Mohon tunggu...
Ratna Dewi
Ratna Dewi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu rumah tangga senang jalan-jalan dn kuliner

Suka Jalan-jalan dan nonton film, Menambah Wawasan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Wanita-Wanita Perkasa dan Pria Berkopiah Putih dari Amoy

14 Oktober 2012   11:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:51 1103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.



Kota Xiamen, terletak di sebelah tenggara negeri Cina yang luas dan merupakan salah satu pulau kecil yang terletak di Laut Cina Selatan. Kota yang merupakan kota terbesar dan juga ibukota propinsi Fujian ini dulunya terkenal dengan nama kota Amoy.

Menurut cerita, Nama “Amoy” merupakan versi salah kaprah bangsa barat yang ketika bertanya pada orang lokal nama kota ini dijawab dengan bahasa lokal yaitu “Ah Men”, namun karena susah diganti dengan “Amoy” saja. Namun siapa sangkah kota ini merupakan salah satu kota yang paling ramah untuk pejalan kaki di negri Cina.

1350187037853483230
1350187037853483230

Sepanjang tepi pantai kota Xia Men yang berhadapan langsung dengan Gulangyu atau Pulau Gulang, merupakan tempat berjalan kaki yang sangat nyaman. Walaupun matahari bersinar terik di pertengahan bulan Oktober, namun pohon-pohon yang rindang membuat tempat duduk dari batu ramai oleh penduduk lokal dan turis domestik yang bersantai.

1350187072167211753
1350187072167211753

Dengan latar belakang gedung-gedung pencakar langit yang menghiasi cakrawala kota Xiamen, disertai dengan hembusan angin laut yang semilir, dan juga beberapa kapal Ferry yang berlayar hilir mudik dari dan ke Pulang Gulang, suasana di tempat ini memang sangat menarik.

13501873531760409029
13501873531760409029

Banyak orang duduk-duduk di tepi pantai, dan tentu saja tidak ketinggalan pedagang keliling yang menjajakan bebuahan lokal yang ranum dan besar-besar ukurannya.Uniknya lagi, selain lelaki, banyak juga penjual buah wanita yang dengan perkasa mengangkat pikulan yang berisi rambutan, jambu, srikaya dan juga jeruk yang ranum.

1350187312309147731
1350187312309147731

Selain itu, tempat ini juga dihiasi dengan patung patung tembaga yang ikut menambah maraknya suasana.Sambil bersantai dan mengambil beberapa foto, tiba-tiba saja saya melihat seorang wanita berusia tigapuluhtahunan yangpenampilannya sederhana, khas petani Cina , namunmemakai jin berwarna biru, kaos merah, serta sandal jepit berwarna biru.

Rambutnya lurus dengan penampilan seadanya memang sedikit unik dibandingkan dengan penampilan remaja Cina yang modis. Di pundaknya , wanita ini membawa pikulan berisi keranjang denganbuah jeruk berwarna kuning yang menggoda.

1350187419605470027
1350187419605470027

Di sudut lain, seorang wanita bercaping juga sibuk melayani pembeli. Wanita ini memakai celana panjang warna abu-abu kehitaman dan kaos putih lengan panjang. Di satu keranjangnya, terlihat jambu merah ranum dengan ukuran yang besar menggoda, sementara di keranjang lainnya juga terlihat rambutan yang juga merah dan telihat enak dimakan.

1350187484927956794
1350187484927956794

Saya terus berjalan menuju ke dermaga Ferry yang akan membawa saya ke Pulau Gulang. Barisan pohon beringin tua dan besar mengawal perjalanan saya dan akhirnya saya tiba di dekat tempat penjual tiket. Di kejauhan, tampak kerumunan orang yang antri menuju Ferry dan juga antrian yang cukup ramai untuk membeli tiket seharga 8 Yuan untuk pulang pergi ke Gulangyu.

13501875831218152091
13501875831218152091

Saya tertarik dengan seorang lelaki penjual makananyang tampak sedikit berbeda penampilannya dari kebanyakan pria Cina, Pria ini memakai kopiah haji berwarna putih. Rupanya pria ini memang muslim Cina dari suku Hui yang menjual kueh yang khas.” Wu Kuai. Wu Kuai,” (Lima Yuan) teriaknya sambil duduk di atas sadel sepeda.

13501876581827597050
13501876581827597050

Setelah selesai membeli tiket, calon penumpang bergegas antri menjuju kapal ferry, dan saya pun ikut terbawa arus lautan manusia yang memang selalu ramai di kota-kota di negri berpenduduk paling banyak di dunia ini.

Di tengah kerumunan penumpang ferry itu, fikiran saya tetap melayang ke wanita-wanita perkasa yang membawa keranjang buah dan menjajakan nya di tengah perubahan besar yang melanda negri ini menjadi kekuatan ekonomi yang besar dan dashyat di dunia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun