Mohon tunggu...
Ratna Wungouw
Ratna Wungouw Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Pekerja

Just Ratnaa...satu dari ribuan kartini abad 21

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Laki-laki yang Kusentuh Tangannya

21 Agustus 2018   21:32 Diperbarui: 22 Agustus 2018   06:27 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok.gambar : designwithphrasan.blogkspot

Namaku lentera. Aku sangat menyukai senja yang hanya sesaat. Jika ada yang bertanya, kenapa jatuh cinta pada senja, aku pun tidak yakin apa jawabnya. Mungkin karena aku lebih sering bertemu dengannya saat senja, lelaki yang kusentuh tangannya dan kemudian kugenggam jemari nya.

Cahaya matahari senja menerobos kaca, menyirami wajahnya dengan sinar keemasan hingga membuatnya memincingkan mata nya yang teduh, mata yang membuatku tidak pernah bosan mengatakan bahwa aku merindukannya. Derai tawanya terdengar seperti desau angin lembut menyentuh seluruh indraku. Dan diam diam aku menikmati seluruh keindahanya. 

Pertemuanku dengannya selalu terbatas, sesingkat matahari sore tergelincir, tenggelam menuju malam.  Duniaku berbatas tegas dengan dunia nya, hanya senja yang bisa mengantarkannya padaku, menjadikannya alasan kedua kenapa aku jatuh cinta pada senja.

 Selalu, jika aku teringat padanya, aku seperti terlempar pada sebuah dunia yang senyap, tanpa suara dan benar benar hening. Tidak ada bunyi detak jarum jam,  kenari bersepakat untuk terdiam dan nyanyian tembang ilalangpun terhenti di ujung jalan. Yang ada hanya kehangatan yang mengalir di hatiku, serta derasnya ingatan yang tidak bisa kubagikan dengan apapun dan siapapun juga.

Entah kenapa senja jarang terlihat sekarang, tertutup awan dan rasa lelah. Ah, akupun jarang bertemu dengannya.

Aku ini lentera, perempuan pelupa yang menaruh semua hal tidak pada tempat nya, meninggalkan nya begitu saja.  Aku mudah sekali menghilangkan sesuatu, memegangnya sesaat dan kemudian entah ada di mana. Ingatanku hanyalah ingatan jangka pendek, yang tak mampu mengenang hal hal yang sudah terjadi di waktu sebelumnya. 

Namun, tidak tentang dia, lelaki yang kusentuh tangannya dan kemudian kugenggam jemari nya. Dia masih tertinggal di hatiku sebagai kenangan. Aku tidak akan lari dari kenangan, aku menghadapinya, sampai senja membawanya kembali bertemu denganku , semoga...semesta mengijinkan.

( Kutulis untuk mengenangmu, bersyukur dengan tiap pertemuan kita, sekalipun kini, semua tidak lagi sama)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun