Mohon tunggu...
Ratna DwiWulansari
Ratna DwiWulansari Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Membaca Buku

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Wawasan Kebhinekaan Global PPG Prajabatan Universitas Negeri Malang: Guru Masa Depan Harus Mampu Mendidik Siswa yang Berkebhinekaan

13 Januari 2024   22:09 Diperbarui: 13 Januari 2024   22:15 623
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Games tersebut bukan sekedar membuat peran namun, kami diminta sekreatif mungkin membuat penyelesaian dalam bermain peran yang berhubungan dengan lingkungan sekolah yang didalamnya sudah terdapat berbagai karakter yang telah disiapkan diantaranya: 1) Orang tua yang konservatif; 2) Guru yang kreatif dan inovatif namun sibuk; 3) Kepala sekolah yang demokratis namun plin-plan; 4) Kepala Yayasan yang birokrasi, teliti, dan bijaksana: 5) Peserta didik yang eksploratif. Tentunya dari bermain peran tersebut setiap sekolah pastinya mempunyai tantangan tersendiri akan perbedaan baik itu mencakup agama atau kepercayaan, ras, suku dan sebagainya namun para calon guru profesional haruslah bisa menyelesaikan semua masalah dengan open minded dan tidak mendiskriminasi salah satu pihak. Game memainkan peran tersebut menyenangkan disaat materi yang diusung bisa jadi membosankan saat dijelaskan secara ceramah namun, semua mahasiswa antusias dan bergembira serta dapat memetik hikmah dari game tersebut. Dari hal tersebut seorang guru yang profesional haruslah membuat peserta didik untuk belajar akan keberagaman di sekitar mereka mulai dari memiliki rasa toleransi, Define (Peduli) hingga tidak mendiskriminasi dan menyelesaikan berbagai masalah yang mungkin saja dapat timbul dari keberagaman tersebut secara moderat melalui berbagai upaya sebagaimana teori yang ada sebagaimana lingkungan idealnya. Namun, diakhir dosen yang memberikan pelajaran tersebut memberikan masukan "seperti itulah cara kita seharusnya memecahkan masalah yang ada sebagaimana lingkungan yang ideal dalam teori, namun dalam kenyataannya mungkin saat terjun di lingkungan secara langsung akan sedikit ada penyesuaian dari culture yang ada pada lingkungan, sehingga para calon guru profesional tidak harus pusing memikirkannya yang terpenting bagaimana membuat lingkungan belajar itu sebaik mungkin aman, nyaman, dan dapat menjadi tempat belajar yang mendukung bagi peserta didik" imbuh pak Sulur sebagai Dosen pengampu WKG kelas IPA 08 tersebut pada Kamis, 11 Januari 2024.

Setelah mempelajari topik 4 mahasiswa menjadi lebih memahami bahwa setiap satuan satuan pendidikan memiliki tingkat keberagaman yang berbeda-beda. Sebagai calon guru harus paham dan bijaksana dalam menyikapi serta mencari solusi dari tantangan keberagaman dan implementasinya dalam menghadapi berbagai bentuk keragaman di sekolah.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Isi Topik 5 - Sekolah Damai memberikan pemahaman kepada peserta akan sekolah yang aman, nyaman, serta apa saja tantangan dan solusinya

Pada Topik terakhir yaitu topik lima diklat wawasan kebhinekaan global ini mahasiswa PPG Prajabatan mendapatkan pengetahuan tentang Sekolah Damai. Pada topik ini kami belajar tentang atmosfer sekolah yang benar-benar tepat untuk kegiatan belajar mengajar. Atmosfer yang benar-benar memberikan nafas kebebasan bagi peserta didik untuk mendapatkan ilmu yang semestinya mereka dapatkan dari sekolah. Lingkungan belajar yang tepat adalah sekolah yang aman, nyaman, damai, dan menyenangkan. Untuk mewujudkan sekolah yang aman, nyaman, damai, dan menyenangkan dapat dilakukan dengan memenuhi hak dasar anak dan mewujudkan sekolah ramah anak. Pada topik ini kami juga melakukan permainan yang begitu asyik, menyenangkan, sekaligus memberikan manfaat ilmu bagi kami, terkait ancaman, kerentanan, dan kapasitas yang mengintai dunia pendidikan (lingkungan sekolah). Permainan ini berupa permainan kartu yang berisi tiga warna kartu, yaitu merah untuk ancaman, kuning untuk kerentanan, dan hijau untuk kapasitas. Permainan dilaksanakan dengan aturan yang tertera di papan. Kartu-kartu yang didapatkan oleh setiap peserta kemudian di formula untuk memperoleh tingkat risiko. Permainan ini memberikan pemahaman bahwa setiap sekolah memiliki ancaman dan kerentanan,hal tersebutlah yang menjadi tantangan sekolah dalam meminimalisir efek negatif dari ancaman dan dan kerentanan. Untuk memperkecil risiko yang muncul akibat ancaman dan kerentanan maka sekolah harus memperbesar kapasitas yang dimiliki. Permainan yang kami lakukan terlaksana dengan baik dan menghibur serta bermanfaat mempererat tali keakraban antar mahasiswa PPG Prajabatan.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun