Sejak kecil, saya sudah berteman dengan minyak kayu putih. Bentuk dan kemasannya bisa bermacam-macam, tetapi aromanya tetap memberikan kesegaran , kehangatan, dan perlindungan yang menimbulkan suasana ceria dan riang. Bahkan menurut ibu dan nenek, minyak kayu putih sudah menemani dan melindungi saya sejak bayi.
Karena itu , hampir wajib hukumnya bagi saya untuk selalu menyediakan minyak kayu putih dimanapun berada. Untungnya kemasan botol dan ukuran minyak kayu putih juga disesuaikan untuk segala tempat dan keperluan. Untuk di rumah atau kantor, kita bisa ditemani oleh ukuran botol yang agak besar. Sedangkan untuk di perjalanan atau wisata, ukuran yang kecil tentu lebh nyaman dan praktis untuk dibawa kemana-mana.
Salah satu aroma favoritku adalah “ekaliputus”, yang merupakan wewangian khas minyak kayu putih yang menghangatkan di kala cuaca agak sedikit sejuk atau dingin. Bila cuaca sedikit berangin atau pun dingin, maka cukup dioleskan beberapa tetes minyak ini di dada, hidung , dan pelipis. Dalam hitungan detik saja, dada terasa hangat, hidung terasa ada lapisan tameng yang melindungi, dan rasa pusing di pelipis langsung sirna.
Untungnya , minyak kayu putih aromatherapy “ekaliptus” ukuran kecil selalu menemani. Sewaktu berjalan-jalan ke kawasaan Kamakura , dimana terdapat Daibutsu atau “The Great Buddha of Kamakura”, yang letaknya sekitar 90 menit naik kereta api dari pusat kota Tokyo, saya sempat merasa kurang enak badan. Mungkin akibat kelelahan setelah di hari sebelumnya berkeliling kota Tokyo. Berkat olesan minyak kayu putih, saya tetap merasa hangat dan akhirnya dapat menikmati jalan-jalan di tempat yang indah dan bersejarah ini.
Jakarta, November 2016
Foto-foto: dokumentasi pribadi
facebook: ratnadewi
twitter :@RatnaDewi76
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H