welcome to Okonomimura”, sebuah papan besar berisi informasi nama-nama gerai dan restoran yang ada di lantai 2 sampai 4 ada di depan bangunan. Lengkap juga dengan gambar chef dan suasana di masing-masing lokasi.
“
To move to the Okonomi-Village you can use the back of the elevator” Sebuah petunjuk dalam bahasa Jepang dan terjemahan Inggris yang sedikit lucu mengarahkan saya ke lift di bagian belakang gedung. Rupanya ini yang dimaksud
the back of the elevator.
Wisata kuliner di Okonomimura dimulai di lantai 2. Begitu keluar lift, pemandangan pertama yang menyambut adalah sepasang
okonomiyaki yang teronggok di atas pemanggangan raksasa yang tepat ada di depan meja makan. Di tempat ini, hanya terlihat sepasang pelanggan yang sedang duduk menunggu makanan sedang disiapkan.
Di gerai sebelahnya, tukang masak tampak sedang memoles okonomiyaki yang sudah hampir siap. Sekilas okonomiyaki memang mirip dengan telur dadar atau pizza. Bentuknya bundar dan ditengahnya terlihat sayuran yang diapit adonan campuran telur dan tepung.
Saya pindah ke kedai sebelahnya lagi. Di sini terlihat okonomiyaki yang masih belum terlalu matang. Warna kulitnya masih kuning muda dibandingkan dengan yang telah hampir siap dimana warna akan mirip dengan martabak yang kuning kecoklatan.
Masih penasaran dengan kampung Okonomiyaki ini, wista kuliner dilanjutkan dengan naik lift ke lantai tiga. Gerai-gerai disini juga hampr mirip dengan di lantai dua. Di salah satu gerai tertera menu dalam Bahasa Inggris dan dari sinilah kita dapat mengetahui lebih banyak tentang makanan khas dari Hiroshima ini.
Ternyata okonomiyaki terbuat dari bahan dasar terigu, kol, tauge, telur, rempah-rempah dan juga mie dan juga beberapa iris daging babi. Tertulis juga
“We can hold pork, please feel free to ask”. Dalam daftar menu terdapat banyak pilihan tambahan baik
sea food seperti udang, kerang, bahkan keju. Satu-satunya menu yang tidak mengandung babi adalah Vegetarian Menu, dimana semua daging baik ikan dan babi tidak disertakan.
“Vegetarians Welcome” demikian tampak pada menu di resto yang lain. Hampir mirip dengan di tempat lainnya pilihan menunya adalah “Deluxe Seafood, Seafood, Oyster, Fried Egg, Cheese, dan rice cake”. Harganya berkisar dari 950 Yen hingga 1780 Yen.
Menurut sejarah, Okonomiyaki pada masa sebelum perang dunia kedua dikenal dengan nama “Issen Yoshoku” yang berarti “ Makanan Barat Seharga 10 Sen” yang terdiri dari terigu, bawang bombai, udang, dan bumbu-bumbu. Pada waktu ini dikenal sebagai makanan ringan saja. Dengan berjalannnya waktu, setelah perang dunia kedua, makanan ini berevolusi menjadi makanan berat dan ditambahkan isi yang bervariasi seperti sekarang ini.
Asyiknya kalau kita memesan okonomiyaki, makanan ini akan disiapkan langsung di penggorengan di depan kita. Mula-mula adonan terigu akan di buat dalam bentuk bulat kemudian diletakkan kol, toge, dan juga irisan daging babi (kalau mau pakai), serta bahan tambahan lain tergantung pilihan kita. Kemudian isian ini akan ditutup lagi dengan adonan terigu yang mulau-mula akan terlihat cukup tinggi dan kemudian akan digoreng dan dibolak-balik hingga matang. Setelah itu baru ditambahkan bumbu-bumbu dan juga aonori atau rumput laut yang telah dikeringkan.
Okonomiyaki pun siap disantap. Sedap dipandang mata, namun tetap harus hati-hati karena...
Hiroshima , Oktober 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya