Ni Luh Ratna Apriliani "Prodi Akuntansi FEB Unmas Denpasar"
Manusia pada dasarnya digambarkan sebagai mahkluk yang sangat rasional dan mampu memproses semua informasi dan membuat pilihan yang optimal dengan informasi yang sempurna. Namun, tidak semua aspek yang dilakukan manusia memiliki rasionalitas yang baik, seperti dalam pasar modal yang mencerminkan irasionalitas dari pesertanya, hal tersebut mengingat tingginya volatilitas "market mood" harga saham dan pasar yang dipengaruhi faktor - faktor eksternal yang berperan dalam mempengaruhi keputusan investor yang diambil kadang - kadang secara tidak sadar.
Pasar modal merupakan pasar dari instrumen keuangan jangka panjang yang dapat diperjualbelikan dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah maupun swasta. Dalam menginfestasikan dananya, investor harus memperhitungkan risk and return yang akan diterimanya. Return merupakan hasil atau keuntungan yang diharapkan oleh investor atas dana yang diinvestasikan. Sedangkan risk adalah resiko yang akan ditranggung oleh investor dalam memperoleh keuntungan atas investasinya.
Friday effect dapat dijelaskan oleh para pakar ekonomi (Frank Cross, 1997). Frank Cross pertama kali melaporkan anomali pengembalian Senin negatif melalui sebuah artikel berjudul "Perilaku Harga Saham pada hari Jumat dan Senin", diterbitkan dalam jurnal Analis Keuangan. Dalam artikel tersebut, ia menunjukkan bahwa pengembalian rata - rata pada hari Jumat melebihi pengembalian rata - rata pada hari Senin, bahwa ada perbedaan dalam pola perubahan harga antara hari - hari tersebut. Sehingga terdapat anomali yang melihat bahwa harga saham jatuh pada hari Senin menyusul kenaikan pada hari perdagangan sebelumnya, biasanya dilakukan pada hari Jumat. Sehingga jarang kita melihat hal - hal negatif pada hari jumat. Hal tersebut disebut fenomena 'Friday effect'. Karena friday effect tersebut pasar telah bertahan dengan sangat baik pada hari Jumat.
Namun beberapa teori yang menjelaskan efeknya menunjuk pada kecenderungan perusahaan untuk merilis berita buruk pada hari Jumat setelah pasar tutup, yang kemudian menekan harga saham pada hari Senin. Selain itu, terdapat pernyataan bahwa efek akhir pekan mungkin terkait dengan penjualan pendek, yang akan mempengaruhi saham dengan posisi bunga pendek tinggi. Atau, efeknya bisa saja hasil dari optimisme memudar pedagang antara Jumat dan Senin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H