Secara karakter, seperti sudah dibahas sebelumnya, Jokowi bukanlah seorang yang mempunyai karakter dan integritas yang bagus. Kita hanya bisa memegang omongan orang yang punya karakter bagus dan integritas. Sangat sulit bukan berbicara dan mempercayai orang yang selalu berubah-ubah dan tidak sinkron antara omongan dan perbuatan?
Secara prestasi, Jokowi kebetulah hanyalah pemenang Pilkada DKI, prestasi Jokowi adalah memenangkan Pilkada DKI yang tidak diduga oleh banyak orang akan menang. Hal inilah yang menjadikan masyarakat kagum, bahkan yang sebelumnya tidak mendukung Jokowi sekalipun. Jokowi menjadi diomongkan banyak orang dan mendapatkan peliputan dari media dengan porsi yang sudah terlalu berlebihan.
Secara visi, Jokowi bahkan mungkin baru belajar tentang permasalahan Indonesia mulai beberapa hari yang lalu. Baru bulai berfikir berapa banyak kepentingan, wilayah, kultur, persaingan global dsb. Saya tidak yakin masalah yang bahkan selama 2 masa kepemimpinan SBY pun seperti tidak ada progres. Sebagai anak muda saya sangat mengidamkan Presiden yang mengerti bagaimana memberdayakan anak muda. Bukan terus dengan memilih capres muda. Saat ini kita mulai memasuki era globalisasi, dan saya sangat ragu dengan apa yang akan dilakukan oleh Jokowi? Saya membayangkan Indonesia bisa setara dengan bangsa-bangsa lain, tidak didikte terus dan bisa berdiri sendiri, serta turut aktif dalam pergaulan internasional.
Partai politik yang mengusung pun yang seharusnya memberikan pendidikan kepada rakyat, namun saat ini sudah pada lupa akan fungsinya sendiri. Bukan hanya untu membodohi rakyat dengan maksud untuk mendapatkan popularitas saja. Partai politik sudah menjadi ego-ego pribadi para pendirinya dan bahkan diarahkan untuk menjadi kekuasaan dinastinya. Partai politik saling bermanuver dan tidak peduli dengan masa depan rakyat, tetapi lebih peduli kepada masa depan partai dan nasib orang-orang partai.
Saya kira Indonesia tidak akan bisa maju, jika masing-masing pihak tidak mencoba untuk menyadari hal terbaik yang harus dilakukan. Jika kebanggan kelompok atau personal yang selalu menjadi dasar keputusan para petinggi parpol, maka akan makin tenggelam lah Indonesia ditengah persaingan global.
Jika kebanggaan anak-anak muda yang belum dewasa (seperti saya dulu) adalah dengan semacam: "Pacar kamu mana, ganteng ga?" "Pacar kamu kaya ga?", "Pacar kamu pinter ga?", maka kebanggaan partai-partai politik saat ini adalah: "Capres aku terkenal loh", "Partaiku menang loh", "Aku ketua partainya loh".. Yang menurut saya sangat tidak dewasa dan mementingkan diri sendiri, bukan memperjuangkan kepentingan rakyat seperti yang mereka gembar-gemborkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H